PIRAMIDA.ID- Toba, tanah yang selama ini dikenal dengan keindahan danau dan keramahan warganya kini dihebohkan oleh aroma busuk yang bukan datang dari dapur rakyat, tetapi dari dapur kekuasaan. Kasus keracunan massal akibat program Makan Bergizi Gratis (MBG) di Toba menjadi simbol paling telanjang dari betapa rapuhnya tata kelola publik dan betapa rakusnya segelintir elit yang bermain di balik meja tender.
Masyarakat kecil hanya tahu bahwa ada program makan gratis untuk anak-anak sekolah. Mereka percaya, karena program ini digembar-gemborkan sebagai bukti “perhatian pemerintah terhadap gizi rakyat.” Namun kenyataannya, program yang dijanjikan penuh kebaikan justru berakhir dengan perut sakit, anak-anak dilarikan ke rumah sakit, dan kepercayaan publik tercemar.
Kita harus bicara apa adanya: yang beracun bukan hanya makanan, tapi sistem yang melahirkannya.
Dari proses tender yang tak transparan, pengaturan kontraktor yang “sudah diatur sejak awal”, hingga lemahnya pengawasan dari Pemkab Toba — semua menunjukkan bahwa MBG telah berubah dari proyek sosial menjadi proyek rente.
Bagaimana mungkin proyek sebesar itu, yang menyentuh urat nadi kesehatan anak bangsa, bisa dikelola tanpa kontrol ketat?
Apakah pejabat-pejabat di Toba berpikir rakyat bisa terus dibodohi dengan program seremonial?
Apakah keselamatan anak-anak kita pantas dipertaruhkan hanya demi keuntungan segelintir orang?
Kita patut curiga: ada tangan-tangan gelap yang bermain di balik proyek ini.
Mulai dari pengaturan tender, permainan harga bahan baku, hingga dugaan markup anggaran — semua pola lama itu terus berulang. Dan yang lebih menyakitkan, rakyat kecil lagi-lagi dijadikan kelinci percobaan.
Inilah wajah asli dari pembangunan yang kehilangan nurani.
Ketika proyek sosial dijadikan ladang bisnis, ketika pejabat sibuk berbagi jatah dan bukan memperbaiki mutu pelayanan, maka yang lahir hanyalah penderitaan baru dengan bungkus “kesejahteraan”.
Kami, pemuda dan mahasiswa dari Toba, menolak untuk diam.
Kami menyerukan agar Bupati Toba, Inspektorat, dan aparat penegak hukum segera membuka seluruh proses tender MBG secara transparan. Kami menuntut audit independen, pengungkapan nama-nama kontraktor pemenang tender, serta sanksi tegas bagi pejabat yang terlibat dalam permainan kotor.
“Kalau negara gagal melindungi rakyatnya, maka rakyat harus bangkit melindungi dirinya sendiri.”
Kami juga menyerukan kepada media, akademisi, dan masyarakat sipil di seluruh Sumatera Utara untuk bersama-sama mengawal kasus ini hingga tuntas. Jangan biarkan kasus ini menguap di atas meja, seperti ratusan kasus lain yang tenggelam oleh politik pencitraan.
Rakyat Toba sudah muak dengan janji manis dan proyek busuk
Kami tidak akan diam saat perut anak-anak kami menjadi korban kerakusan. Kami tidak akan tunduk pada sistem yang membusuk dari dalam.

Dari Toba, kami berseru:
Cukup sudah permainan kotor atas nama rakyat.
Kami menuntut keadilan, transparansi, dan tanggung jawab moral dari setiap pejabat publik.
Dari tender busuk hingga dapur beracun, rakyat tidak akan lupa.
Karena di balik setiap piring nasi yang terhidang, ada nyawa anak-anak yang harus diselamatkan dari kerakusan kekuasaan.
Tentang Penulis:
Fernando Simanjuntak adalah Koordinator Jaringan Aktivis Sumatera Utara, aktif dalam advokasi sosial, lingkungan, dan isu rakyat kecil di kawasan Danau Toba.