PIRAMIDA.ID – Jakarta kembali diwarnai pilu pada 28 Agustus lalu. Di tengah suara orasi dan langkah massa yang memenuhi jalanan, satu nyawa melayang. Seorang pengemudi ojek online, sosok yang setiap hari berjuang mencari nafkah untuk keluarganya, menjadi korban jiwa di tengah aksi demonstrasi tersebut. Peristiwa ini meninggalkan duka yang begitu dalam, bukan hanya bagi keluarga yang kehilangan, tetapi juga bagi seluruh bangsa. Kita semua merasa kehilangan, kita semua merasakan kesedihan yang sama. Untuk itu, kita mengucapkan belasungkawa yang sedalam-dalamnya. Semoga almarhum diberikan tempat terbaik di sisi Tuhan Yang Maha Esa, dan keluarga yang ditinggalkan dikuatkan dalam menghadapi cobaan ini.
Duka ini tidak boleh berhenti hanya sebagai kabar yang lewat di layar ponsel kita. Peristiwa ini adalah pengingat bahwa setiap nyawa adalah berharga, bahwa setiap manusia yang turun ke jalan, baik untuk menyampaikan aspirasi maupun untuk menjaga keamanan, adalah manusia yang sama-sama memiliki hak hidup, hak merasa aman, dan hak untuk dihormati. Kita mendesak Polri untuk mengusut tuntas tragedi ini, mencari tahu siapa yang bertanggung jawab, dan memberikan hukuman sesuai ketentuan hukum yang berlaku. Hukum harus berdiri tegak, bukan untuk balas dendam, melainkan untuk menghadirkan rasa keadilan bagi semua pihak dan menjadi pelajaran agar peristiwa serupa tak lagi terulang.
Di saat yang sama, kita memberikan apresiasi dan dukungan terhadap langkah tegas Kapolri dan Kapolda Metro Jaya yang menunjukkan sikap berani: menindak anggota yang terbukti melanggar prosedur dalam pengamanan aksi. Ini adalah bentuk keberanian moral dan tanggung jawab besar dari seorang pemimpin. Transparansi dan sikap tegas ini penting agar masyarakat merasa dilindungi, dan kepercayaan publik terhadap aparat hukum terus terjaga.
Namun, di tengah emosi yang memuncak, kita perlu mengingat satu hal penting: jangan sampai duka ini memecah belah kita. Jangan sampai peristiwa yang seharusnya menjadi pengingat tentang pentingnya kemanusiaan justru menjadi bara api yang memicu perpecahan. Kita mengajak seluruh masyarakat untuk menahan diri, tidak terprovokasi oleh narasi yang bersifat provokatif, dan tidak memperpanjang kegaduhan yang justru menyakiti bangsa sendiri. Kita harus belajar untuk menenangkan hati di tengah badai, untuk meredam amarah agar tidak melahirkan luka baru.
Karena pada hakikatnya, kita semua adalah manusia yang sama. Pengemudi ojek online yang siang dan malam bekerja mencari nafkah adalah manusia dengan mimpi, keluarga, dan harapan. Polisi yang bertugas menjaga ketertiban juga manusia, dengan tanggung jawab, perasaan, dan keluarga yang menunggu kepulangannya. Kita semua berada di sisi yang sama: ingin hidup damai, aman, dan sejahtera. Tidak ada satu nyawa pun yang pantas menjadi korban. Tidak ada perbedaan yang pantas menjadi alasan untuk saling melukai.
Peristiwa 28 Agustus harus menjadi cermin bagi kita semua. Bahwa persatuan jauh lebih penting daripada ego, bahwa empati lebih berharga daripada emosi. Kita harus saling merangkul, bukan saling menghakimi. Kita harus saling menguatkan, bukan saling meruntuhkan. Bangsa yang besar adalah bangsa yang bisa meredam amarahnya, memeluk perbedaannya, dan belajar dari kesalahan masa lalu.
Mari kita hormati setiap nyawa yang hilang dengan cara menjaga perdamaian. Mari kita doakan keluarga korban agar dikuatkan. Mari kita percayakan proses hukum agar berjalan dengan adil dan transparan. Dan mari kita jaga Jakarta—juga Indonesia—agar tetap damai. Karena hanya dengan kedamaian, kita bisa mewujudkan cita-cita bersama: hidup di negeri yang aman, adil, dan saling menghargai.
Semoga duka ini menjadi pengingat, bahwa di balik seragam dan profesi, kita semua adalah manusia yang sama. Dan sudah seharusnya kita saling mendukung, bukan saling menusuk.