Piramida.id
  • Tentang Kami
  • Redaksi
  • Pedoman
  • Terms
  • Policy
Rabu, September 3, 2025
  • Kabar Desa
  • Dunia
  • Ekologi
  • Dialektika
  • Sopolitika
  • Sorot Publik
  • Lainnya
    • Ekosospolbud
    • Pojokan
    • Sains
    • Spiritualitas
No Result
View All Result
  • Kabar Desa
  • Dunia
  • Ekologi
  • Dialektika
  • Sopolitika
  • Sorot Publik
  • Lainnya
    • Ekosospolbud
    • Pojokan
    • Sains
    • Spiritualitas
No Result
View All Result
Piramida.id
  • Berita
  • Dialektika
  • Dunia
  • Edukasi
  • Ekologi
  • Ekosospolbud
  • Kabar Desa
  • Pojokan
  • Sains
  • Sopolitika
  • Sorot Publik
  • Spiritualitas
Home Pojokan

Intelektual: Organik, Nirorganik, Partisan

by Redaksi
08/10/2021
in Pojokan
106
SHARES
756
VIEWS
Bagikan ke FacebookBagikan ke WhatsappBagikan ke Telegram

Reiner Emyot Ointoe*

PIRAMIDA.ID- “Saya akan kembali ke angin.
Kemarin dan esok
adalah hari ini
Bencana dan keberuntungan
sama saja
Langit di luar
langit di badan
bersatu dalam jiwa”

~W.S. Rendra (1935-2009)

Tak mudah ditempeli emblem (lencana) intelektual. Selain harus pikul “salib” moral, intelektual bukan predikat apalagi gelar.

Sama halnya sebutan budayawan. Tak segampang itu disapa malah didaulat dengan perasaan jumawa meski sering bicaranya blepotan tak karuan dan nalar publiknya miring lebih dari sembilanpuluh derajat.

Tak banyak orang suka disebut intelektual. Meski sejak abad-18, istilah intelektual mulai menjamur bak cendewan dan rata-rata mereka yang digelari intelektual itu lebih sering menjadi seorang kalau bukan aktivis (true believers, istilah Eric Hoffner), juga pujangga, dan filsuf.

Gerakan intelektual mulai marak pada awal abad duapuluh. Ketika itu, filsuf Perancis Julien Benda (1869-1956) bikin heboh dengan bukunya: The Treason of the Intellectuals (1928).

Pengkhianatan Kaum Intelektual besutan Benda mencengangkan Eropa Barat pada umumnya ketika mereka (kaum intelektual) — dari sainstis, aktivis humanisme hingga budayawan dan filsuf — dituduh melacurkan diri demi menghindari dari tekanan politik rezim otoriter (sosialisme, komunisme, dan marxisme) serta totalitarianisme seperti yang bisa dipetik dari tragedi tekanan politik Nazi menimpa Hannah Arendt (1889-1981) yang “nikah siri” sejak muda dengan filsuf Jerman, Martin Heidegger (1889-1976).

Tuduhan Benda atas pengkhianatan kaum intelektual (Perancis: Traihon du Clercs) lebih disebabkan tekanan politik dibanding sebagai pelacuran politik.

Jika tekanan politik rezim lebih menumbuhkan perlawanan dengan gerakan massa (true believers), pelacuran politik lebih melahirkan para intelektual bukan organik (misalnya, karna prestasi akademis atau ilmuwan) bahkan partisan (menjadi jurubicara atau public speakers rezim politik otoriter di semua media).

Karena itu, sosiolog Ron Eyerman harus merekam bagai jejak sejarah kaum intelektual dalam sejarah masyarakat kontemporer. Mereka sedang mendayung di antara dua karang “budaya dan politik.”

Dengan kata lain, fungsi dan peran serta posisi sejati kaum intelektual kapanpun — meminjam istilah Gramsci — harus berlaku dalam lingkup sosiologi intelektual sebagai bentuk yang lebih organis. Bukan unorganic apalagi partisan.

