Piramida.id
  • Tentang Kami
  • Redaksi
  • Pedoman
  • Terms
  • Policy
Jumat, Mei 9, 2025
  • Kabar Desa
  • Dunia
  • Ekologi
  • Dialektika
  • Sopolitika
  • Sorot Publik
  • Lainnya
    • Ekosospolbud
    • Pojokan
    • Sains
    • Spiritualitas
No Result
View All Result
  • Kabar Desa
  • Dunia
  • Ekologi
  • Dialektika
  • Sopolitika
  • Sorot Publik
  • Lainnya
    • Ekosospolbud
    • Pojokan
    • Sains
    • Spiritualitas
No Result
View All Result
Piramida.id
  • Berita
  • Dialektika
  • Dunia
  • Edukasi
  • Ekologi
  • Ekosospolbud
  • Kabar Desa
  • Pojokan
  • Sains
  • Sopolitika
  • Sorot Publik
  • Spiritualitas
Home Dunia

Komunitas Manusia Yang Luput Mengetahui Virus Corona

by Redaksi
11/07/2020
in Dunia
foto/Muse Mohammed/IOM

foto/Muse Mohammed/IOM

98
SHARES
701
VIEWS
Bagikan ke FacebookBagikan ke WhatsappBagikan ke Telegram

PIRAMIDA.ID- COVID-19 yang telah mengubah dunia selama enam bulan terakhir, membuat perjalanan internasional terhenti dan menjerumuskan ekonomi dunia ke jurang resesi.

Tetapi ada sejumlah kelompok orang yang tak tahu adanya pandemi corona, meski mereka sendiri sangat rentan tertular.

Banyak migran Ethiopia belum pernah mendengar

Di Afrika, banyak migran Ethiopia melakukan perjalanan berbahaya melintasi bentang alam.

Somalia hanyalah perhentian pertama sebelum mereka sampai ke Yaman, kemudian ke Arab Saudi dan negara-negara Teluk lainnya untuk mencari pekerjaan, seperti penuturan Carlotta Panchetti, pekerja dari Organisasi Migrasi Internasional (IOM) PBB di Mogadishu.

“Yang kami bicarakan di sini adalah migran muda, dengan jumlah persentase tinggi anak-anak tanpa pendamping atau perempuan yang bepergian sendiri yang benar-benar putus asa mencari peluang yang lebih baik,” katanya.

“Mereka bermigrasi dalam kondisi yang sangat mengerikan, jadi mereka hanya berjalan melalui padang pasir tanpa barang, hanya ditemani sebotol air bersama mereka.”

Dia mengatakan ketika IOM mulai mensurvei migran yang mereka temui untuk mengetahui apakah mereka tahu tentang virus corona, jumlahnya mengejutkan.

Organisasi Migrasi Internasional (IOM) mendistribusikan materi IEC di Bossaso untuk meningkatkan kesadaran tentang migran tentang COVID. Foto diambil pada tahun 2020 di Somalia. (Supplied: IOM)

Pada bulan Maret, ketika virus corona mulai menyebar melalui Somalia dan dinyatakan sebagai pandemi, 88 persen migran yang disurvei IOM belum pernah mendengar tentang virus ini.

Pada akhir Juni, kesadaran soal pandemi mulai ada, tetapi 49 persen masih tetap tidak menyadari jika virus corona sudah menjadi pandemi dunia.

“Hampir setengah dari populasi yang kami jangkau dan survei masih belum pernah mendengar COVID-19,” katanya.

“Ini karena kurangnya akses ke internet, ke informasi yang dapat diandalkan, dan dapat dihambat oleh hambatan bahasa.”

Ketika para migran diberi tahu tentang virus mematikan yang sangat menular ini, respon yang diterima Carlotta dari mereka rata-rata tidak percaya, terkejut, skeptis, takut, dan merasa tidak pasti.

“Sekarang ada stigma tambahan bahwa [mereka] mungkin pembawa virus,” katanya.

