PIRAMIDA.ID- Pematangsiantar Aan Fahri Pohan, salah satu tokoh muda Kota Pematangsiantar, melontarkan usulan yang memantik perbincangan hangat di tengah masyarakat. Ia mengusulkan agar Gedung IV Pasar Horas, yang hingga kini belum jelas pembangunan dan pengelolaannya pasca kebakaran, dialihfungsikan menjadi hotel berbintang internasional seperti Hotel Grand Mercure atau Hotel Aston. 1 Oktober 2025.
Menurutnya, pemindahan para pedagang bisa diarahkan ke pasar-pasar kecamatan yang selama ini relatif kurang berfungsi optimal. Dengan begitu, selain memberikan ruang ekonomi baru bagi masyarakat, Kota Pematangsiantar juga akan mendapatkan ikon baru berupa hotel kelas atas yang diyakini mampu mendorong pertumbuhan ekonomi daerah.
*Kajian Ekonomi dan Potensi Pariwisata*
Aan Fahri Pohan menjelaskan, dari sisi kajian ekonomi, keberadaan hotel berkelas internasional di Pematangsiantar bisa memberikan beberapa manfaat strategis:
1. Meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD)
Hotel berbintang lima akan memberikan kontribusi pajak hotel, pajak restoran, serta sektor jasa lainnya. Hal ini bisa menambah pendapatan daerah yang selama ini masih bergantung pada sektor retribusi pasar dan pajak hiburan.
2. Mendorong Sektor Pariwisata dan Hospitality Pematangsiantar berada di jalur utama wisata menuju Danau Toba. Kehadiran hotel dengan standar internasional akan menjadi pilihan strategis bagi wisatawan mancanegara maupun domestik yang ingin singgah sebelum melanjutkan perjalanan ke Danau Toba.
3. Penciptaan Lapangan Kerja Baru Satu hotel berbintang besar umumnya membutuhkan ratusan tenaga kerja, mulai dari manajemen, housekeeping, hingga kuliner. Ini bisa menjadi solusi pengurangan pengangguran di kota.
4. Multiplayer Effect untuk UMK Keberadaan hotel akan mendatangkan tamu-tamu dari luar kota, termasuk pelaku bisnis, wisatawan, maupun instansi pemerintah. Dampaknya, UMKM kuliner, transportasi, hingga kerajinan tangan di Siantar akan ikut terdongkrak.
5. Revitalisasi Fungsi Pasar Kecamatan Pemindahan pedagang Pasar Horas ke pasar-pasar kecamatan justru akan menghidupkan pusat ekonomi di tingkat bawah. Selama ini banyak pasar kecamatan yang sepi aktivitas karena masyarakat lebih terkonsentrasi ke Pasar Horas. Dengan kebijakan distribusi pedagang, roda ekonomi bisa lebih merata.
*Mengubah Beban Jadi Aset*
Menurut Aan, jika Gedung IV Pasar Horas tetap dipertahankan sebagai pasar, maka pemerintah kota hanya akan terus menghadapi persoalan klasik:
• Kemacetan di pusat kota,
• Penumpukan pedagang di satu titik,
• Beban biaya perawatan gedung yang tinggi,
• Minimnya daya tarik bagi investor baru.
“Kalau kita mau bicara masa depan kota, jangan lagi berpikir sempit. Gedung IV Pasar Horas bisa jadi aset besar kalau kita berani ubah konsepnya. Pematangsiantar butuh lompatan, bukan sekadar tambal sulam,” ujar Aan Fahri Pohan dalam keterangannya.
*Peluang Branding Kota Siantar*
Pematangsiantar selama ini dikenal sebagai kota transit menuju Danau Toba. Namun menurut Aan, sudah saatnya Siantar punya brand tersendiri. Kehadiran hotel berkelas internasional di jantung kota dapat menjadi magnet baru, sekaligus menempatkan Pematangsiantar sejajar dengan kota-kota lain yang sudah memiliki jaringan hotel besar.
*Tantangan dan Perlu Kajian Mendalam*
Meski begitu, Aan juga mengakui bahwa usulan ini akan menimbulkan pro-kontra. Pihak pedagang tentu perlu dipastikan mendapat solusi adil dan tidak dirugikan. Selain itu, kajian investasi dan kerja sama dengan pihak swasta harus dilakukan secara transparan agar tidak menimbulkan dugaan permainan politik atau ekonomi semata.
“Pemerintah Kota bisa menjalin kerja sama dengan investor nasional maupun internasional. Kita punya posisi strategis, tinggal keberanian mengambil langkah besar. Jika berhasil, Siantar tidak hanya dikenal sebagai kota kuliner, tapi juga sebagai kota bisnis dan pertemuan,” tambah Aan.
Usulan ini membuka ruang diskusi luas di masyarakat. Di satu sisi, ada peluang ekonomi besar dari investasi hotel internasional. Di sisi lain, ada tantangan sosial berupa relokasi pedagang dan perubahan wajah pusat kota.
Namun, Aan Fahri Pohan menegaskan bahwa kota harus berani bermimpi besar:
“Pasar tetap penting, tapi kita bisa tata dengan baik di kecamatan. Sementara Gedung IV Pasar Horas jangan lagi jadi masalah berkepanjangan. Jadikan dia simbol kemajuan, bukan beban masa lalu.”(AFP)