PIRAMIDA.ID | Jakarta – Pelarian panjang Dewi Astutik alias Mami alias Paryatin, buronan internasional kasus penyelundupan dua ton sabu jaringan Golden Triangle, akhirnya berakhir di tangan Badan Narkotika Nasional (BNN). Perempuan yang masuk red notice Interpol dan terhubung dengan jaringan narkotika lintas negara itu ditangkap dalam operasi bersama di Sihanoukville, Kamboja, dan langsung dipulangkan ke Indonesia melalui Bandara Soekarno-Hatta, Tangerang.
Di bawah komando Kepala BNN Komjen Pol Suyudi Ario Seto, operasi perburuan yang melibatkan BNN, Kepolisian Kamboja, KBRI Phnom Penh, Atase Pertahanan RI, serta Badan Intelijen Strategis (BAIS) TNI ini menutup salah satu babak paling serius dalam perang Indonesia melawan sindikat narkoba internasional.
Dewi Astutik diduga kuat berperan sebagai aktor intelektual dan pengendali utama penyelundupan dua ton sabu senilai sekitar Rp 5 triliun yang digagalkan aparat pada Mei 2025. Jaringan yang dikendalikannya disebut beroperasi dari kawasan Golden Triangle dan memanfaatkan rute laut strategis di Asia Tenggara menuju Indonesia dan negara lain.
Kinerja cepat BNN ini mendapatkan apresiasi tinggi dari berbagai kalangan masyarakat sipil. Koordinator Komrad Pancasila, Antony Komrad, menyebut keberhasilan menangkap Dewi Astutik sebagai bukti bahwa negara tidak boleh kalah dari kartel narkoba internasional.
“Dewi Astutik dan jaringan narkobanya adalah musuh negara. Mereka merusak masa depan generasi muda, merusak sendi-sendi kehidupan berbangsa. Karena itu, langkah cepat dan tegas BNN di bawah pimpinan Komjen Suyudi Ario Seto patut mendapat perhatian dan apresiasi penuh,” ujar Antony Komrad.
Antony menilai, penangkapan Mami dua ton sabu ini menunjukkan bahwa BNN tidak hanya reaktif, tetapi juga mampu membangun kerja sama intelijen dan penegakan hukum lintas negara yang efektif. Hal ini, katanya, menjadi pesan kuat bahwa Indonesia serius menjaga kedaulatan hukum dan ideologi Pancasila dari ancaman narkotika.
“Dalam perspektif Pancasila, narkoba adalah ancaman langsung terhadap kemanusiaan yang adil dan beradab, juga terhadap keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Kinerja BNN hari ini adalah contoh konkret bagaimana aparatur negara menjalankan amanat konstitusi untuk melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia,” tegas Antony.
Ia juga mendorong pemerintah dan parlemen untuk memberikan dukungan politik, anggaran, dan kewenangan yang memadai bagi BNN agar mampu terus memperdalam pengusutan jaringan di balik Dewi Astutik, termasuk keterkaitannya dengan gembong narkoba lain yang menguasai peredaran di kawasan Golden Triangle.
“Penangkapan ini jangan berhenti di seremoni. Ini harus menjadi pintu masuk untuk membongkar total jaringan internasionalnya. Komrad Pancasila berdiri di belakang BNN dan seluruh aparat penegak hukum yang konsisten memerangi narkoba sebagai musuh negara,” tutup Antony Komrad.
Dengan tertangkapnya Mami dua ton sabu, publik menaruh harapan besar agar BNN di bawah kepemimpinan Komjen Suyudi Ario Seto terus memperkuat perang terhadap narkoba — bukan hanya dengan penindakan yang cepat dan tegas, tetapi juga dengan pencegahan yang sistematis demi menyelamatkan generasi masa depan Indonesia.












