PIRAMIDA.ID | Jakarta – Beragam kecaman dan kritik tajam terhadap langkah yang diambil oleh Maruarar Sirait terkait kemanusiaan di Palestina. Publik menilai sumbangan natal bagi bangsa Palestina tidak tepat dan banyak mengkaitkan dengan masalah dalam negeri seperti kasus Intoleran dan kemiskinan. Banyak yang menyebut bahwa Tokoh Kristen tersebut harusnya mementingkan persoalan dalam negeri daripada persoalan Palestina.
Hal ini menjadi topik pembicaraan yang panas dalam media sosial, banyak yang pro dan kontra atas langkah kemanusiaan yang diambil oleh Maruarar Sirait.
Sosok Maruarar Sirait, dikalangkan publik mungkin hanya dikenal sebagai Politisi Kristen saja. Namun banyak yang tidak mengetahui kontribusi beliau dalam misi kemanusiaan, terutama dalam aspek kekristenan. Seperti perumpamaan buah jatuh tidak jauh dari pohonnya, Maruar Sirait mewarisi sikap komitmen atas kemanusiaan dan mendukung kemerdekaan bagi bangsa Palestina yang sejalan dengan sikap ayahnya, Sabam Sirait.
Tokoh nasional yang mendapatkan gelar penghargaan Bintang Mahaputra atas jasanya bagi Bangsa dan Negara Indonesia, tokoh politisi dalam karir politiknya yang sampai akhir hayatnya secara lantang terus berkomitmen atas kemerdekaan bangsa Palestina atas penjajahan Israel.
Menyikapi kritik yang menyerang langkah kemanusiaan Maruarar Sirait. Seorang aktivis pergerakan memberikan tanggapan pedas bagi pihak yang kontra. “Pertama publik perlu melihat konteks pemberian sumbangan natal adalah bentuk solidaritas dari umat Kristen Indonesia terhadap bangsa Palestina, dalam konteks kemanusiaan dan kebangsaan.
Kita harus mengingat solidaritas bangsa Palestina terhadap kemerdekaan Indonesia, dukungan yang diberikan oleh bangsa Palestina saat itu bukan dalam kondisi yang ideal, tetapi bangsa Palestina tetap memberikan dukungan terhadap kemerdekaan Indonesia.
Sejarah ini harus diingat dengan baik oleh bangsa Indonesia, terutama umat kristen.
Saya memandang bahwa sumbangan natal tersebut adalah sebagai kontribusi kemanusiaan dan kebangsaan bagi Palestina. Mengingat situasi saat ini di Palestina sedang dalam gencatan senjata, dukungan kemanusiaan yang digalang oleh bang Ara Sirait adalah sebagai dukungan bagi bangsa Palestina untuk menikmati Natal ditengah konflik yang tidak berkesudahan” ujar Ari Siringoringo.
Secuil kisah dukungan Sabam Sirait untuk kemerdekaan bangsa Palestina, dalam karir politiknya sejak orde baru hingga terakhir menjabat menjadi Legislator atau Dewan Perwakilan Daerah (DPD RI), pada saat menjelang pelantikan sebagai Legislator (2021 lalu), Tokoh Kristen ini bersama legislator lainnya menggunakan syal bendera Palestina sebagai simbol dukungan pada kemerdekaan bangsa Palestina. Tidak lupa juga Tokoh Kristen ini sering turun kejalan bersama tokoh-tokoh lainnya untuk mendukung kemerdekaan Palestina.
Mengutip statemen Sabam Sirait pada wawancara detik tahun 2007 silam, “Saya sebagai orang Kristen, di sana juga banyak orang Kristen yang ditangkap oleh orang Israel.
Bahkan tidak boleh beribadah. Karena itu penderitaan rakyat Palestina juga penderitaan orang Kristen”, dalam aksi Save Our Palestina, Monas, Jakarta.
Histori dukungan tokoh-tokoh Kristen dalam mendukung kemerdekaan bagi bangsa Palestina perlu dicatat juga oleh masyarakat. Salah satunya tindakan kemanusiaan yang diambil oleh Maruarar Sirait saat ini.
“Yang harus di ingat oleh umat Kristen di Indonesia, bahwa persoalan bangsa Palestina bukanlah persoalan Agama, tetapi persoalan kebangsaan, dimana rakyat Palestina berjuang untuk memiliki bangsa yang merdeka, bersatu, berdaulat dan mandiri. Jadi, jangan terjebak pada sentiment Agama atau rasialisme. Apa yang dilakukan oleh sosok Sabam Sirait harus di ingat oleh umat Kristen Indonesia, bahwa masyarakat Kristen di Indonesia berhak mengambil bagian dalam
perjuangan kemerdekaan Palestina, seperti yang dilakukan oleh bang Ara Sirait. Hal ini juga untuk menghilangkan bias stigma bahwa perjuangan tersebut bukanlah soal Agama, melainkan soal kemanusiaan dan kebangsaaan” tutur Ari Siringoringo, aktivis yang pernah menjadi salah satu pimpinan Partai Rakyat Demokratik (PRD) provinsi Jakarta 2012 silam yang kini masih aktif terlibat dalam gerakan rakyat bersama Insan Relawan Muda Indonesia (IRMI).
“Menanggapi kritik bahwa sumbangan natal tersebut sebaiknya harus diberikan kepada orang Kristen yang miskin, saya setuju. Tetapi, umat Kristen harus menyadari disaat banyaknya gereja-gereja besar yang dibangun dengan megah itu mengabaikan ada orang Kristen yang miskin disekeliling gereja, namun tidak pernah dikritik. Seperti peribahasa, kuman diseberang lautan tampak, tetapi gajah dipelupuk mata tak tampak. Ada ketimpangan yang tidak pernah dilihat dan tidak dibicarakan oleh umat Kristen di internalnya”, tutupnya.












