Piramida.id
  • Tentang Kami
  • Redaksi
  • Pedoman
  • Terms
  • Policy
Jumat, Mei 9, 2025
  • Kabar Desa
  • Dunia
  • Ekologi
  • Dialektika
  • Sopolitika
  • Sorot Publik
  • Lainnya
    • Ekosospolbud
    • Pojokan
    • Sains
    • Spiritualitas
No Result
View All Result
  • Kabar Desa
  • Dunia
  • Ekologi
  • Dialektika
  • Sopolitika
  • Sorot Publik
  • Lainnya
    • Ekosospolbud
    • Pojokan
    • Sains
    • Spiritualitas
No Result
View All Result
Piramida.id
  • Berita
  • Dialektika
  • Dunia
  • Edukasi
  • Ekologi
  • Ekosospolbud
  • Kabar Desa
  • Pojokan
  • Sains
  • Sopolitika
  • Sorot Publik
  • Spiritualitas
Home Sorot Publik

Definisi ‘Perempuan’: Patriarki dan Misogini dalam Bahasa Indonesia

by Redaksi
17/02/2021
in Sorot Publik
100
SHARES
717
VIEWS
Bagikan ke FacebookBagikan ke WhatsappBagikan ke Telegram

PIRAMIDA.ID- Kegaduhan yang terjadi di media sosial tentang makna lema perempuan, mengingatkan saya pada penggalan sajak “Kamus Kecil” Joko Pinurbo.

“Saya dibesarkan oleh bahasa Indonesia yang pintar dan lucu Walau kadang rumit dan membingungkan”.

Demikian bunyi sajak itu.

Jika dipikir-pikir, bahasa Indonesia memang kadang, bahkan kerap, lucu dan membingungkan alias ambivalen.

Dalam lema-lema yang berkaitan dengan gender, bahasa Indonesia kental dengan patriarki dan misogini.

Makna negatif

Kalau kita memeriksa perca-perca bahasa yang terkait dengan perempuan, sifat ambivalen itu segera nampak jelas.

Di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), makna kata “perempuan” bertransformasi secara baik. Makna yang diperikan KBBI I sampai V mengalami perubahan signifikan.

Pada KBBI I (1988) perempuan diartikan sebagai 1. wanita 2. Istri; bini.

Perubahan mulai terjadi pada KBBI II sampai V yang diterbitkan tahun 2016; perempuan diartikan sebagai 1. orang (manusia) yang mempunyai puki, dapat menstruasi, hamil, melahirkan anak, dan menyusui, wanita 2. Istri; bini 3. Betina (khusus pada hewan).

Bentuk kata perempuan sering dihubungkan dengan kata pu atau empu yang memiliki arti tempat kehormatan atau orang yang sangat dihormati.

Slamet Muljana, ahli filologi (ilmu yang mempelajari bahasa dalam sumber-sumber sejarah tertulis) dan sejarawan, dalam bukunya Asal Bangsa dan Bahasa Nusantara menilai bahwa lema perempuan ini termasuk unik.

“Yang agak aneh dalam cara berpikir ini adalah apa sebab perempuan ‘tempat kehormatan’ itu semata-mata diperuntukkan bagi wanita, sedangkan hormat dan bakti setinggi-tingginya menurut adat ketimuran justru datang dari kaum wanita, terhadap suami. Wanita menunjukkan hormat dan bakti kepada suami; ini adalah ajaran yang biasa dalam kehidupan rumah tangga dalam mendidik putra-putrinya,” begitu ia menjelaskan.

Lepas dari keanehan tersebut, yang menarik untuk diperhatikan adalah bagaimana KBBI menampilkan kata gabungan untuk perempuan.

KBBI I-V selalu mencantumkan kata gabungan yang bersifat negatif dan peyoratif untuk perempuan.

Tidak berhenti sampai di situ, kata gabungan negatif yang disematkan jumlahnya kian banyak dalam setiap versi baru.

Jika pada KBBI I terdapat tujuh kata gabungan di bawah kata perempuan yang terdiri dari –geladak (pelacur), -jahat (perempuan yang buruk kelakuannya), -jalang (pelacur), -jangak (perempuan cabul), -lecah (pelacur), -nakal (perempuan tuna susila), maka pada KBBI II (1991) edisi selanjutnya terdapat tambahan -lacur (pelacur), dan –simpanan (istri gelap) di KBBI III-V (2001-2016).

