Oleh: Tamara Y. Manurung, Charles A Silitonga, Yossi Novaita Sihaloho, & Dosen Pembimbing: Susy Alestriani Sibagariang, S.Pd., MM*
PIRAMIDA.ID- Terjadinya proses belajar membutuhkan konsentrasi belajar pada pelakunya. Tanpa konsentrasi belajar, maka peristiwa belajar itu sesungguhnya tidak ada atau berlangsung. Namun tidak sedikit orang yang mengalami masalah atau kesulitan konsentrasi ketika belajar.
Tanpa konsentrasi belajar, maka hasil belajar pun tentu sangat rendah atau tidak optimal. Jika seseorang selalu mengalami kesulitan konsentrasi belajar ketika belajar bagaimana mau berharap menjadi orang yang berprestasi.
Tetapi belajar juga merupakan proses perubahan tingkah laku pada diri individu karena adanya interaksi antara individu dengan lingkungannya sehingga mereka lebih mampu berinteraksi dengan lingkungannya. (Burton: 1984).
Dalam Siregar (2014: 4) Anda pun tentu ingin menjadi orang pintar, siswa yang selalu bisa diidolakan karena prestasi yang menonjol kamu bukan? Menjadi sesuatu contoh atau tidak menonjol tentu paling tidak mengenakkan dan kadangkala tidak dianggap orang. Padahal setiap siswa mempunyai kesempatan dan peluang yang sama baik untuk menjadi siswa yang berprestasi. Janganlah Anda mengacu, menjadi siswa yang berprestasi harus memiliki IQ tinggi itu sudah basi.
Nah, jadi belajar merupakan proses di mana suatu organisme mengubah perilakunya sebagai hasil dari pengalaman dan juga merupakan suatu perubahan dalam kemampuan yang bertahan lama dan bukan berasal dari proses pertumbuhan. (Fontana (1981) dalam Winataputra (2007: 1.8), (Gagne (1985) dalam
Winataputra (2007: 1.8)).
Untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Definisi tersebut menekankan bahwa belajar adalah sebuah proses yang artinya belajar tidak dilakukan secara singkat melainkan terus-menerus. Belajar adalah usaha yang dilakukan oleh individu untuk menjadi lebih baik dan merupakan hasil dari perilaku sebelumnya yang berupa pengalaman.
Maka pada penelitian yang berjudul “Kesulitan Belajar Pada Secara Umum dan di masa pandemi Covid-19” berdasarkan wawancara yang dilakukan penulis kepada Ketua Rumah Belajar Gratis RNHKBP Partuahan, Saudara Dion A.F. Siallagan. Penelitian ini memberikan upaya agar mampu memberikan perubahan dan mengatasi masalah kesulitan belajar anak.
Faktor Pendukung dan Penghambat Proses Pendidikan
Faktor pendukung:
A. Pembawaan/hereditas
Pembawaan atau hereditas adalah sifat-sifat kecenderungan yang dimiliki oleh setiap manusia sejak masih dalam kandungan sampai lahir. Pembawaan ini hanya merupakan potensi-potensi. Berkembang atau tidaknya suatu potensi yang ada pada seorang anak sangat tergantung kepada faktor- faktor lain.
B. Kepribadian
Perkembangan akhlak pada seseorang sangat ditentukan oleh pendidikan dan pengalaman yang dilaluinya, terutama pada masa-masa pertumbuhan yang pertama. Kemampuan seseorang dalam memahami masalah-masalah agama atau ajaran-ajaran agama, hal ini sangat dipengaruhi oleh intelejensi pada orang itu sendiri dalam memahami ajaran-jaran Islam.
Misalnya:
Bangun pagi ke sekolah
Terapkan jadwal teratur. Salah satu penyebab anak sulit bangun pagi adalah tidur yang terlalu larut. Ini bisa diatasi dengan membuat jadwal tidur dan bangun teratur. Misalkan pukul 9 malam, semua harus masuk kamar, tidak ada lagi aktivitas yang menguras tenaga sudah gosok gigi dan lampu kamar sudah dihidupkan sehingga mau tidak mau anak akan segera tidur. Orang tua juga harus memberi contoh.
Bagaimana mungkin anak mau tidur tepat waktu kalau suara TV di ruang keluarga masih terdengar nyaring? Dengan tidur awal, anak juga lebih mudah bangun pagi teratur.
