PIRAMIDA.ID- Tarutung – Suara lantang mahasiswa Sekolah Tinggi Guru Huria (STGH) HKBP menggema dalam Dialog Publik bertajuk “Seruan Alam Tano Batak: Mahasiswa/i berbicara krisis ekologi” yang digelar di Gedung GMF lantai 1, Sabtu (13/9/2025).
Acara ini tidak hanya menjadi ruang diskusi, tetapi juga momentum deklarasi sikap mahasiswa terhadap krisis ekologi di tanah Batak.
Dialog publik ini menghadirkan dua narasumber utama, yakni Yudhi Simorangkir, M.Si (Koordinator Horas Halak Hita Regional Sumut) dan Goklas Nababan (Ketua Umum BKS Pemuda/i GKPI tingkat Sinode).
Acara dipandu oleh Jonathan Pandiangan (Ketua BKM STGH HKBP) dan dibuka secara resmi oleh Pdt. Azwar Anas Pasaribu, Wakil Ketua III Bidang Kemahasiswaan STGH. Dalam sambutannya, Pdt. Azwar menegaskan bahwa STGH terbuka untuk bersinergi dengan berbagai lembaga dalam meningkatkan kualitas mahasiswa.
Diskusi berlangsung hangat dan penuh timbal balik. Yudhi Simorangkir menekankan bahwa kerusakan ekologi tidak bisa dilepaskan dari dimensi ekonomi. “Ketika hutan hancur, masyarakat sekitar kehilangan sumber hidupnya. Krisis lingkungan berarti juga krisis ekonomi bagi rakyat kecil,” tegasnya.
Sementara itu, Goklas Nababan mengingatkan pentingnya solidaritas gerakan mahasiswa dalam melawan eksploitasi alam yang berlebihan.
Kegiatan ini dihadiri lebih dari 150 mahasiswa dari berbagai tingkatan. Antusiasme peserta terlihat dari banyaknya pertanyaan kritis dan gagasan yang disampaikan.
Suasana semakin hidup ketika mahasiswa menanggapi narasumber dengan semangat, menandakan kesadaran ekologis yang kian menguat di kalangan generasi muda.
Dari forum ini, mahasiswa STGH menyatakan komitmen bersama: mendukung penuh Ephorus HKBP dalam perjuangan menutup PT Toba Pulp Lestari (TPL). Mereka juga sepakat melanjutkan gerakan dengan melakukan kampanye digital melalui Instagram dan TikTok, Facebook serta menggelar aksi doa lilin sebagai wujud kepedulian atas rusaknya ekologi di tanah Batak.
Acara ditutup dengan momen penuh haru dan semangat perjuangan, ketika seluruh peserta berdiri bersama narasumber menyanyikan lagu “O Tano Batak”. Lagu ini menggema menjadi simbol persatuan dan tekad mahasiswa untuk melawan perusak alam, sekaligus meneguhkan bahwa suara generasi muda Batak siap berada di garda depan dalam menjaga tanah leluhur. (AFP)