Piramida.id
  • Tentang Kami
  • Redaksi
  • Pedoman
  • Terms
  • Policy
Senin, Juni 16, 2025
  • Kabar Desa
  • Dunia
  • Ekologi
  • Dialektika
  • Sopolitika
  • Sorot Publik
  • Lainnya
    • Ekosospolbud
    • Pojokan
    • Sains
    • Spiritualitas
No Result
View All Result
  • Kabar Desa
  • Dunia
  • Ekologi
  • Dialektika
  • Sopolitika
  • Sorot Publik
  • Lainnya
    • Ekosospolbud
    • Pojokan
    • Sains
    • Spiritualitas
No Result
View All Result
Piramida.id
  • Berita
  • Dialektika
  • Dunia
  • Edukasi
  • Ekologi
  • Ekosospolbud
  • Kabar Desa
  • Pojokan
  • Sains
  • Sopolitika
  • Sorot Publik
  • Spiritualitas
Home Dunia

Bagaimana Erupsi Besar dan Iklim Ekstrem Mengakhiri Republik Romawi?

by Redaksi
05/08/2021
in Dunia
100
SHARES
713
VIEWS
Bagikan ke FacebookBagikan ke WhatsappBagikan ke Telegram

PIRAMIDA.ID- Selama berabad-abad, metetusnya gunung berapi selalu menjadi bayang-bayang dalam runtuhnya Romawi Kuno. Tim ilmuwan dan sejarawan telah menemukan bahwa salah satu letusan terbesar dalam sejarah, terjadi pada 43 SM. Letusan tersebut memicu terjadinya cuaca buruk dan juga kelaparan selama 2 tahun.

Langit yang gelap setelah pembunuhan Caesar di Ides of March kemungkinan disebabkan oleh letusan kecil yang diketahui di Gunung Etna. Lalu awal tahun berikutnya, pada bulan Januari atau Februari, Gunung Berapi Okmok Alaska di Kepulauan Aleutian ikut meletus, membentuk tepi kawah raksasa selebar 10 kilometer.

Melansir dari Sciencemag, para peneliti melaporkan dalam sebuah studi baru yang diterbitkan di Proceedings of the National Academy of Sciences. Dalam laporan tersebut, diberitahukan bahwa usai letusan itu, sisi utara gunung berapi tidak lagi terkena sinar matahari. Hal tersebut terjadi karena sinar matahari terhalang oleh partikel letusan yang terangkat hingga ke stratosfer.

“Letusan gunung berapi ini benar-benar menghasilkan iklim yang ekstrem,” kata Joseph McConnell, ahli glasiologi di Desert Research Institute sekaligus  peneliti utama pada studi tersebut. Di tengah iklim yang ekstrem tersebut selama 2 tahun, Republik Romawi berakhir. Pada 44 SM, Republik Romawi tuntuh berganti menjadi Kekaisan Romawi.

Tim McConnell menemukan lonjakan belerang yang jelas dan berat pada 43 SM Pengukuran isotop belerang juga memperjelas bahwa partikel telah terkena radiasi ultraviolet di stratosfer, yang mana mereka dapat menyebar dan bertahan selama berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun sebelum kembali ke Bumi.

Para peneliti menemukan 35 pecahan kaca vulkanik pada lapisan es gunung berapi Okmok. “Partikel kaca kecil pada es adalah bukti yang menarik,” kata Siwan Davies, seorang ahli geografi di Swansea University yang tidak terlibat dalam penelitian ini. Para peneliti membandingkan komposisi kaca dengan tanda geokimia gunung berapi yang aktif.

Tim mencari bukti-bukti terkait perubahan iklim yang terjadi setelah letusan gunung berapi. Mereka menemukan bahwa aerosol dapat mendinginkan Eropa selatan dan Afrika utara hingga 7°C. Skandinavia dan Amerika Utara pun mengalami pendinginan yang jelas pada 43 dan 42 SM. “Pegunungan Alpen turut merasakan pendinginan, yang dimulai dari 10 tahun sebelum letusan, dengan 45 SM sebagai tahun terdinginnya,” kata Kevin Anchukaitis, ahli paleoklimatologi di University of Arizona.

Melansir dari The New York Times, para ilmuwan meneliti abu vulkanik pada lapisan es dengan menggunakan alat yang canggih. Abu vulkanik yang disebut juga tephra, terkadang bersembunyi di dalam es. Ini adalah penemuan khusus karena dapat terikat secara geokimia dengan gunung berapi tertentu. “Tephra berasal dari magma itu sendiri,” kata Michael Sigl, ahli kimia di University of Bern di Swiss yang bekerja sama dengan Dr. McConnell.

Mereka melakukan pengeboran secara vertikal pada inti es yang menyembunyikan material vulkanik. Joseph McConnell, seorang ilmuwan iklim di Desert Research Institute, dan kolaboratornya sedang mencari puing-puing tersebut. Mereka mencairkan es dan menyalurkan air ke berbagai sensor. Lalu sensor yang memiliki timgkat kepekaan yang amat tinggi, menunjukkan banyak zat, termasuk sekitar 30 elemen berbeda.

Runtuhnya Republik Romawi  pada abad pertama SM dilatar-belakangi oleh iklim ekstrem, kelaparan, penyakit dan pembunuhan Julius Caesar beserta pemimpin politik lainnya.