Buat morning call atau panggilan di pagi hari yang menyenangkan titik bisa berupa jam weker atau memutar lagu kegemaran anak titik begitu mendengar bunyi dering atau alunan lagu anak akan tahu kalau ini sudah waktunya bangun.
Biasakan rutinitas pagi bersama titik buat rutinitas pagi bersama ayah ibu dan anak anak dengan sigap bangun lalu melakukan aktivitas bersama misalnya 2 pagi bersama atau melakukan olahraga ringan seperti senam pagi titik kalau sudah menjadi kebiasaan dengan mudah anak akan bangun di pagi hari dengan kebiasaan seperti ini anak akan lebih siap menerima pelajaran di sekolah.
Keluarga
Keadaan keluarga atau rumah tangga ialah keadaan atau aktivitas sehari-hari di dalam keluarga, seperti sikap orang tua kepada anak-anaknya, sikap ayah kepada ibu, sikap ibu kepadaayah, serta sikap orang tua kepada tetangga. Sikap orang tua sangat mempengaruhi tingkah laku anak, karena perkembangan sikap sosial anak dimulai di dalam keluarga. Orang tua yang penyayang, lemah lembut, adil dan bijaksana, akan menumbuhkan sikap sosial yang menyenangkan pada anak. Karena anak merasa diterima dan disayangi oleh orang tuanya, maka akan tumbuh rasa percaya diri pada anak sehingga terbentuk pribadi yang menyenangkan dan suka bergaul.
Guru/pendidik
Pendidik adalah salah satu faktor pendidikan yang sangat penting, karena pendidik merupakan orang yang akan bertanggung jawab dalam pembentukan pribadi peserta didik selama berada di lingkungan sekolah. Guru harus mampu menunjukkan akhlakul karimah dalam kehidupan sehari-hari, karena peran dan pengaruh seorang pendidik terhadap peserta didik sangat kuat.
Misalnya:
Guru mengajar pada anak didik
Kadang anak-anak mengatakan bahwa guru itu galak dan tidak baik c diberikan pengertian kepada anak bahwa motivasi belajarnya harus tetap ada meskipun cara gurunya dalam mengajar tidak ia sukai titik minta anak membuang perasaan subjektifnya dan belajar menyukai cara si guru mengajar. Tentu kita juga perlu memberi masukan kepada pihak sekolah tentang keluhan anak. Mungkin mereka bisa memperbaiki sumber daya manusia atau guru dalam hal caranya mengajar. Harusnya cara guru mengajar disesuaikan dengan gaya belajar anak. Jika ternyata di sekolah ada guru galak, beri pengertian kepada anak bahwa maksud guru sebenarnya baik supaya anak rajin belajar. Mintalah anak untuk belajar beradaptasi dan menghindari kesalahan supaya tidak dimarahi. Orang tua pun perlu mengambil tindakan di sekolah misalnya dengan meminta pihak sekolah untuk memberi arahan kepada guru-guru bagaimana cara mengajar yang baik. Selain itu salah satu hal terbaik yang bisa anda lakukan untuk memastikan tahun sekolah anak Anda akan menyenangkan dan produktif adalah membentuk hubungan kuat dan positif dengan gurunya.
Lingkungan
Salah satu faktor yang turut memberikan pengaruh dalam terbentuknya sikap seseorang adalah lingkungan di mana orang tersebut berada. Lingkugan ialah suatu yang melingkupi tubuh yang hidup, seperti tanah dan udara, sedangkan lingkugan manusia ialah apa yang mengelilinginnya, seperti negeri, lautan, udara, dan masyarakat.131 Lingkugan ada dua jenis, yaitu lingkungan alam dan lingkungan pergaulan.
Lingkungan pergaulan adalah faktor yang sangat penting dalam pendidikan akhlak. Sebaik apapun pembawaan, kepribadian, keluarga, pendidikan yang ditempuh, tanpa didukung oleh lingkungan yang kondusif, maka akhlak yang baik tidak akan terbentuk.
