Piramida.id
  • Tentang Kami
  • Redaksi
  • Pedoman
  • Terms
  • Policy
Selasa, Juni 17, 2025
  • Kabar Desa
  • Dunia
  • Ekologi
  • Dialektika
  • Sopolitika
  • Sorot Publik
  • Lainnya
    • Ekosospolbud
    • Pojokan
    • Sains
    • Spiritualitas
No Result
View All Result
  • Kabar Desa
  • Dunia
  • Ekologi
  • Dialektika
  • Sopolitika
  • Sorot Publik
  • Lainnya
    • Ekosospolbud
    • Pojokan
    • Sains
    • Spiritualitas
No Result
View All Result
Piramida.id
  • Berita
  • Dialektika
  • Dunia
  • Edukasi
  • Ekologi
  • Ekosospolbud
  • Kabar Desa
  • Pojokan
  • Sains
  • Sopolitika
  • Sorot Publik
  • Spiritualitas
Home Dialektika

Daoed Joesoef, Hakikat Pendidikan, dan Nilai Keindonesiaan

by Redaksi
17/09/2021
in Dialektika
domain publik

domain publik

113
SHARES
809
VIEWS
Bagikan ke FacebookBagikan ke WhatsappBagikan ke Telegram

Yudhie Haryono*

PIRAMIDA.ID- “Indonesia adalah klaster manusia yang dengan sadar dan sengaja membangun satu sistem pendidikan nasional berhadapan dan berlawanan dengan sistem pendidikan kolonial penjajah,” demikian suatu kali Daoed Joesoef mengakhiri pidatonya.

Maka, mendidik adalah melawan kolonial. Dan, pendidikan adalah alat mencapai sekaligus menjaga kemerdekaan. Baik kemerdekaan pikiran, tanah dan masa depan. Dengan mendidik dan pendidikan kita akan lestarikan peradaban ini. Yang cara mengisinya tentu dengan memupuk suburkan nilai-nilai keindonesiaan.

Di sini, pendidikan menjadi salah satu upaya paling strategis untuk membentuk jiwa bangsa dan nilai keindonesiaan baik secara formal, informal, maupun nonformal. Ketiganya harus berjalan bersamaan dan terintegrasi. Dengan demikian, warga negara tidak mudah goyah menghadapi serbuan modernisasi yang semakin melupakan budaya bangsanya.

Menurut Daoed Joesoef, selain jalur dan metoda pendidikan, penanaman nilai keindonesian juga dapat ditempuh melalui komunitas-komunitas warga negara. Karenanya, kita perlu lembaga pengendali untuk mencegah kemungkinan terjadinya multi penyimpangan dalam menafsirkan keindonesiaan. Juga diperlukan suatu gerakan nasional yang masif dan diselenggarakan secara bijak. 4 hal itulah cara kita mencetak dan mentradisikan karakter keindonesiaan.

Pendidikan karakter, menurut Daoed Joesoef adalah pendidikan holistik, yang membentuk anak menjadi warganegara bukan sekedar penduduk. Sebab, penduduk yang dimaksud pak Daoed hanya sekedar menumpang tinggal. Sedangkan menjadi warganegara adalah bukan hanya lahir dan tinggal tetapi juga bertanggungjawab atas kelangsungan dan martabat negaranya.

Bagaimana seorang Daoed Joesoef sampai demikian canggih menemukan akar-akar pemikiran kebangsaan dan keindonesiaan? Jelas karena ia seorang sekolahan yang sangat serius dan tekun membaca.

Tapak sekolahnya keren. Ia lulus sarjana dari Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia pada 1959. Lalu meneruskan ke Universitas Sorbonne, Perancis. Di negeri itu, ia meraih dua gelar doktor sekaligus, yakni Ilmu Keuangan Internasional dan Hubungan Internasional (1967) serta Ilmu Ekonomi (1973).

Pulang ke Indonesia, ia ikut mendirikan Center for Strategic and International Studies (CSIS) pada 1971. Di sana ia menjadi ketua sekaligus memupuk kecintaannya pada diskusi, riset dan menulis. Takdirnya kemudian terkenal sebagai Menteri Pendidikan dan Kebudayaan yang cukup diingat dalam sejarah Indonesia, meski menjabat satu periode saja.

