Piramida.id
  • Tentang Kami
  • Redaksi
  • Pedoman
  • Terms
  • Policy
Selasa, Juni 17, 2025
  • Kabar Desa
  • Dunia
  • Ekologi
  • Dialektika
  • Sopolitika
  • Sorot Publik
  • Lainnya
    • Ekosospolbud
    • Pojokan
    • Sains
    • Spiritualitas
No Result
View All Result
  • Kabar Desa
  • Dunia
  • Ekologi
  • Dialektika
  • Sopolitika
  • Sorot Publik
  • Lainnya
    • Ekosospolbud
    • Pojokan
    • Sains
    • Spiritualitas
No Result
View All Result
Piramida.id
  • Berita
  • Dialektika
  • Dunia
  • Edukasi
  • Ekologi
  • Ekosospolbud
  • Kabar Desa
  • Pojokan
  • Sains
  • Sopolitika
  • Sorot Publik
  • Spiritualitas
Home Pojokan

Mengapa Februari Lebih Pendek Dibanding Bulan-bulan Lainnya?

by Redaksi
25/04/2022
in Pojokan
100
SHARES
717
VIEWS
Bagikan ke FacebookBagikan ke WhatsappBagikan ke Telegram

PIRAMIDA.ID- Alasan Februari lebih pendek dari bulan-bulan lainnya berkaitan dengan sejarah bagaimana kita mengukur dan membagi tahun.

Kita tahu bahwa Bumi membutuhkan 365 hari dan hanya kurang dari enam jam untuk mengelilingi matahari. Pembagian tersebut menghasilkan dua belas bulan yang digunakan untuk mengukur waktu. Tapi pembagiannya tidak selalu seperti itu.

Dalam kalender romawi pertama hanya ada 10 bulan. Kalender dibentuk oleh tahun pertanian, jadi dimulai pada musim semi dengan bulan Maret dan berakhir 304 hari kemudian pada bulan Desember. Tidak ada pekerjaan yang harus dilakukan di ladang selama dua bulan musim dingin, dan sisa hari dalam setahun tidak dihitung dalam kalender.

Pada 731BC Numa Pompilius, raja kedua Roma, memutuskan untuk menyelaraskan kalender dengan fase bulan. Ada 12 siklus bulan setiap tahun, sehingga kalender dibagi menjadi dua belas bulan. Januari dan Februari ditambahkan dan tahun kalender baru berlangsung 355 hari.

Bangsa Romawi percaya bahwa angka genap adalah angka sial, sehingga panjang bulan dalam kalender Pompilius berganti-ganti antara 29 atau 31 hari. Namun, panjangnya tahun kalender mengakibatkan pada bulan terakhir – Februari – hanya tersisa 28.

Di Roma, Februari dikaitkan dengan ritual penyucian, atau februum – yang menjadi asal mula namanya. Selama festival lupercalia, upacara pemurnian berlangsung untuk mempersiapkan bangunan dan orang-orang untuk pesta dan pengorbanan festival. Selama festival feralia, makanan dan hadiah dibawa ke kuburan, untuk menghormati orang mati dan membuat mereka bahagia sehingga mereka tidak akan bangkit dan menghantui yang hidup.

Namun, satu tahun kalender yang berlangsung selama 355 hari menimbulkan masalah tersendiri. Karena Bumi membutuhkan waktu lebih lama dari ini untuk mengelilingi Matahari, seiring bergantinya tahun, bulan dan musim mulai tidak selaras. Jadi satu bulan ekstra yang biasa disebut Mercedonius ditambahkan ke kalender sebelum awal Maret.

Mercedonius tidak digunakan setiap tahun. Itu ditambahkan setiap kali diperlukan untuk menyelaraskan kembali bulan dan musim. Penambahannya sekitar 27 atau 28 hari, menciptakan tahun yang berlangsung lebih panjang yaitu selama 377 atau 378 hari.

Tapi ini memiliki konsekuensi yang tidak menguntungkan untuk Februari. Mercedonius dimulai pada 24 Februari, memotong empat hari dari bulan yang sudah terpendek dalam kalender. Dan meskipun Mercedonius membantu menyesuaikan bulan dengan musim, penggunaannya tidak dapat diprediksi. Orang yang tinggal jauh dari Roma mungkin tidak menyadari bahwa bulan tambahan telah ditambahkan ke kalender.

Kalender lain

Kalender baru lainnya mencoba memperbaiki masalah ini. Dalam kalender julian yang namanya berasal dari Julius Caesar dan dimulai 45 sebelum masehi, satu tahun berlangsung 365 hari.

Tak satu pun dari sepuluh hari tambahan ditambahkan ke Februari. Ada dua belas bulan, yang masing-masing sama panjangnya dengan kalender kita. Untuk menjaga agar kalender tetap akurat, satu hari ekstra ditambahkan ke Februari setiap empat tahun sekali – atau yang disebut sebagai tahun kabisat.

Namun, satu hari ekstra setiap empat tahun sebenarnya terlalu banyak untuk mengoreksi perbedaan antara 365 hari setahun dari 365 plus kurang dari seperempat yang diperlukan Bumi untuk mengeliling Matahari. Pada pertengahan abad keenam belas, kalender Julian tidak selaras dengan musim dan siklus tahunan.