Faktor penghambat
Keterbatasan waktu di sekolah Waktu belajar anak di Taman Kanak-kanak
hanya sekitar60 atau 75 menit, ¼ dari waktu tersebut digunakan untuk kegiatan pembukaan, 4/6 nya digunakan untuk kegiatan privat, dan 1/6 lagi digunakan untuk kegiatan klasikal II dan penutup. Sedangkan materi yang ada sangat padat, mencakup membaca, al-Qur’an, praktek shalat, menulis, aqidah, akhlak, lagu-lagu Islami, dan lain sebagainya. Dengan kata lain, dalam waktu yang relatif singkat tersebut ada tiga hal yang harus dicapai dalam pendidikan di Taman Kanak-kanak yakni pembinaan dan pengembangan aspek kognitif, psikomotor, dan afektif. Karena minimnya waktu, para pendidik lebih terfokus dalam hal aspek kognitif dan psikomotor, sehingga seringkali meninggalkan pembinaan aspek afektif.
Kesibukan orang tua
Pengaruh kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi serta pola hidup materialis dan pragmatis menyebabkan orang tua selalu disibukkan dengan karir masing-masing. Sehingga mereka tidak sempat memberikan perhatian dan kasih sayang kepada anak-anaknya serta tidak memperhatikan pendidikan agama khususnya pendidikan akhlak anak-anaknya.
Misalnya :
Orang tua yang terlalu sibuk
kecemburuan kepada adik, orang tua terlalu sibuk, perasaan tidak diperhatikan kema bertengkar dengan saudara kandung, dan lainnya juga menurunkan motivasi belajar anak.
Sikap orang tua
Selain kurangnya perhatian yang diberikan orang tua kepada anak. Para orang tua juga masih banyak yang berpandangan sempit mengenai pendidikan. Masih banyak para orang tua yang beranggapan bahwa pendidikan agama khususnya pendidikan akhlak cukup diberikan di lembaga formal (sekolah) atau guru ngaji yang ada di lingkungan sekitar.
Lingkungan
Misalnya:
Masalah di rumah
Suasana rumah yang tidak harmonis ikut berperan dalam menurunkan motivasi belajar anak titik orang tua menunjukkan ketidak mesraan hubungan mereka di depan anak suka berdebat tidak saling menghormati atau menghargai, sering marah-marah kepada pasangan atau anak, dan lainnya. Itu semua akan membuat anak malas belajar, karena ia merasa suasana rumah tidak nyaman. Jangankan belajar tidur pun mungkin anak tidak nyenyak.
Interaksi anak dengan lingkungan tidak dapat dielakkan, karena anak membutuhkan teman bermain dan kawan sebaya untuk bisa diajak bicara sebagai bentuk sosialisasi. Sedikit banyak informasi yang diterima akan terekam dibenak anak. Lingkungan rumah serta lingkungan pergaulan anak yang jauh dari nilai-nilai islam, lambat laun akan dapat melunturkan pendidikan agama khususnya pendidikan akhlak yang telah ditanamkan baik dirumah maupun di sekolah.
Misalnya :
Bertengkar dengan teman
Bila anak sedang bertengkar dengan teman sekolahnya, selesaikanlah permasalahan ini dengan baik-baik titik apabila anak berselisih karena saling mengejek dengan temannya, maka jika tidak didamaikan mungkin saja perselisihan akan terus berlanjut. Minta anak untuk meminta maaf kepada teman yang berselisih dengan nya sama meskipun bukan dia yang memulai titik lalu minta anak membuat perjanjian dengan temannya untuk berdamai dan bermain bersama lagi titik jika tidak bisa dilakukan sendiri kita bisa meminta tolong kepada guru atau mengajak teman anak yang lain untuk menyelesaikannya.
Media massa
Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) telah menciptakan perubahan besar dalam kehidupan ini. Televisi atau media massa lain yang lahir dari kemajuan IPTEK telah banyak memberikan dampak yang negatif kepada perkembangan anak, terutama dalam pembentukan pribadi dan karakter anak. Sekian banyak dari tayangan televisi, hanya sekitar 25% yang sifatnya mendidik dan terbebas dari hal-hal yang kontradiktif. 75% lainnya justru memberi pengaruh yang buruk bagi para penontonnya.
Beberapa faktor penghambat / kesulitan bagi seorang anak didik dan solusi nya dalam proses belajarnya:
Faktor pendidikannya
Contoh, karakter anak didik tersebut (baik atau buruk).
Solusinya: seorang pendidik atau tenaga pendidik tidak boleh menyamakan kedewasaan yang ada pada dirinya dengan yang ada pada ada peserta didiknya.