Ini bertolak belakang jika kita membandingkan dengan kata gabungan yang menyertai lema “laki-laki”.

KBBI mencatat hanya ada satu kata gabungan –jemputan. Ajaibnya, arti yang disematkan untuk kata gabungan tersebut adalah laki-laki yang dipilih dan diambil menjadi menantu.

Tidak kata gabungan yang bersifat negatif sama sekali.

Satu-satunya kata gabungan, yakni “laki-laki jemputan” yang sekilas terlihat punya makna negatif, ternyata diartikan oleh pekamus dengan arti yang positif.

Lebih lanjut, jika kita periksa pada Kamus Umum Bahasa Indonesia (1953) besutan W.J.S Poerwadarminta, lema-lema yang berhubungan dengan perempuan, juga diartikan dengan nuansa peyoratif dan nagatif.

Sebut saja misalnya lema “perawan” yang diartikan dengan: gadis, anak dara, gadis yang sudah tua.

Meski bukan merupakan makna utama, namun frasa “gadis yang sudah tua” merupakan pemerian makna yang bercorak negatif.

Bandingkan dengan bagaimana penulis kamus ini mengartikan lema “jejaka”. Di sana, lema itu diartikan sebagai anak laki-laki yang telah dewasa.

Sepanggang seperloyangan dengan itu, lema “dara” diartikan dengan anak perempuan yang belum kawin; gadis; perawan. Sementara lema “bujang” diartikan dengan anak laki-laki dewasa; jaka.

Selalu ada makna atau setidaknya citra negatif yang disematkan dalam sifat-sifat yang terkait dengan perempuan.

Pertanyaan yang mustahak diajukan, mengapa kata “bujang” diartikan sebagai penanda kedewasaan yang merujuk pada sikap dan sifat, sementara kata “dara” diartikan dengan makna belum kawin yang merujuk bukan pada sifat tapi pada status?

Misoginis

Mengacu pada Hipotesis Sapir dan Worf bahwa bahasa memiliki kelindan yang kuat dengan budaya, naga-naganya kita sampai pada kesimpulan bahwa cara pandang kita terhadap perempuan memang masih menggunakan perspektif patriarki, bahkan misoginis.

Studi kecil saya tentang adanya adjektiva seksis – seperti pemberian contoh terhadap beberapa kata yang diidentikkan dengan gender tertentu – juga memperpanjang daftar lema misoginis tersebut.

Misalnya kata cerewet yang diartikan oleh KBBI dengan “suka mencela (mengomel, mengata-ngatai, dsb); banyak mulut; nyinyir; bawel” dengan contoh pemakaian “pembantu rumah tangga biasanya tidak suka bekerja pada nyonya rumah yang–”.

Lema “ceriwis” diartikan dengan suka “bercakap-cakap; banyak omong” dengan contoh pemakaian _sudah umum setiap gadis itu– _.

Contoh lain yang memperpanjang adjetiva seksis ini ada pada lema “nyinyir”. KBBI mengartikannya sebagai “mengulang-ulang perintah atau permintaan; nyenyeh; cerewet” dengan contoh pemakaian _nenekku kadang-kadang–, bosan aku mendengarkannya. _

Argumen Badan Bahasa yang menyatakan bahwa KBBI merupakan kamus hidup (living dictionary) berisi rekaman sejarah fakta kebahasaan yang pernah hidup di masyarakat sehingga tidak bisa dengan mudah diubah, tidak sepenuhnya bisa kita terima.

Jika memang yang mesti diubah adalah stigma dan konotasi pada masyarakat, maka pertanyaannya: apa dan di mana peran kamus?

Bukankah ia juga diharapkan menjadi penyumbang dalam konsep-konsep yang berkembang di masyarakat?

Alih-alih berkilah dengan argumen yang canggih, pekamus punya kesempatan yang baik untuk berkontribusi memberi warna positif demi mengubah stigma yang ada di masyarakat.(*)


The Conversation

Tags: #misogini#patriarki#Perempuan
Share40SendShare

Related Posts

DI GUYUR HUJAN PHBG GMIH BAIT’EL IDAMGAMLAMO SUKSES MELAKSANAKN GERAK JALAN POCO-POCO

16/04/2025

PIRAMIDA.ID - Menyambut Paskah Tahun 2025 panitia hari-hari besar Gerejawi (PHBG) GMIH Bait'el Idamgamlamo melaksanakan perlombaan Gerak jalan poco-poco pada...

gbr : Iptu L.Manurung dan Personil di lokasi yang diduga tempat perjudian

Warga : Kerja Kapolsek Saribudolok Itu Apa,Tangkap dan Berantas Judilah Baru Paten

06/05/2024

Piramida.id|Simalungun – Kapolsek Saribudolok dituding dan diduga sengaja melakukan pembiaran bahkan perlindungan terhadap kegiatan judi yang sedang marak terjadi di...