Intelektual organik adalah mereka yang bisa melintas zaman. Lalu lalang bahkan menjauh dari godaan struktural yang akan mereduksi fondasi mental mereka sebagai nadinya sikap dan tindakan mereka.

Tanpa mentalitas organik itu bahkan anti struktur, jangan harap kebenaran bukan arus yang harus dicegat, monopoli dan dihegomoni. Tapi, dipertukarkan atau didialogkan dalam isi dan bentuk yang distorsif dan manipulatif.(*)


Penulis merupakan pengamat media sosial. Dikenal sebagai budayawan Sulawesi.

Tags: #fenomenaintelektual#gramsci#organik#sejarah
Share42SendShare

Related Posts

Asal-usul Permainan Tradisional Anak-anak

12/07/2023

PIRAMIDA.ID- Anda merasa jenuh dengan bermain dengan gim di ponsel dan laptop? Terlalu lama bermain gim bisa menyebabkan kerusakan mata akibat...

Mengapa ada Tujuh Hari dalam Seminggu?

11/07/2023

PIRAMIDA.ID- Akhir pekan selalu tak kunjung tiba, kita harus menunggu enam hari penuh antara Senin dan Sabtu. Satu minggu itu...

Ini Medan, Bung!

05/03/2023

Supriadi Harja* PIRAMIDA.ID- Aku lupa, kapan aku pernah mengenal orang ini. Begitu melihatku, ia memperkenalkan diri. Namanya Pak Sukri. Namun...

Seperti Apa Sistem Absensi yang Banyak Digunakan di Indonesia?

20/12/2022

PIRAMIDA.ID- Aset terbesar perusahaan adalah karyawan. Tanpa karyawan, perusahaan tidak akan dapat mencapai tujuan perusahaan. Untuk mencapai tujuannya, human resources...

Mimpi

07/12/2022

Billie Gregorine* PIRAMIDA.ID- Semua orang sekiranya pastilah pernah bermimpi. Sambil rebahan, sayup-sayup kudengar lagu dari Nadin Hamizah yang judulnya 'Rumpang'....

Mengantongi Ragam Cerita dari Tanah Papua

04/09/2022

Oleh: Roberto Duma Buladja* PIRAMIDA.ID- Konsultasi Nasional (Konas) GMKI berlangsung pada 23–27 Agustus 2022 di Jayapura, tanah Papua. Kurang lebih...

Load More

Tinggalkan KomentarBatalkan balasan

Terkini

Berita

Diduga Oknum DPRD Tanjung Balai Asyik Dugem di Medan

02/09/2025
Berita

Kasus Penyeludupan Rokok Ilegal di Pelabuhan Punggur, GMKI Batam: Bea Cukai Hanya Mampu Meringkus Rakyat Kecil Bekerja Sebagai Supir

02/09/2025
Berita

IJLS Menyerukan Rakyat Harus Bersatu Menolak Adu Domba, Hentikan Operasi Intelijen yang Memecah Belah Persatuan Bangsa

31/08/2025
Berita

PRESS RILIS KOMRAD PANCASILA 31 AGUSTUS 2025

31/08/2025
Berita

Rakyat Marah, GMKI : Mafia dan Koruptor Dibiarkan Dan Dilindungi

31/08/2025
Berita

SERUAN PARKINDO: MENYIKAPI AKSI DEMONSTRASI AGUSTUS 2025

31/08/2025

Populer

No Content Available
  • Tentang Kami
  • Redaksi
  • Pedoman
  • Terms
  • Policy

© 2020-2024 Piramida ID

rotasi barak berita hari ini danau toba

No Result
View All Result
  • Kabar Desa
  • Dunia
  • Ekologi
  • Dialektika
  • Sopolitika
  • Sorot Publik
  • Lainnya
    • Ekosospolbud
    • Pojokan
    • Sains
    • Spiritualitas

© 2020-2024 Piramida ID

rotasi barak berita hari ini danau toba

xnxx
xnxx
xnxx
xnxx