Faktor keluarga
Contoh, orang tua mendukung atau tidak terhadap anak dalam proses belajarnya.
Solusinya: melakukan pendekatan/memberikan pengertian terhadap orang tua peserta didik (seperti melakukan sosialisasi terhadap orang tua peserta didik).
Faktor lingkungan
Contoh, masyarakat di lingkungan tersebut mendukung atau tidaknya proses pembelajaran pada anak-anak di lingkungan tersebut.
Solusinya: menjaga Citra kita sebagai tenaga pendidik di lingkungan tersebut agar masyarakat mendukung kita sebagai tenaga pendidik dalam melakukan proses pembelajaran terhadap anak-anak di lingkungan tersebut.
Upaya Yang dapat diberikan Penulis dalam Kesulitan Belajar anak secara Umum dan Dimasa pandemi
Dengan membuat sistem pembelajaran yang menyenangkan dan tidak monoton akan membuat peserta didik semangat dalam melaksanakan pembelajaran memberikan bimbingan kepada anak dan perhatian yang baik agar anak dapat menerima kegiatan pembelajaran tersebut tanpa ada suatu tekanan dari keluarganya.
Memberikan sarana dan prasarana yang diperlukan peserta didik dalam proses belajarnya dalam situasi belajar secara umum dan di dalam kondisi pandemi Covid 19.
Membangun komunikasi yang baik antara tenaga pendidik dan peserta didik, sehingga tenaga pendidik dapat mengetahui di mana kemampuan dan kesulitan yang dialami oleh peserta didiknya.
Tenaga pendidik memberikan motivasi kepada peserta didiknya. Walaupun kemajuan dan kemampuan peserta didik dalam hal seperti membaca, menulis dan menghitung masih terbilang lambat. Dan tidak membandingkannya dengan peserta didik lain.
Kepekaan tenaga pendidik terhadap kondisi peserta didiknya, tidak menuntut secara berlebihan di luar batasan kemampuan peserta didiknya.
Pandemi Covid 19 dan masalah anak dalam belajar
Tahun 2020 tampaknya menjadi tahun yang sulit dan menantang, baik bagi anak maupun orang tua karena adanya pandemi covid 19. Hal ini disebabkan karena berdasarkan peraturan kementerian Pendidikan dan kebudayaan proses pembelajaran bagi sekolah di zona merah dan orange wajib dilakukan jarak jauh karena kepentingan kesehatan dan usaha menekan angka infeksi covid-19. Kesulitan dan masalah yang dialami anak pun terlihat dari hasil penelitian yang menunjukkan bahwa pandemi covid 19 yang mengharuskan anak-anak untuk belajar dari rumah menyebabkan stress dan kecemasan pada anak dikarenakan tugas yang terlalu banyak kesulitan anak untuk bertanya ketika anda tidak memahami materi yang disampaikan dan masalah jaringan internet.
Selain permasalahan teknis dalam mengikuti pelajaran, orang tua juga mengeluhkan sikap belajar anak di rumah, yang dinilai sulit diatur oleh orang tua. Keluhan orang tua mengenai sikap anak ketika mengikuti pembelajaran daring misalnya ketidakmampuan anak untuk memusatkan atensi ketika mengikuti pembelajaran jarak jauh anak tidak mau mendengarkan arahan orang tua anak tidak dapat dilepas belajar sendiri, sehingga menghabiskan waktu orang tua untuk mendampingi anak dan anak yang hanya ingin bermain namun tidak mau mengikuti proses pembelajaran daring.
selain masalah dalam sikap belajar anak kemah orang tua juga tidak luput dari stress dan kecemasan selama masa penitik hal ini disebabkan karena adanya kekhawatiran mengenai kondisi finansial, ketidakpastian akan masa depan, kurangnya sosialisasi dengan teman atau orang lain di luar rumah, dan tekanan yang orang tua rasakan ketika perlu mendampingi anak belajar di rumah.