Illustrasi

Ratu Sabu Beraksi, Gunung Malela Diteror Narkoba Polsek Dicurigai

25/04/2024

Piramida.id|Simalungun – Sejumlah Warga kecamatan Gunung malela, kabupaten Simalungun, Sumut, menyatakan rasa ketidak percayaannya terhadap kinerja jajaran Polsek Bangun yang...

Jalin Kekompakan, Lapas Kelas IIA Pematangsiantar Gelar Berbagai Kegiatan Sebelum Buka Puasa

18/03/2024

Piramida.id|Siantar - 16 Maret 2024 Bulan Ramadhan merupakan bulan yang penuh berkah, kali ini dalam mengisi waktu sebelum berbuka Puasa...

Dana Desa Bukit Rejo Dipertanyakan, Pangulu Pilih Bungkam

01/03/2024

Piramida.id|Simalungun – Ricardo Nainggolan Sekretaris Jaringan Pendamping Kebijakan Pembangunan (JPKP) Simalungun meragukan kebenaran alokasi dana desa nagori Bukit Rejo, kecamatan...

Lokasi Peredaran Narkoba Bangsal Diramaikan Polisi,Kenziro Pucat

20/02/2024

Piramida.id|Siantar – Kawasan Bangsal, kelurahan Melayu, kecamatan Siantar Utara, Pematangsiantar, mendadak padat, Jalan Raya Wahidin pun spontan dipadati kendaraan dan...

Load More

Tinggalkan KomentarBatalkan balasan

Terkini

Berita

Satgas Penertiban Kawasan Hutan (PKH): Penegakan Hukum atau Alibi Militerisasi Atas Nama Konservasi?

09/05/2025
Berita

Ketua Front Justice: Kepemimpinan Wesly Silalahi Dinilai Gagal, Siantar Mengarah ke Kemunduran dan Kota Gelap

07/05/2025
Berita

GMKI Cabang Bandar Lampung Ungkap Krisis Kepolisian di Daerah Lampung: “Kekuasaan Tanpa Kendali, Rakyat Tanpa Perlindungan”

01/05/2025
Berita

Fawer Sihite Luncurkan Buku “Menghidupi Kembali Ut Omnes Unum Sint”: Refleksi dan Kebangkitan GMKI

22/04/2025
Edukasi

Refleksi Paskah dan Titik Balik Kebangkitan Ekonomi Indonesia

20/04/2025
Berita

DPD KNPI Simalungun Ucapkan Selamat Atas Terpilihnya Saudara Aldi Syahputra Siregar Sebagai Ketua KNPI Sumut Periode 2025-2028

19/04/2025

Populer

Berita

Ketua Front Justice: Kepemimpinan Wesly Silalahi Dinilai Gagal, Siantar Mengarah ke Kemunduran dan Kota Gelap

07/05/2025
Dialektika

Mengapa Demokrasi dapat Melahirkan Tirani?

21/02/2022
Berita

Satgas Penertiban Kawasan Hutan (PKH): Penegakan Hukum atau Alibi Militerisasi Atas Nama Konservasi?

09/05/2025
Dialektika

Enola, Gadis Kecil yang Dirampas Masa Depannya

21/06/2022
Pojokan

Pesan Tersembunyi Ki Narto Sabdo Dalam Lagu Kelinci Ucul

23/09/2020
Ekosospolbud

Jabu Sihol, Proyek Mengenal dan Belajar Budaya Batak

05/06/2020
  • Tentang Kami
  • Redaksi
  • Pedoman
  • Terms
  • Policy

© 2020-2024 Piramida ID

rotasi barak berita hari ini danau toba

No Result
View All Result
  • Kabar Desa
  • Dunia
  • Ekologi
  • Dialektika
  • Sopolitika
  • Sorot Publik
  • Lainnya
    • Ekosospolbud
    • Pojokan
    • Sains
    • Spiritualitas

© 2020-2024 Piramida ID

rotasi barak berita hari ini danau toba