Berbicara dari sebuah kamp pengungsi internal, sebuah video yang dirilis IOM menampilkan seorang ibu dari enam anak asal Somalia, Halima Ibrahim Hassan.

Halima mengatakan IOM memberitahunya tentang virus corona pada akhir Maret dan menasihatinya tentang jarak sosial dan kebersihan tangan.

“Kami sangat menghargai ini. Sesuai dengan nasihat itu, saya jadi sering mencuci tangan,” katanya.

Dalam video lain, seorang pekerja IOM terlihat berjalan sambil berbagi nasihat kesehatan melalui megafon di kamp dan tempat penampungan sementara.

“Virus ini tidak hanya menyerang orang non-Muslim, virus ini bisa menular ke semua manusia,” katanya.

“Penyakit ini hanya bisa dicegah melalui kebersihan.”

IOM memberi tahu anggota masyarakat tentang COVID-19 di situs Weydow IDP di Mogadishu, Somalia, 2020. (Supplied: Hamza Osman/IOM)

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah mengingatkan infeksi COVID-19 telah menyebar di Afrika dengan jumlah orang yang tertular lebih dari setengah juta kasus dan 11.000 orang meninggal.

Di Ethiopia sendiri tercatat 6.000 kasus dan 100 kematian karena virus corona, sementara Somalia mencatat lebih dari 3.000 kasus dan setidaknya 90 orang telah meninggal dunia.

Juru bicara IOM Afrika, Yvonne Ndege menambahkan kebanyakan dari mereka rentan terhadap virus tersebut karena sering terpaksa tidur saling berdekatan satu sama lain dan rute migrasi yang mereka lalui memiliki keterbatasan fasilitas kesehatan dan sanitasi.

“Kenyataannya adalah sebagian dari masyarakat yang paling rentan di dunia, yang cenderung tertular penyakit yang mematikan ini, malah tidak mengetahui bahwa virus ini eksis. Ini mengerikan,” katanya.

Myanmar: warga ‘buta dan tuli’ terhadap virus corona

Beberapa pekerja kemanusiaan kepada Human Rights Watch (HRW) dan Amnesty International mengatakan pemadaman internet terlama di dunia di sejumlah kawasan Myanmar telah memutus akses ke informasi penting, termasuk tentang virus corona.

Sembilan kota di negara bagian Rakhine dan Chin telah terputus dari akses seluler sehingga berdampak pada sekitar 1 juta orang yang tinggal di zona konflik.

“Myanmar telah mengalami pemadaman internet selama setahun. Beberapa warganya masih tidak tahu ada pandemi,” kata wakil direktur HRW Asia, Phil Robertson di akun twitternya.

Ia mengatakan kepada ABC, mustahil untuk tahu berapa banyak orang di desa-desa di wilayah pemadaman internet itu yang tahu tentang virus corona, tapi ia memperkirakan ada puluhan ribu orang berada di kamp-kamp pengungsian yang seringkali merupakan inkubator ideal untuk penyebaran cepat penyakit.

“Hanya beberapa orang saja di kamp pengungsian yang mengetahui tentang COVID-19 ini,” kata seorang pekerja kepada Amnesty International yang mengestimasi hanya 5 persen saja yang mengerti jika virus ini berbahaya.

Seorang warga dari Minbya menyampaikan kepada Amnesty International jika mereka tahu tentang COVID-19 dari TV, koran, dan siaran parabola ilegal, tetapi tidak memiliki akses yang termutakhir dari internet.

“Saya khawatir karena di saat perang kami masih dapat bersembunyi di hutan, tapi kami jelas tidak bisa lari dan bersembunyi dari virus,” katanya.

“Rasanya kami seperti buta dan tuli, dan tidak ada seorang pun yang melaporkan apa yang terjadi di Minbya.”

Phil Robertson mengatakan, pemadaman internet telah didesain untuk membuat orang-orang di Rakhine dan komunitas internasional buta informasi tentang konflik yang terjadi di sana.

