Piramida.id
  • Tentang Kami
  • Redaksi
  • Pedoman
  • Terms
  • Policy
Selasa, Juni 17, 2025
  • Kabar Desa
  • Dunia
  • Ekologi
  • Dialektika
  • Sopolitika
  • Sorot Publik
  • Lainnya
    • Ekosospolbud
    • Pojokan
    • Sains
    • Spiritualitas
No Result
View All Result
  • Kabar Desa
  • Dunia
  • Ekologi
  • Dialektika
  • Sopolitika
  • Sorot Publik
  • Lainnya
    • Ekosospolbud
    • Pojokan
    • Sains
    • Spiritualitas
No Result
View All Result
Piramida.id
  • Berita
  • Dialektika
  • Dunia
  • Edukasi
  • Ekologi
  • Ekosospolbud
  • Kabar Desa
  • Pojokan
  • Sains
  • Sopolitika
  • Sorot Publik
  • Spiritualitas
Home Dialektika

Masa Depan Buku (Cetak), Akankah Lenyap?

by Redaksi
21/11/2021
in Dialektika
101
SHARES
720
VIEWS
Bagikan ke FacebookBagikan ke WhatsappBagikan ke Telegram

PIRAMIDA.ID- Pada tahun 1993, Peter James menerbitkan novelnya Host dalam bentuk dua floppy disk. Kala itu, para wartawan dan sesama penulis mengecam dan mencaci makinya, karena dianggap betapa menggelikannya bentuk membaca ‘buku’ jenis baru itu.

Sesaat setelah munculnya Host, James meramalkan bahwa buku elektronik atau e-book akan menjadi populer sesudah buku elektronik memiliki bentuk yang mudah diakses dan bisa dinikmati seperti buku cetakan. Buku elektronik yang merupakan hal baru di tahun 90-an, dengan kata lain, akan akhirnya menjadi mapan sampai kemudian mengancam punahnya buku tradisional.

Tiga dasawarsa kemudian, visi James hampir menjadi kenyataan.

Melambungnya popularitas buku elektronik dalam tahun-tahun terakhir ini bukanlah berita baru, tetapi ke mana mereka akan menuju –dan apakah dampaknya bagi buku cetakan– belumlah diketahui.

Apakah buku cetak memang akhirnya ditakdirkan untuk bergabung tersia-sia dengan deretan lempengan tanah liat, gulungan naskah kuno, dan kertas hasil ketikan di mesin ketik? Dan jika memang seperti itu, apakah kita harus merasa cemas?

Jawaban untuk pertanyaan-pertanyaan ini memang tidak mudah, berkat adanya berbagai variasi dalam kecenderungan membaca secara elektronik dan dalam penemuan riset mengenai dampak (atau tidak adanya dampak) membaca digital bagi kita.

Yang kita ketahui, meskipun buku cetak masih tetap merupakan cara membaca yang paling populer, selama satu dasawarsa terakhir ini buku elektronik berupaya keras untuk dapat meningkatkan kepopulerannya.

Namun munculnya buku digital pertama adalah usaha yang penuh tantangan karena definisi manusia mengenai apa yang disebut buku elektronik bervariasi.

Memang, meskipun adanya kekesalan yang disebabkan buku Host karya Jones –yang disebut-sebut sebagai novel digital pertama– pada tahun 1993, para penerbit saat itu tidaklah terlalu khawatir.

Belakangan, pada tahun 2007, dengan dirilisnya Kindle oleh Amazon, sikap itu langsung berubah besar. Hampir dengan segera, peranti itu menyebabkan debaran jantung di industri penerbitan.

Sepanjang tahun 2008 sampai 2010 penjualan buku elektronik melesat, meningkat sebanyak 1,260%, menurut laporan New York Times.

Seperti menambah arang pada api yang sudah berkobar, Nook juga muncul, dan juga iPad, yang dirilis berdampingan dengan iBooks Store.

Pada saat itu, industri penerbitan sudah kehilangan semua kemampuan untuk merebut kembali inisiatif dan momentum. Pada tahun 2011, saat jaringan toko buku Amerika Serikat, Borders Books, dinyatakan bangkrut, popularitas buku elektronik terus meningkat meskipun ternyata tidak secara besar-besaran.

Selama beberapa tahun terakhir ini, ada perubahan. Menurut Asosiasi Penerbit Amerika, penjualan buku elektronik yang mencapai 20% dari pasar pembelian buku, sudah mencapai tingkat yang stabil.

