Piramida.id
  • Tentang Kami
  • Redaksi
  • Pedoman
  • Terms
  • Policy
Minggu, April 2, 2023
  • Kabar Desa
  • Dunia
  • Ekologi
  • Dialektika
  • Sopolitika
  • Sorot Publik
  • Lainnya
    • Ekosospolbud
    • Pojokan
    • Sains
    • Spiritualitas
No Result
View All Result
  • Kabar Desa
  • Dunia
  • Ekologi
  • Dialektika
  • Sopolitika
  • Sorot Publik
  • Lainnya
    • Ekosospolbud
    • Pojokan
    • Sains
    • Spiritualitas
No Result
View All Result
Piramida.id
  • Berita
  • Dialektika
  • Dunia
  • Edukasi
  • Ekologi
  • Ekosospolbud
  • Kabar Desa
  • Pojokan
  • Sains
  • Sopolitika
  • Sorot Publik
  • Spiritualitas
Home Kabar Desa

Membangun Siasat Kebudayaan Baru di Desa

by Redaksi
19/07/2020
in Kabar Desa
103
SHARES
737
VIEWS
Bagikan ke FacebookBagikan ke WhatsappBagikan ke Telegram

Ryan Sugiarto*

PIRAMIDA.ID- Angka kasus positif COVID-19 terus naik dan belum jelas tanda-tanda bakal mereda. Lonjakan kasus yang makin tidak terkontrol tentu menimbulkan kekhawatiran bagi banyak sektor kehidupan masyarakat. Data Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kemenkeu memperkirakan, kerugian ekonomi akibat COVID-19 mencapai Rp 316 triliun.

Estimasi itu didasarkan pada besaran pertumbuhan dalam situasi normal yang mencapai 5 persen, sementara pada faktanya tingkat pertumbuhan ekonomi di triwulan pertama sebesar 2,97 persen dari produk domestik bruto (PDB). Pada tingkatan global, IMF memproyeksikan kerugian perekonomian global akibat adanya Covid-19 mencapai USD 12 triliun yang didasarkan pada akumulasi dua tahun (2020 dan 2021).

Covid-19 telah membuka permasalahan terselubung yang selama ini dihadapi manusia modern. Infrastruktur kesehatan di negara-negara maju ternyata rapuh. Jerman yang sukses menekan angka pandemi memiliki 2.000 rumah sakit (RS) dengan populasi penduduk sebesar 83 juta dengan rasio ranjang di ICU paling banyak, yakni 8,2.

Sementara itu, Indonesia memiliki 2.813 RS dengan populasi tiga kali lipat dibanding Jerman, yakni 267 juta jiwa. Padahal, persoalan besar pandemi ini adalah terbatasnya infrastruktur kesehatan, tenaga medis, dan alat pelindung diri (APD). Pandemi menyadarkan kita bahwa industri kesehatan yang dianggap canggih pun ternyata gagal melindungi warga.

Belum ditemukannya vaksin membuat hari ke depan penuh dengan ketidakpastian. Wabah menjungkirbalikkan seluruh tatanan masyarakat, sentuhan fisik, dan gerak manusia. Relasi dan aktivitas sosial atau komunal dibatasi. Masyarakat kehilangan sumber pekerjaan karena hilangnya aktivitas ekonomi. Jaring pengaman sosial diperkuat di mana pemerintah merealokasi dana dengan menaikkan anggaran penanggulangan COVID-19 sampai Rp 677,2 triliun dari sebelumnya Rp 405,1 triliun.

Pemerintah membuat berbagai protokol untuk persiapan new normal. Namun, berjalannya tatanan normal baru ini menimbulkan dilema antara kepentingan ekonomi dan kesehatan warga. Belum lagi, tatanan era normal baru ini kerap disederhanakan pada jaga jarak, cuci tangan, dan menggunakan masker. Padahal, membuat tatanan normal baru membutuhkan siasat-siasat kebudayaan.

Gamangnya pemerintah mengonstruksi tatanan normal baru bukan tanpa sebab. COVID-19 telah mengubah tatanan yang ada tanpa teriakan revolusi. COVID-19 menyadarkan bahwa manusia dan sistem pemikirannya sangat rapuh dan rentan. Kapitalisme sebagai buah gagasan telah menghancurkan dirinya sendiri. Konsepsi neoliberalisme luluh lantak oleh COVID-19.

Ideologi sistem ekonomi pasar, kapitalisme, dan sistem demokrasi dunia mengindikasikan kegagalan dalam membangun industri kesehatan untuk menghormati martabat manusia. Indikasinya, kapasitas basis ideologi pembangunan ekonomi tidak dapat menjamin keselamatan, martabat manusia, dan keadilan sosial. Sementara itu, sosialisme juga gagal menawarkan solusi saat pandemi.

