Piramida.id
  • Tentang Kami
  • Redaksi
  • Pedoman
  • Terms
  • Policy
Minggu, Oktober 19, 2025
  • Kabar Desa
  • Dunia
  • Ekologi
  • Dialektika
  • Sopolitika
  • Sorot Publik
  • Lainnya
    • Ekosospolbud
    • Pojokan
    • Sains
    • Spiritualitas
No Result
View All Result
  • Kabar Desa
  • Dunia
  • Ekologi
  • Dialektika
  • Sopolitika
  • Sorot Publik
  • Lainnya
    • Ekosospolbud
    • Pojokan
    • Sains
    • Spiritualitas
No Result
View All Result
Piramida.id
  • Berita
  • Dialektika
  • Dunia
  • Edukasi
  • Ekologi
  • Ekosospolbud
  • Kabar Desa
  • Pojokan
  • Sains
  • Sopolitika
  • Sorot Publik
  • Spiritualitas
Home Dialektika

Mencari Sintesa Indonesia

by Redaksi
08/12/2021
in Dialektika
99
SHARES
707
VIEWS
Bagikan ke FacebookBagikan ke WhatsappBagikan ke Telegram

Oleh: Yudhie Haryono*

PIRAMIDA.ID- Indonesia itu apa? Ini adalah pertanyaan ontologis yang sering tak diucapkan oleh kita semua. Padahal, kegagalan kita dalam mempercepat realisasi janji proklamasi berawal dari pertanyaan maha penting ini.

Jadi, pertanyaan Indonesia itu apa menjadi urgen untuk kita jawab bersama. Kemampuan menjawab pertanyaan itu nanti diharap bisa menjawab problem besar berikutnya.

Setidaknya ada tiga hal penting jika menyangkut epistema Indonesia. Pertama, sejak lahirnya, Indonesia telah dibentuk dari pertempuran berdarah-darah soal bagaimana landasan pembangunan, yaitu pertempuran untuk mencari solusi dari tiga ide pengelolaan wilayah: 1) Ide soal pengelolaan pembangunan berbasis darat (ontologi kontinental); 2) Ide soal pengelolaan pembangunan berbasis laut (ontologi maritim);  Dan, 3) Ide soal pengelolaan pembangunan berbasis udara (ontologi dirgantara).

Tiga model pembangunan yang memiliki argumentasinya masing-masing tetapi sering tak menemukan sintesanya. Tiga yang sering saling merasa benar sendiri. Tiga yang tak menyata. Berbhineka tetapi tak ika.

Kedua, dalam sejarahnya, Indonesia telah dibangun dari pergumulan panjang dan dialektis, panas dan argumentatif, tegang dan kompromistis tentang usaha mencari solusi dari tiga ideologi yang mencari sintesa. 1) Ide tentang bagaimana dengan kolonialisme-neoliberalisme; 2) Ide tentang bagaimana dengan etatisme-komunisme; 3)Ide tentang bagaimana dengan nasionalisme-pancasilaisme.

Tiga ideologi ini membentuk Indonesia tetapi sering bertempur dan saling bunuh guna tak menemukan jawabannya. Tiga yang sering dilupa oleh elite dungu bin jahiliyah sepanjang masa. Tiga yang sempat menggumpal jadi “nasakom.”

Ketiga, sejak semula juga Indonesia telah dibentuk dari perdebatan melelahkan dan sering muspro untuk mencari solusi dari tiga ide yang mencari sintesa. 1) Ide tentang di mana posisi agama; 2) Ide tentang di mana posisi suku; 3)Ide tentang di mana posisi ras/warna kulit/keturunan.

Tiga inilah yang mengarsiteki indonesia tetapi sering tak menemukan jawabannya. Tiga yang sering dilupa oleh kita semua sehingga menjadi bara api dalam sekam. Tiga yang sering meledak tanpa disangka-sangka.

Padahal, kita hidup dalam negara Pancasila. Satu sintesa yang telah disepakati para pendiri Indonesia. Di dalam negara Pancasila mestinya ketergantungan (utang), ketimpangan dan kemiskinan berbanding lurus dengan konstitusi.

Jika konstitusional kita dahsyat karena direalitaskan dalam kebijakan publik, maka ketergantungan, ketimpangan dan kemiskinan akan habis. Juga sebaliknya! Jika ketergantungan, ketimpangan dan kemiskinan makin merajalela berarti kita telah lama mengkhianati Pancasila.

Jadi, jika kita kini hidup di bukan negara Pancasila, kita punya negara apa? Negara impotenkah? Sebab, impotence state is inability government to take effective action. Negara yang tak berfungsi sebagaimana baiknya, sebagaimana yanh dicita-cita.

Lalu, bagaimana agar kita melampaui negara impoten? Tidak ada jalan mudah kecuali kita perlu mengintegrasikan sembilan pembentuk dan tantangan di atas serta menjadikannya riil di lapangan.

Artinya, kita harus membuat negara integral yang bergotong-royong dengan menjadikan pancasila sebagai jalan keluar.