“Pemerintah sudah berlaku tidak adil dengan memutus orang-orang ini dari informasi tentang wabah COVID-19.”

Juru bicara pemerintah, Zaw Htay, mengatakan tidak bisa menerima pertanyaan dari media melalui sambungan telepon sebelum menutupnya. Ia juga tidak merespon lagi panggilan telepon maupun pesan yang dikirimkan kepadanya,

Angka penularan COVID-19 di Myanmar tercatat sangat rendah, dengan hanya 316 kasus dan 6 kematian. Tetapi ini menimbulkan banyak pertanyaan, termasuk soal pengetesan dan kualitas sistem kesehatan.

Komunitas adat di Amazon, Brasil

Brasil telah menjadi salah satu negara yang paling terpukul di dunia akibat virus ini, di peringkat kedua setelah Amerika Serikat.

Brasil mencatat lebih dari 1,6 juta kasus, termasuk Presiden Jair Bolsonaro, yang secara konsisten menyepelekan virus ini dan kini dinyatakan tertular virus corona.

Lebih dari 66.000 orang telah meninggal, dengan tingkat kematian masyarakat adat terpencil lebih tinggi diperkirakan jumlahnya lebih dari 400 kematian dan 12.000 kasus penularan.

Dalam foto 10 Mei 2020 ini, Pedro Henrique yang berusia 9 tahun berpose untuk sebuah foto berdiri di pintu masuk rumahnya di komunitas Park of Indigenous Nations di Manaus, Brasil, di tengah pandemi virus corona. (AP: Felipe Dana)

Tiago Amaral, penasehat internasional untuk Artikulasi Masyarakat Adat di Brasil (APIB) mengatakan di saat mayoritas dari 300 masyarakat adat Brasil terhubung ke media dan mengetahui wabah koronavirus, ada sekitar 107 kelompok masyarakat adat yang tidak memiliki kontak dengan dunia luar.

Kelompok-kelompok dengan kontak yang sangat terbatas atau nol itu tidak akan menyadari bahwa virus itu ada, katanya.

“Mungkin beberapa dari mereka bahkan tidak tahu … dan itu hal yang baik, karena mereka terisolasi,” katanya.

Tiago mengatakan, beberapa kelompok “berhak merasa takut” melakukan kontak dan tinggal jauh di Amazon.

Brasil sebenarnya memiliki undang-undang yang membantu melindungi cara hidup masyarakat adat, namun meningkatnya jumlah perampas tanah dan penebang di bawah Pemerintah sayap kanan membuat Amazon dalam risiko.

Dia menambahkan fokus utama kesehatan masyarakat adat adalah mencegah penyebaran penyakit ke wilayah adat.

“Sudah jelas, sejak awal, bahwa Pemerintah Federal tidak akan menjadi sekutu untuk memerangi pandemi ini,” katanya.

“Sangat jelas masyarakat adat harus menciptakan sarana bagi diri mereka sendiri untuk melindungi diri mereka sendiri.”

Dia mengatakan kelompok-kelompok pejuang hak-hak masyarakat adat telah bersatu dan memetakan sebuah rencana untuk membangun pangkalan kesehatan darurat sederhana di zona-zona yang paling parah, selain juga melakukan kampanye dan mengumpulkan uang untuk peralatan.


Sumber: ABC Indonesia/Erin Handley

Untuk mengetahui perkembangan dan informasi lengkap tentang Australia dalam bahasa Indonesia, silakan klik laman ABC Indonesia.

Tags: #imigran#komunitasadat#pandemi
Share39SendShare

Related Posts

Kebahagiaan Berasal dari Keyakinan dalam Diri

10/07/2023

PIRAMIDA.ID- Pernahkah Anda berkata pada diri sendiri saat marah, ‘Saya tidak boleh marah?' Atau mungkin ketika Anda merasa sedikit sedih,...