Kesimpulannya, ideologi ekonomi dan paradigma pembangunan kesehatan manusia dengan fakta empiris pandemi COVID-19 mengonfirmasi yang dikatakan dalam buku The End of Ideology (1960) oleh Daniel Bell. Ia menuturkan bahwa ideologi grand-humanistik yang lebih tua, yang berasal dari abad ke-19 dan awal abad ke-20 telah habis dan ideologi baru yang lebih baik segera muncul. Bell berpendapat bahwa ideologi ekonomi, demokrasi, dan sistem politik menjadi tidak relevan di antara orang-orang yang ’’masuk akal’’ dan pemerintahan masa depan akan didorong oleh penyesuaian dekonstruksi tatanan baru.

Pandemi ini adalah momentum yang tepat untuk mendekonstruksi atas isme-isme dan instrumen pelaksanaan yang ada. Tatanan baru perlu dirumuskan. Meminjam konsep filsafat analitik pascamodern oleh Jacques Derrida (1930-2004), ’dekonstruksi’ ditujukan pada upaya pembongkaran terhadap kemapanan pemaknaan simbol dan bahasa (analitik) yang melekati kesadaran manusia.

Dekonstruksi istilah gerak sosial dalam konteks bencana wabah justru membatasi gerak persing_gungan fisik yang bermuara pada jalinan sosial, bertentangan dengan pemaknaan yang selama ini melekati kesadaran masyarakat, sebagaimana aktivitas jabat tangan, berpelukan, atau aktivitas fisik lain. Gerak sosial tersebut kemudian dapat diarahkan pada aktivitas akal budi, melibatkan segenap instrumen ruhiyah yang meliputi rasa, karsa, dan cipta, untuk memproduksi konsep gerak sosial baru.

COVID-19 sering kali dinilai dari sisi negatif sebagai sebuah ancaman, tapi satu hal yang luput dari kesadaran kita adalah COVID-19 telah mendekonstruksi semua tatanan. Berangkat dari kenyataan ketika pemerintah tidak membangun perencanaan baik yang kemudian tata ruang itu diambil alih oleh swasta, sehingga kemudian yang mengatur adalah swasta dan kekuatan modal, tebersit di pikiran, apakah C0VID-19 diciptakan bukan bebas nilai? Apakah ada gelombang baru pasca-COVID-19? Apakah ada sebuah upaya dekonstruksi dan konstruksi lain yang disiapkan?

Ada satu entitas yang selama ini kuat dari guncangan COVID-19, yakni desa. Desa-desa di Nusantara adalah komunitas yang paling kuat bantalannya. Saat kota diserbu COVID-19 dan segalanya luluh lantak, orang-orang desalah yang justru menopang logistik warga kota. Mereka pun bisa beradaptasi secara subsisten.

Orang-orang desa juga sigap menjaga keamanan lahir batin. Dan lagi-lagi, desalah penolong bagi para perantau ketika mereka ’’dipaksa” pulang karena tak ada rezeki di kota. Warga desa yang bergerak adalah gelombang baru yang membawa harapan Indonesia. Selama berabad-abad desa telah membuktikan dirinya sebagai penopang bangsa yang se_sungguhnya. Desa adalah manifestasi dari konstruksi masa depan baru atas tatanan COVID-19 itu sendiri.

Apa yang membuat desa ke depan bisa menjadi penopang konstruksi tatanan baru? Jauh sejak Indonesia belum lahir, desa telah mengonstruksi kekuatan gotong royong sebagai puncak relasi sosial. Ekonomi desa bergerak karena konstruksi relasi yang dibangun antar manusianya adalah kerja sama. Kegamangan terkait representasi politik negara dijawab desa dengan cara musyawarah antarwarga. Tiga hal yang selama ini coba direnggut oleh liberalisme dan kapitalisme dari desa.

Desa sewajarnya bermusyawarah mencarikan formula tatanan Indonesia baru. Tujuannya, memformulasikan tatanan baru itu dari pengetahuan dan nilai-nilai yang hidup di desa. Siasat-siasat kebudayaan berupaya dibuat dengan mengontruksi kembali tema-tema kehidupan masyarakat desa dari segala aspek. Di antaranya, ekonomi berkeadilan, pendidikan, kesehatan semesta, keamanan dan ketertiban, pemberdayaan perempuan dan anak, kedaulatan pangan, serta lingkungan hidup.

Pandemi bagi desa bukanlah waktu berpangku tangan. Pandemi bagi desa adalah kesempatan untuk membangun tatanan yang lebih bermartabat, berkeadilan, dan berkesetaraan.