Jika kita baca seluruh karyanya, akan didapati sejumlah konsep penyelenggaraan negara dengan pendekatan multidisipliner. Konsep itu terdiri dari pembangunan ekonomi nasional, pertahanan keamanan dan pembangunan pendidikan plus kebudayaan.

Dalam konteks teorisasi kebudayaan, Daoed Joesoef layak disebut sebagai “man of culture.” Sebab, begitu tinggi ia mengusung kebudayaan sebagai ontologi kedaulatan keindonesiaan. Dengan kebudayaanlah semua pendidikan, pembangunan dan tekhnologi kita dikembangkan.

Di luar itu, ia kuat literasi dan bernas dalam berpikir serta bertindak karena memiliki kedisiplinan dan komitmen untuk menggunakan nalar yang objektif sekaligus konstruktif bagi kehidupan bersama. Kehidupan menjadi Indonesia, agensi pancasila.

Untuk alasan itu, ia menjelaskan bahwa kebijakan-kebijkan pendidikan yang dibuatnya sebagai upaya membangkitkan kembali esensi manusia yang bernalar. Segenap siswa dituntut untuk kembali pada jati dirinya sebagai “man of analysis”, bukan sebagai “manusia umum dan biasa-biasa.”

Siswa dengan demikian akan belajar dan berpikir sekaligus. Sebab belajar tanpa pikiran adalah membuang tenaga; sebaliknya pikiran tanpa belajar adalah sia-sia belaka (2017).

Belajar dan berpikir (membaca dan riset) harus terus dilakukan sebab untuk menjadi manusia yang berimbang (to become balanced persons), tiga unsur dalam diri kita harus diberi makan, yaitu badan (the body), pikiran (the mind) dan jiwa (the soul).

Maka, manusia yang tidak memedulikan bacaan, kata Daoed Joesoef, “akan selalu ketinggalan dari buah pikiran yang terbaik dan terbaru. Juga tersisih dari perluasan pengalaman dan kehidupan yang terbuka.”

Tesisnya soal “kekayaan benda (kapital)” juga menarik. Ia yakin bahwa kapital akan habis, tetapi kekayaan pikiran tetap melekat pada kita walaupun dibagi dengan orang lain. Tetapi, bila tidak dibagi dengan orang lain, kekayaan pikiran juga akan habis, bisa hilang lenyap dengan sendirinya karena kita sendiri, lama-lama bisa tidak mengingatnya lagi.

Dan, ingatlah bahwa salah satu jalan yang ampuh, salah satu sumber yang tak pernah kering, dari kekayaan pikiran ini adalah buku, sedangkan cara menggali sumber itu adalah membaca dan riset serta diskusi.

Sebagai pengagum Mohammad Hatta: ekonom, negarawan, muslim yang taat dan melihat Indonesia tak hanya dibangun satu golongan, Daoed mengikuti jalan pikirannya: membangun Indonesia secara holistik. Bukan partikular seperti hari ini.

Menurutnya, jika Indonesia tidak hanya membangun ekonominya saja maka kita akan berkembang subur dalam taman sarinya internasionalisme, seperti diidamkan Soekarno. Dari sini kita paham, ia adalah filosof yang ikut dengan serius meletakkan nalar dan nilai-nilai keindonesiaan dengan sangat jenius dan berkelanjutan.


Penulis merupakan Direktur Eksekutif Nusantara Centre. Pendiri PKPK UMP (Pusat Kajian Pancasila dan Kepemimpinan Univ Muhammadiyah Purwokerto).

Tags: #pembaharu#pendidikan#tokohheadline
Share45SendShare

Related Posts

Pidato Lengkap Jefri Gultom di Dies Natalis GMKI ke-74: Bangkit Ditengah Pergumulan

26/02/2024

Bangkit Ditengah Pergumulan Pidato 74 tahun GMKI Jefri Edi Irawan Gultom Para peletak sejarah selalu berpegang pada prinsip ini, ‘’perjalanan...