Data terbaru dari Pew, juga mendukung fakta bahwa jumlah pembaca buku elektronik sudah mencapai titik tenang selama tahun belakangan ini.

Walau tidak ada seorang pun dapat dengan pasti mengetahui bagaimana masa depan buku cetak, dipercaya bahwa tingkat yang stabil dalam jumlah pembaca buku elektronik akan pada suatu titik kembali berbelok tajam.

Kita saat ini berada di masa peralihan. Daya jangkau untuk membaca di layar akan makin baik dan meluas, sehingga memberi orang alasan untuk berpindah ke layar.

Bahkan tidak dapat dipungkiri, bentuk buku di masa depan mungkin akan dikembangkan oleh industri permainan bukannya oleh penerbit konvensional.

Perbedaan antara penulis dan pembaca juga akan dikaburkan oleh pengalaman membaca sosial di mana pengarang dan konsumen akan dapat berinteraksi secara digital untuk mendiskusikan bagian, kalimat atau baris mana pun.

Akan tetapi buku cetak sendiri kelihatannya tidak akan menghilang sepenuhnya, paling tidak untuk waktu yang segera.

Seperti halnya cetakan kayu, film yang diproses tangan dan tenunan masyarakat adat, halaman hasil cetakan dapat memiliki nilai kerajinan tangan atau seni.

Buku yang ditujukan untuk dilihat bukannya untuk dibaca –seperti katalog seni atau koleksi untuk dipajang di meja– sangat mungkin masih akan tetap muncul dalam bentukan cetakan.

Sementara sejumlah orang mungkin berduka karena hilangnya nilai estetika dari buku cetak, apakah ada hal lain yang akan berisiko hilang juga jika buku cetak lenyap sepenuhnya? Sejumlah riset menunjukkan memang ada hal-hal yang perlu diprihatinkan.

Menurut Wolf serta penemuan riset lainnya, membaca elektronik dapat berdampak negatif pada cara otak dalam memberi respons kepada naskah, termasuk juga pemahaman dalam membaca, fokus serta kemampuan untuk tetap memperhatikan detail-detail seperti jalan cerita dan rangkaian peristiwa.

Riset secara kasar menemukan bahwa bentuk cetak ada di satu sisi dalam spektrum membaca (paling membuat orang terbenam dalam bacaan) dan naskah daring berada di sisi lainnya (paling mengganggu perhatian). Membaca dengan Kindle kelihatannya berada di tengah-tengah spektrum ini.

“Banyak orang khawatir bahwa kemampuan kita ikut terbenam dalam cerita berubah,” kata Wolf. “Kekhawatiran saya adalah kita akan memiliki otak untuk membaca dengan kemampuan pendek, bagus untuk mengumpulkan informasi tetapi tidak untuk membentuk kemampuan membaca yang dalam, kritis dan analitis.”

Namun bidang penelitian ini masih merupakan hal yang baru dan penemuan mengenai dampak negatif membaca elektronik masih belum pasti. Bahkan sejumlah studi malah menghasilkan temuan yang bertentangan, termasuk bahwa membaca elektronik tidak berdampak pada pemahaman atau bahkan dapat meningkatkannya, terutama untuk pembaca yang mengalami disleksia.

Bagaimanapun walau ada semua kekhawatiran bahwa buku elektronik ini mengubah cara kita dalam memahami kata-kata tertulis dan berinteraksi dengan orang lain, Wolf menyatakan bahwa tidak pernah sebelumnya kita memiliki ‘demokratisasi pengetahuan’ seperti ini.

Walaupun menghabiskan terlalu banyak waktu di peranti mungkin menjadi masalah bagi anak-anak dan orang dewasa di Eropa dan Amerika Serikat, untuk mereka yang berada di negara berkembang, hal ini bisa merupakan berkat, seperti kata Wolf lagi – sebagai ‘mekanisme paling penting untuk menjadikan orang melek aksara’.

Ia berharap bahwa kita akan terus mempertahankan diri sebagai masyarakat “bi-literate”, yaitu yang menghargai pentingnya digital dan buku cetak.


Disadur dari berbagai sumber.