Penulis merupakan Ketua Kongres Kebudayaan Desa, dosen psikologi Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa Yogyakarta. Artikel ini telah tayang di Jawapos.com

Tags: #berdaulat#bermartabatDesa
Share41SendShare

Related Posts

Pemuda Desa memiliki Potensi: Ayo Bergeraklah!

11/03/2021

Andry Napitupulu* PIRAMIDA.ID- Pemuda desa yang ada di berbagai daerah indonesia sangatlah minim untuk bergerak, padahal potensi pemuda desa sangatlah...

Peningkatan Ekonomi Nasional: Pentingnya Teknologi Pertanian di Pedesaan

22/01/2021

Tulus Panggabean* PIRAMIDA.ID- Indonesia merupakan negara agraris di mana sebagian besar penduduknya memiliki mata pencaharian sebagai petani, menjadikan pertanian sebagai...

Sihaporas: Desa adalah Masa Depan Pemuda dan Pemuda adalah Masa Depan Desa

29/11/2020

Tulus Panggabean* PIRAMIDA.ID- Masyarakat desa memiliki kewajiban dalam membangun dan memelihara lingkungan desa, hal tersebut termaktub dalam UU No. 6...

Pandemi: Petani alami Kesulitan, Ancaman Kelaparan Menghantui

12/09/2020

PIRAMIDA.ID- Pandemi virus corona memberikan kesulitan bagi para petani dan membahayakan ketahanan pangan jutaan orang, baik di kota maupun pedesaan. Dilansir dari...

suasana penyaluran bansos/istimewa

Bansos: Kala Kepala Desa Juga Dilanda Wabah ‘Pusing’ Kepala

09/08/2020

PIRAMIDA.ID- Krisis ekonomi akibat amukan corona tak hanya membuat ‘pusing’ para petinggi negara saja. Melainkan juga kepala desa. Soalnya, kepala...

Ekonomi Desa dan Faktor Marginalisasinya

31/07/2020

PIRAMIDA.ID- Kalau berbicara tata pemerintahan Indonesia, unit terkecilnya adalah desa. Disahkannya Undang-Undang Desa Nomor 6 tahun 2014 membuat desa memiliki...

Load More

Tinggalkan Komentar Batalkan balasan

Terkini

Edukasi

Cerpen: Tambang Liar

02/04/2023
Dunia

Bagaimana Asal Usul Jabat Tangan?

02/04/2023
Dialektika

Prinsip-Prinsip Disiplin Kelas

02/04/2023
Ekosospolbud

Sanggar Seni Sebagai Organisasi Budaya

02/04/2023
Berita

Korwil GMKI Sumut-NAD Minta KPK Turun Tangan Terkait Dugaan Penggelapan Pajak Dibalik Kematian Bripka Arfan

31/03/2023
Berita

Kelompok Cipayung Siantar Sampaikan Sikap Atas Gerakan Mengatasnamakan Kelompok Cipayung Plus Siantar

30/03/2023

Populer

Berita

Ketua DPRD Siantar Tidak Berani Debat, ILAJ Minta MA dan Mendagri Tolak Hasil Pansus Angket

27/03/2023
Berita

Kelompok Cipayung Siantar Sampaikan Sikap Atas Gerakan Mengatasnamakan Kelompok Cipayung Plus Siantar

30/03/2023
Dialektika

Prinsip-Prinsip Disiplin Kelas

02/04/2023
Dialektika

RUU Omnibus Law Kesehatan: Keberadaan, Tantangan dan Peluang

27/03/2023
Berita

Aliansi Mahasiswa Jakarta Raya Mendesak Kepala BPJS Jakarta Selatan Dicopot dari Jabatannya

27/03/2023
Dialektika

Quo Vadis Carbon Trading sebagai Industri Keuangan Terbarukan

19/03/2023

FULL CAFE SIANTAR DI JALAN NARUMONDA ATAS NO 30

  • Tentang Kami
  • Redaksi
  • Pedoman
  • Terms
  • Policy

© 2020-2021 Piramida ID

wisata indonesia - destinasi wisata terpopuler Rotasi Asia - Berita Terkini Spot Wisata Danau Toba Terbaik destinasi wisata dunia

No Result
View All Result
  • Kabar Desa
  • Dunia
  • Ekologi
  • Dialektika
  • Sopolitika
  • Sorot Publik
  • Lainnya
    • Ekosospolbud
    • Pojokan
    • Sains
    • Spiritualitas

© 2020-2021 Piramida ID

wisata indonesia - destinasi wisata terpopuler Rotasi Asia - Berita Terkini Spot Wisata Danau Toba Terbaik destinasi wisata dunia