Hal ini mendorong pembuatan kalender lain. Kalender Gregorian yang dikenalkan pada tahun 1582. Namanya berasal dari nama Paus Gregorius XIII, dan masih digunakan sampai sekarang. Dalam kalender Gregorian, tidak ada tahun abad yang bisa menjadi tahun kabisat kecuali jika benar-benar habis dibagi 400 – jadi tahun 2000 adalah tahun kabisat, dengan satu hari tambahan di bulan Februari, tetapi bukan tahun 1900. Ini mencegah masalah yang disebabkan oleh kalender Julian.

Kedengarannya cukup sederhana, tetapi kesalahan sepuluh hari dalam kalender Julian itu masih perlu diperbaiki. Pada tahun 1582, di negara-negara yang mengadopsi kalendar Gregorian, sepuluh hari dihapus dari kalender. Ini berarti bahwa hari setelah 4 Oktober adalah 15 Oktober – dan tanggal di antaranya tidak pernah ada.(*)


The Conversation

Tags: #bulan#kalender#romawi#sejarah
Share40SendShare

Related Posts

Asal-usul Permainan Tradisional Anak-anak

12/07/2023

PIRAMIDA.ID- Anda merasa jenuh dengan bermain dengan gim di ponsel dan laptop? Terlalu lama bermain gim bisa menyebabkan kerusakan mata akibat...

Mengapa ada Tujuh Hari dalam Seminggu?

11/07/2023

PIRAMIDA.ID- Akhir pekan selalu tak kunjung tiba, kita harus menunggu enam hari penuh antara Senin dan Sabtu. Satu minggu itu...

Ini Medan, Bung!

05/03/2023

Supriadi Harja* PIRAMIDA.ID- Aku lupa, kapan aku pernah mengenal orang ini. Begitu melihatku, ia memperkenalkan diri. Namanya Pak Sukri. Namun...

Seperti Apa Sistem Absensi yang Banyak Digunakan di Indonesia?

20/12/2022

PIRAMIDA.ID- Aset terbesar perusahaan adalah karyawan. Tanpa karyawan, perusahaan tidak akan dapat mencapai tujuan perusahaan. Untuk mencapai tujuannya, human resources...

Mimpi

07/12/2022

Billie Gregorine* PIRAMIDA.ID- Semua orang sekiranya pastilah pernah bermimpi. Sambil rebahan, sayup-sayup kudengar lagu dari Nadin Hamizah yang judulnya 'Rumpang'....

Mengantongi Ragam Cerita dari Tanah Papua

04/09/2022

Oleh: Roberto Duma Buladja* PIRAMIDA.ID- Konsultasi Nasional (Konas) GMKI berlangsung pada 23–27 Agustus 2022 di Jayapura, tanah Papua. Kurang lebih...

Load More

Tinggalkan KomentarBatalkan balasan

Terkini

Berita

Refleksi Hari Lahir Pancasila, Fawer Sihite: Kita Harus Dengarkan Hati Nurani Rakyat

01/06/2025
Berita

Kalah Sebagai Calon Ketua Umum, Fawer Sihite Pastikan Dukung Kepemimpinan Prima Surbakti dan Jessica Worouw di GMKI

28/05/2025
Berita

Aliansi Mahasiswa Siantar Se-Jabodetabek Akan Kepung Mabes Polri: Tuntut Penangkapan Wali Kota Wesli Silalahi

11/05/2025
Berita

Satgas Penertiban Kawasan Hutan (PKH): Penegakan Hukum atau Alibi Militerisasi Atas Nama Konservasi?

09/05/2025
Berita

Ketua Front Justice: Kepemimpinan Wesly Silalahi Dinilai Gagal, Siantar Mengarah ke Kemunduran dan Kota Gelap

07/05/2025
Berita

GMKI Cabang Bandar Lampung Ungkap Krisis Kepolisian di Daerah Lampung: “Kekuasaan Tanpa Kendali, Rakyat Tanpa Perlindungan”

01/05/2025

Populer

Dunia

Sumber Air Bersih dan Air Minum di Arab Saudi

07/06/2020
Dialektika

Prinsip-Prinsip Disiplin Kelas

02/04/2023
Berita

Ketua Front Justice: Kepemimpinan Wesly Silalahi Dinilai Gagal, Siantar Mengarah ke Kemunduran dan Kota Gelap

07/05/2025
Berita

Aliansi Mahasiswa Siantar Se-Jabodetabek Akan Kepung Mabes Polri: Tuntut Penangkapan Wali Kota Wesli Silalahi

11/05/2025
Pojokan

Pesan Tersembunyi Ki Narto Sabdo Dalam Lagu Kelinci Ucul

23/09/2020
ilustrasi/Cleopatra dalam budaya pop.
Pojokan

Cleopatra: Simbol Kecantikan yang Tidak Cantik-Cantik Amat

24/09/2020
  • Tentang Kami
  • Redaksi
  • Pedoman
  • Terms
  • Policy

© 2020-2024 Piramida ID

rotasi barak berita hari ini danau toba

No Result
View All Result
  • Kabar Desa
  • Dunia
  • Ekologi
  • Dialektika
  • Sopolitika
  • Sorot Publik
  • Lainnya
    • Ekosospolbud
    • Pojokan
    • Sains
    • Spiritualitas

© 2020-2024 Piramida ID

rotasi barak berita hari ini danau toba