Mengapa Orang Terlihat Serius dan Tidak Tersenyum di Foto-foto Kuno?

30/04/2023

PIRAMIDA.ID- Foto-foto pertama diambil pada akhir tahun 1820-an. Tetapi sampai tahun 1920-an, tampaknya orang-orang mulai “belajar” tersenyum saat di foto....

Bagaimana Asal Usul Jabat Tangan?

02/04/2023

PIRAMIDA.ID- Kita sudah begitu terbiasa berjabat tangan dengan orang lain, kita hampir tidak memikirkan bagaimana, di mana, dan mengapa kebiasaan...

Marcus Aurelius: Kaisar Romawi Baik Hati yang Juga Seorang Filsuf

05/03/2023

PIRAMIDA.ID- Marcus Aurelius lahir pada 26 April 121 Masehi di Roma dengan nama lahir Marcus Annius Verus. Perjalanan hidupnya membuat...

Melihat Penghasilan Lenin dan Stalin

22/08/2022

PIRAMIDA.ID- Ketika para pemimpin Soviet pertama berkuasa, mereka menyiarkan slogan-slogan seperti “Tanah untuk Petani! Pabrik untuk Para Pekerja!” dan berjanji bahwa...

Sekilas tentang Abad Kegelapan: Apakah Kesenian juga Menjadi “Gelap”?

04/07/2022

PIRAMIDA.ID- Setelah kekaisaran raksasa Romawi Kuno perlahan menyusut hingga akhirnya tumbang dan hilang di tahun 476 M, maka hingga bertahun-tahun...

Load More

Tinggalkan KomentarBatalkan balasan

Terkini

Berita

Ketua Front Justice: Kepemimpinan Wesly Silalahi Dinilai Gagal, Siantar Mengarah ke Kemunduran dan Kota Gelap

07/05/2025
Berita

GMKI Cabang Bandar Lampung Ungkap Krisis Kepolisian di Daerah Lampung: “Kekuasaan Tanpa Kendali, Rakyat Tanpa Perlindungan”

01/05/2025
Berita

Fawer Sihite Luncurkan Buku “Menghidupi Kembali Ut Omnes Unum Sint”: Refleksi dan Kebangkitan GMKI

22/04/2025
Edukasi

Refleksi Paskah dan Titik Balik Kebangkitan Ekonomi Indonesia

20/04/2025
Berita

DPD KNPI Simalungun Ucapkan Selamat Atas Terpilihnya Saudara Aldi Syahputra Siregar Sebagai Ketua KNPI Sumut Periode 2025-2028

19/04/2025
Berita

Remaja Naposo Bulung HKBP Martoba Gelar Prosesi Jalan Salib

19/04/2025

Populer

Berita

Ketua Front Justice: Kepemimpinan Wesly Silalahi Dinilai Gagal, Siantar Mengarah ke Kemunduran dan Kota Gelap

07/05/2025
Dialektika

Mengapa Demokrasi dapat Melahirkan Tirani?

21/02/2022
Pojokan

Pesan Tersembunyi Ki Narto Sabdo Dalam Lagu Kelinci Ucul

23/09/2020
Dialektika

Enola, Gadis Kecil yang Dirampas Masa Depannya

21/06/2022
Dialektika

Prinsip-Prinsip Disiplin Kelas

02/04/2023
Ekosospolbud

Jabu Sihol, Proyek Mengenal dan Belajar Budaya Batak

05/06/2020
  • Tentang Kami
  • Redaksi
  • Pedoman
  • Terms
  • Policy

© 2020-2024 Piramida ID

rotasi barak berita hari ini danau toba

No Result
View All Result
  • Kabar Desa
  • Dunia
  • Ekologi
  • Dialektika
  • Sopolitika
  • Sorot Publik
  • Lainnya
    • Ekosospolbud
    • Pojokan
    • Sains
    • Spiritualitas

© 2020-2024 Piramida ID

rotasi barak berita hari ini danau toba