Pewaris Opera Batak

11/07/2023

Oleh: Thompson Hs* PIRAMIDA.ID- Tahun 2016 saya menerima Anugerah Kebudayaan dari Kemdikbud (sekarang Kemendikbudristek) Republik Indonesia di kategori Pelestari. Sederhananya,...

Mengapa Membahas Masa Depan Guru “Dianggap” Tidak Menarik?

01/05/2023

Oleh: Agi Julianto Martuah Purba PIRAMIDA.ID- “Mengapa sejauh ini kampus kita tidak mengadakan seminar tentang tantangan dan strategi profesi guru di...

Membangun Demokrasi: Merawat Partisipasi Perempuan di Bidang Politik

14/04/2023

Oleh: Anggith Sabarofek* PIRAMIDA.ID- Demokrasi, perempuan dan politik merupakan tiga unsur yang saling berkesinambungan satu dengan yang lain. Berbicara mengenai...

Dari Peristiwa Kanjuruhan Hingga Batalnya Indonesia Tuan Rumah Piala Dunia U-20

03/04/2023

Oleh: Edis Galingging* PIRAMIDA.ID- Dunia sepak bola tanah air sedang merasakan duka yang dalam. Kali ini, duka itu hadir bukan...

Prinsip-Prinsip Disiplin Kelas

02/04/2023

Oleh: Muhammad Muharram Azhari* PIRAMIDA.ID- Pengertian disiplin menurut Elizabeth Hurtock mengemukakan bahwa; Disiplin itu berasal dari kata "discipline", yaitu seseorang...

Load More

Tinggalkan KomentarBatalkan balasan

Terkini

Berita

Refleksi Hari Lahir Pancasila, Fawer Sihite: Kita Harus Dengarkan Hati Nurani Rakyat

01/06/2025
Berita

Kalah Sebagai Calon Ketua Umum, Fawer Sihite Pastikan Dukung Kepemimpinan Prima Surbakti dan Jessica Worouw di GMKI

28/05/2025
Berita

Aliansi Mahasiswa Siantar Se-Jabodetabek Akan Kepung Mabes Polri: Tuntut Penangkapan Wali Kota Wesli Silalahi

11/05/2025
Berita

Satgas Penertiban Kawasan Hutan (PKH): Penegakan Hukum atau Alibi Militerisasi Atas Nama Konservasi?

09/05/2025
Berita

Ketua Front Justice: Kepemimpinan Wesly Silalahi Dinilai Gagal, Siantar Mengarah ke Kemunduran dan Kota Gelap

07/05/2025
Berita

GMKI Cabang Bandar Lampung Ungkap Krisis Kepolisian di Daerah Lampung: “Kekuasaan Tanpa Kendali, Rakyat Tanpa Perlindungan”

01/05/2025

Populer

Dunia

Sumber Air Bersih dan Air Minum di Arab Saudi

07/06/2020
Dialektika

Prinsip-Prinsip Disiplin Kelas

02/04/2023
Berita

Ketua Front Justice: Kepemimpinan Wesly Silalahi Dinilai Gagal, Siantar Mengarah ke Kemunduran dan Kota Gelap

07/05/2025
Berita

Aliansi Mahasiswa Siantar Se-Jabodetabek Akan Kepung Mabes Polri: Tuntut Penangkapan Wali Kota Wesli Silalahi

11/05/2025
Pojokan

Pesan Tersembunyi Ki Narto Sabdo Dalam Lagu Kelinci Ucul

23/09/2020
Ekologi

Mengenal Prof. Mr. St. Munadjat Danusaputro, Guru Besar Hukum Lingkungan Hidup

22/06/2020
  • Tentang Kami
  • Redaksi
  • Pedoman
  • Terms
  • Policy

© 2020-2024 Piramida ID

rotasi barak berita hari ini danau toba

No Result
View All Result
  • Kabar Desa
  • Dunia
  • Ekologi
  • Dialektika
  • Sopolitika
  • Sorot Publik
  • Lainnya
    • Ekosospolbud
    • Pojokan
    • Sains
    • Spiritualitas

© 2020-2024 Piramida ID

rotasi barak berita hari ini danau toba