Sebab, cara terbaik mengatasi ketergantungan, ketimpangan dan kemiskinan adalah mempraktekkan negara integralistik, yaitu negara yang integratif dan bertindak progresif dengan tidak boleh memihak pada salah satu golongan.

Negara ini harus berdiri di atas semua kepentingan; yaitu negara yang berdiri di atas semua warga negara; yaitu negara yang mengarus utamakan warganya (asli); yaitu negara yang tak kalah oleh oligarkik, kartelik, predatorik dan kleptokrasik.

Inilah sintesa Indonesia. Satu postur hibridasi yang arif dan inovatif demi terciptanya cita-cita berbangsa bernegara.

Di Indonesia, “kita harus mengendus masa depan,” kata Maestro Jazz, Idang Rasidi suatu kali. Sebab sejarah harus diciptakan, dengan tangan, kaki, pikiran, ucapan dan perbuatan sendiri yang menancap kuat atas pengetahuan masa lalu, kini dan ke depan.

Jika ingat hipotesa itu, aku ingat Muhammad dan Marx. Aku ingat. Ya ingat. Akan petuah tuan Idang Rasidi. Cuma aku belum punya sekutu. Apalagi pasukan.(*)


Penulis merupakan Direktur Eksekutif Nusantara Centre.

Tags: #Indonesia#konsep#pandangan
Share40SendShare

Related Posts

Menantang Narasi Pikiran Ferry Irwandi Desak Reformasi Total Polri

05/09/2025

PIRAMIDA.ID - Seruan Ferry Irwandi dalam beberapa media berita online yang mendesak “reformasi total Polri” terdengar lantang, tetapi jika ditelisik...

Pidato Lengkap Jefri Gultom di Dies Natalis GMKI ke-74: Bangkit Ditengah Pergumulan

26/02/2024

Bangkit Ditengah Pergumulan Pidato 74 tahun GMKI Jefri Edi Irawan Gultom Para peletak sejarah selalu berpegang pada prinsip ini, ‘’perjalanan...

Pewaris Opera Batak

11/07/2023

Oleh: Thompson Hs* PIRAMIDA.ID- Tahun 2016 saya menerima Anugerah Kebudayaan dari Kemdikbud (sekarang Kemendikbudristek) Republik Indonesia di kategori Pelestari. Sederhananya,...

Mengapa Membahas Masa Depan Guru “Dianggap” Tidak Menarik?

01/05/2023

Oleh: Agi Julianto Martuah Purba PIRAMIDA.ID- “Mengapa sejauh ini kampus kita tidak mengadakan seminar tentang tantangan dan strategi profesi guru di...

Membangun Demokrasi: Merawat Partisipasi Perempuan di Bidang Politik

14/04/2023

Oleh: Anggith Sabarofek* PIRAMIDA.ID- Demokrasi, perempuan dan politik merupakan tiga unsur yang saling berkesinambungan satu dengan yang lain. Berbicara mengenai...

Dari Peristiwa Kanjuruhan Hingga Batalnya Indonesia Tuan Rumah Piala Dunia U-20

03/04/2023

Oleh: Edis Galingging* PIRAMIDA.ID- Dunia sepak bola tanah air sedang merasakan duka yang dalam. Kali ini, duka itu hadir bukan...

Load More

Tinggalkan KomentarBatalkan balasan

Terkini

Berita

ILAJ Minta Bupati Simalungun Terbitkan Surat Resmi Penolakan Konversi Lahan Kebun Teh ke Sawit

18/10/2025
Oplus_0
Berita

Ada Pengendali Skema BBM Non-PSO Pertamina Bermasalah, Monopoli, Impor Terselubung, Hingga Kualitas di Bawah Spesifikasi: Direktur Utama Patra Niaga, Mars Ega, Harusnya Sudah Tersangka

17/10/2025
Berita

Dari Tender Busuk Ke Dapur Beracun: Bongkar Mafia Proyek Di Toba

16/10/2025
Berita

GMKI Batam; Dari Sepele Menjadi Tragedi. Pemerintah Harus Hadir, Namun Bukan Untuk Bersekongkol

15/10/2025
Berita

Massa Aksi Lempar Tomat Ke Gedung KPK, Ketua KPK Jangan Jadi Tameng Koruptor! Tetapkan Yaqut Jadi Tersangka!

13/10/2025
Berita

Membajak Reformasi Lewat Isu Reformasi Polri

13/10/2025

Populer

No Content Available
  • Tentang Kami
  • Redaksi
  • Pedoman
  • Terms
  • Policy

© 2020-2024 Piramida ID

rotasi barak berita hari ini berita bola danau tobasumber

No Result
View All Result
  • Kabar Desa
  • Dunia
  • Ekologi
  • Dialektika
  • Sopolitika
  • Sorot Publik
  • Lainnya
    • Ekosospolbud
    • Pojokan
    • Sains
    • Spiritualitas

© 2020-2024 Piramida ID

rotasi barak berita hari ini berita bola danau tobasumber

xnxx
xnxx
xnxx
xnxx