Editor: Red/Hen

Tags: #buku#digitalisasi#modernitas
Share40SendShare

Related Posts

Pidato Lengkap Jefri Gultom di Dies Natalis GMKI ke-74: Bangkit Ditengah Pergumulan

26/02/2024

Bangkit Ditengah Pergumulan Pidato 74 tahun GMKI Jefri Edi Irawan Gultom Para peletak sejarah selalu berpegang pada prinsip ini, ‘’perjalanan...

Pewaris Opera Batak

11/07/2023

Oleh: Thompson Hs* PIRAMIDA.ID- Tahun 2016 saya menerima Anugerah Kebudayaan dari Kemdikbud (sekarang Kemendikbudristek) Republik Indonesia di kategori Pelestari. Sederhananya,...

Mengapa Membahas Masa Depan Guru “Dianggap” Tidak Menarik?

01/05/2023

Oleh: Agi Julianto Martuah Purba PIRAMIDA.ID- “Mengapa sejauh ini kampus kita tidak mengadakan seminar tentang tantangan dan strategi profesi guru di...

Membangun Demokrasi: Merawat Partisipasi Perempuan di Bidang Politik

14/04/2023

Oleh: Anggith Sabarofek* PIRAMIDA.ID- Demokrasi, perempuan dan politik merupakan tiga unsur yang saling berkesinambungan satu dengan yang lain. Berbicara mengenai...

Dari Peristiwa Kanjuruhan Hingga Batalnya Indonesia Tuan Rumah Piala Dunia U-20

03/04/2023

Oleh: Edis Galingging* PIRAMIDA.ID- Dunia sepak bola tanah air sedang merasakan duka yang dalam. Kali ini, duka itu hadir bukan...

Prinsip-Prinsip Disiplin Kelas

02/04/2023

Oleh: Muhammad Muharram Azhari* PIRAMIDA.ID- Pengertian disiplin menurut Elizabeth Hurtock mengemukakan bahwa; Disiplin itu berasal dari kata "discipline", yaitu seseorang...

Load More

Tinggalkan KomentarBatalkan balasan

Terkini

Berita

Refleksi Hari Lahir Pancasila, Fawer Sihite: Kita Harus Dengarkan Hati Nurani Rakyat

01/06/2025
Berita

Kalah Sebagai Calon Ketua Umum, Fawer Sihite Pastikan Dukung Kepemimpinan Prima Surbakti dan Jessica Worouw di GMKI

28/05/2025
Berita

Aliansi Mahasiswa Siantar Se-Jabodetabek Akan Kepung Mabes Polri: Tuntut Penangkapan Wali Kota Wesli Silalahi

11/05/2025
Berita

Satgas Penertiban Kawasan Hutan (PKH): Penegakan Hukum atau Alibi Militerisasi Atas Nama Konservasi?

09/05/2025
Berita

Ketua Front Justice: Kepemimpinan Wesly Silalahi Dinilai Gagal, Siantar Mengarah ke Kemunduran dan Kota Gelap

07/05/2025
Berita

GMKI Cabang Bandar Lampung Ungkap Krisis Kepolisian di Daerah Lampung: “Kekuasaan Tanpa Kendali, Rakyat Tanpa Perlindungan”

01/05/2025

Populer

Dunia

Sumber Air Bersih dan Air Minum di Arab Saudi

07/06/2020
Dialektika

Prinsip-Prinsip Disiplin Kelas

02/04/2023
Berita

Aliansi Mahasiswa Siantar Se-Jabodetabek Akan Kepung Mabes Polri: Tuntut Penangkapan Wali Kota Wesli Silalahi

11/05/2025
Berita

Ketua Front Justice: Kepemimpinan Wesly Silalahi Dinilai Gagal, Siantar Mengarah ke Kemunduran dan Kota Gelap

07/05/2025
Ekologi

Mengenal Prof. Mr. St. Munadjat Danusaputro, Guru Besar Hukum Lingkungan Hidup

22/06/2020
Pojokan

Pesan Tersembunyi Ki Narto Sabdo Dalam Lagu Kelinci Ucul

23/09/2020
  • Tentang Kami
  • Redaksi
  • Pedoman
  • Terms
  • Policy

© 2020-2024 Piramida ID

rotasi barak berita hari ini danau toba

No Result
View All Result
  • Kabar Desa
  • Dunia
  • Ekologi
  • Dialektika
  • Sopolitika
  • Sorot Publik
  • Lainnya
    • Ekosospolbud
    • Pojokan
    • Sains
    • Spiritualitas

© 2020-2024 Piramida ID

rotasi barak berita hari ini danau toba