Peran orang tua terhadap regulasi diri dalam belajar anak selama di
rumah saja
Walaupun kondisi saat ini tergolong sulit, baik bagi anak dan orang tua, bukan berarti tidak terdapat solusi atau faktor protektif yang dapat mengurangi potensi masalah regulasi diri dalam belajar pada anak. Hal pertama yang perlu dilakukan tentunya dimulai dari orangtua. Orangtua perlu terlebih dahulu menerima bahwa kondisi pandemi covid 19 ini memang ada dan dialami oleh setiap orang. Kemampuan menerima kondisi pandemi covid 19 ditemukan dapat membantu orangtua untuk mengurangi stress yang dialami selama pandemi covid 19. Selain penerimaan akan kondisi saat ini orangtua juga perlu saling mendukung dan membentuk satu sama lain agar dapat meringankan tugas yang dikerjakan selama di rumah titik dukungan sosial antara anggota keluarga pun penting agar orang tua tetap dapat bertahan melewati kondisi sulit pada pandemi covid 19.
Bagi anak yang berada pada usia sekolah anak memasuki tahap ketika dirinya mulai sering membandingkan diri dengan teman lainnya. Anak pun mulai mengaitkan keberhargaan dan keberhasilan dirinya pada standar dari teman guru ataupun orang tuanya. Oleh karena itu, selain memberikan contoh bagi anak cara menyelesaikan tugas dengan baik dan menjadi figur yang menunjukkan pentingnya bekerja keras, orang tua pun perlu menyediakan waktu untuk mengeksplorasi aktivitas bersama anak serta menyediakan wadah untuk mengasah kemampuan anak titik contoh wadah yang dapat disediakan orang tua selama di rumah misalnya membaca buku bersama, mendampingi anak bermain, atau melakukan aktivitas lainnya yang dapat mendorong keinginan belajar anak.
Ketika anak berhasil menguasai suatu keterampilan atau melakukan perilaku positif orang tua pun perlu memberikan apresiasi dan membangun lingkungan yang positif di rumah agar anak termotivasi untuk belajar dan mampu meregulasi dirinya dalam belajar seiring perkembangannya dan juga saling menjalin komunikasi yang baik dengan guru dan rutin memperbarui informasi mengenai pendidikan anak melalui komunikasi dengan guru ataupun orang tua murid lainnya orang tua perlu memastikan dirinya mengetahui informasi terbaru mengenai perkembangan pendidikan anak agar orang tua mengetahui kondisi akademik anak dan mendapatkan gambaran mengenai pendidikan anak yang dapat menjadi bekal untuk menentukan langkah yang perlu dilakukan untuk memupuk atau memperkuat regulasi diri dalam belajar anak.
Selain terlibat dalam komunikasi dengan guru dan orang tua murid lainnya, ekspetasi bagi pendidikan anak titik ekspektasi yang dimaksud tidak membahas nilai yang harus dicapai dan seberapa tinggi tuntutan orang tua kepada anak. Namun ekspektasi yang dimaksud berarti menentukan nilai pembelajaran dan nilai positif yang hendak di ajarkan kepada anak dan dapat memotivasi anak misalnya pentingnya penanaman nilai kemandirian dan daya juang kepada anak dalam proses belajar dan pengerjaan tugasnya yang dapat dilakukan melalui perbincangan bersama anak dan kebiasaan dalam melakukan aktivitas di rumah sehari-hari.
Kesimpulan
Dalam proses belajar siswa sebagai individu unik sehingga terdapat beberapa sifat, seperti cepat dalam belajar, lambat dalam belajar, kemampuan menangkap yang rendah, dan sebagainya. Semua itu terjadi karena latar belakang keunikan individu masing-masing siswa. Namun meskipun demikian kegiatan belajar di sekolah mempunyai tujuan tetap yaitu membantu para siswa memperoleh perubahan tingkah laku, maupun memberikan wawasan yang lebih luas. Gejala kesulitan belajar nampak dalam berbagai tingkah laku dan bersumber dari faktor-faktor internal (dari diri peserta didik) dan faktor-faktor eksternal (dari luar diri peserta didik).
Saran.
guru sebagai pendidik harus dapat mengetahui karakteristik siswa sebelum guru melakukan kegiatan belajar mengajar. Hal ini penting dilakukan karena di dalam diri siswa terdapat banyak keunikan berbeda-beda antara satu siswa dengan siswa lainnya. Selain itu guru sebagai pendidik diharapkan mampu membuat situasi belajar mengajar menjadi nyaman dan menarik sehingga sangat sedikit kemungkinan bagi siswa untuk mengalami kesulitan dalam menerima pembelajarannya.(*)
Penulis merupakan Mahasiswa Pendidikan Sekolah Dasar (PGSD) Universitas HKBP Nommensen Pematangsiantar.