Melansir dari dari Sciencemag, sebuah dokumen sejarah milik seorang negarawan Romawi, Cicero, menyebutkan cuaca dingin di sekitar waktu letusan. Sumber-sumber lain mendokumentasikan kelaparan di Italia utara pada bulan April saat itu, dan di Yunani utara pada tahun berikutnya.

Plutarch, penulis biografi Romawi terkenal, menuliskan bahwa orang-orang dalam pasukan Mark Antony menghadapi kelaparan yang mengerikan pada bulan April 43 SM, sehingga terpaksa memakan buah-buahan liar, akar-akaran, dan kulit kayu. Appian, seorang sejarawan, mengatakan bahwa Roma hancur karena kelaparan pada 42 SM.(*)


National Geographic

Tags: #bencanaalam#imperium#romawi#sejarah
Share40SendShare

Related Posts

Kebahagiaan Berasal dari Keyakinan dalam Diri

10/07/2023

PIRAMIDA.ID- Pernahkah Anda berkata pada diri sendiri saat marah, ‘Saya tidak boleh marah?' Atau mungkin ketika Anda merasa sedikit sedih,...

Mengapa Orang Terlihat Serius dan Tidak Tersenyum di Foto-foto Kuno?

30/04/2023

PIRAMIDA.ID- Foto-foto pertama diambil pada akhir tahun 1820-an. Tetapi sampai tahun 1920-an, tampaknya orang-orang mulai “belajar” tersenyum saat di foto....

Bagaimana Asal Usul Jabat Tangan?

02/04/2023

PIRAMIDA.ID- Kita sudah begitu terbiasa berjabat tangan dengan orang lain, kita hampir tidak memikirkan bagaimana, di mana, dan mengapa kebiasaan...

Marcus Aurelius: Kaisar Romawi Baik Hati yang Juga Seorang Filsuf

05/03/2023

PIRAMIDA.ID- Marcus Aurelius lahir pada 26 April 121 Masehi di Roma dengan nama lahir Marcus Annius Verus. Perjalanan hidupnya membuat...

Melihat Penghasilan Lenin dan Stalin

22/08/2022

PIRAMIDA.ID- Ketika para pemimpin Soviet pertama berkuasa, mereka menyiarkan slogan-slogan seperti “Tanah untuk Petani! Pabrik untuk Para Pekerja!” dan berjanji bahwa...

Sekilas tentang Abad Kegelapan: Apakah Kesenian juga Menjadi “Gelap”?

04/07/2022

PIRAMIDA.ID- Setelah kekaisaran raksasa Romawi Kuno perlahan menyusut hingga akhirnya tumbang dan hilang di tahun 476 M, maka hingga bertahun-tahun...

Load More

Tinggalkan KomentarBatalkan balasan

Terkini

Berita

Refleksi Hari Lahir Pancasila, Fawer Sihite: Kita Harus Dengarkan Hati Nurani Rakyat

01/06/2025
Berita

Kalah Sebagai Calon Ketua Umum, Fawer Sihite Pastikan Dukung Kepemimpinan Prima Surbakti dan Jessica Worouw di GMKI

28/05/2025
Berita

Aliansi Mahasiswa Siantar Se-Jabodetabek Akan Kepung Mabes Polri: Tuntut Penangkapan Wali Kota Wesli Silalahi

11/05/2025
Berita

Satgas Penertiban Kawasan Hutan (PKH): Penegakan Hukum atau Alibi Militerisasi Atas Nama Konservasi?

09/05/2025
Berita

Ketua Front Justice: Kepemimpinan Wesly Silalahi Dinilai Gagal, Siantar Mengarah ke Kemunduran dan Kota Gelap

07/05/2025
Berita

GMKI Cabang Bandar Lampung Ungkap Krisis Kepolisian di Daerah Lampung: “Kekuasaan Tanpa Kendali, Rakyat Tanpa Perlindungan”

01/05/2025

Populer

Dialektika

Prinsip-Prinsip Disiplin Kelas

02/04/2023
Dunia

Sumber Air Bersih dan Air Minum di Arab Saudi

07/06/2020
Berita

Aliansi Mahasiswa Siantar Se-Jabodetabek Akan Kepung Mabes Polri: Tuntut Penangkapan Wali Kota Wesli Silalahi

11/05/2025
Ekologi

Mengenal Prof. Mr. St. Munadjat Danusaputro, Guru Besar Hukum Lingkungan Hidup

22/06/2020
ilustrasi/getty images
Pojokan

Sejarah Tai

03/08/2020
Berita

Ketua Front Justice: Kepemimpinan Wesly Silalahi Dinilai Gagal, Siantar Mengarah ke Kemunduran dan Kota Gelap

07/05/2025
  • Tentang Kami
  • Redaksi
  • Pedoman
  • Terms
  • Policy

© 2020-2024 Piramida ID

rotasi barak berita hari ini danau toba

No Result
View All Result
  • Kabar Desa
  • Dunia
  • Ekologi
  • Dialektika
  • Sopolitika
  • Sorot Publik
  • Lainnya
    • Ekosospolbud
    • Pojokan
    • Sains
    • Spiritualitas

© 2020-2024 Piramida ID

rotasi barak berita hari ini danau toba