Piramida.id
  • Tentang Kami
  • Redaksi
  • Pedoman
  • Terms
  • Policy
Selasa, Desember 16, 2025
  • Kabar Desa
  • Dunia
  • Ekologi
  • Dialektika
  • Sopolitika
  • Sorot Publik
  • Lainnya
    • Ekosospolbud
    • Pojokan
    • Sains
    • Spiritualitas
No Result
View All Result
  • Kabar Desa
  • Dunia
  • Ekologi
  • Dialektika
  • Sopolitika
  • Sorot Publik
  • Lainnya
    • Ekosospolbud
    • Pojokan
    • Sains
    • Spiritualitas
No Result
View All Result
Piramida.id
  • Berita
  • Dialektika
  • Dunia
  • Edukasi
  • Ekologi
  • Ekosospolbud
  • Kabar Desa
  • Pojokan
  • Sains
  • Sopolitika
  • Sorot Publik
  • Spiritualitas
Home Edukasi

Pendidikan untuk Semua

by Redaksi
23/08/2020
in Edukasi
98
SHARES
703
VIEWS
Bagikan ke FacebookBagikan ke WhatsappBagikan ke Telegram

Lutfi Retno*

PIRAMIDA.ID- Tiga orang murid kelas 5 SD sedang duduk melingkar di halaman sebuah rumah kayu. Mereka membaca buku paket dengan terbata-bata. Hal tersebut merupakan pemandangan yang lumrah di Pulau Tangnga, Sulawesi Barat. Pulau yang dihuni 100 KK tersebut hanya memiliki sebuah sekolah dasar dengan guru-guru yang tinggal di daratan Sulawesi.

Kadang, jika cuaca buruk, guru-guru tersebut tidak mengajar. Terbatasnya guru juga menyebabkan seorang guru bergantian mengajar di dua kelas. Tak heran, jika murid kelas 5 dan 6 SD belum lancar membaca. Mereka hanya berlatih membaca dan menulis di sekolah karena orangtua mereka buta huruf.

Pemandangan tersebut mungkin bukan hal yang aneh terjadi di daerah pelosok. Di berbagai daerah, ada banyak anak sekolah dasar bahkan di tingkat pendidikan SMP yang masih belajar mengeja. Sedihnya, murid-murid sekolah ini dipaksa mempelajari hal sama seperti anak sebaya mereka di kota-kota besar Jawa. Mereka tergagap-gagap untuk mengikuti kurikulum yang dibuat di pusat.

Dibuat oleh orang-orang yang besar dan tinggal di Pulau Jawa. Anak-anak ini harus belajar mengenai menabung di bank, internet, hingga Bahasa Inggris yang tidak mereka butuhkan dalam kehidupan sehari-hari. Anak-anak nelayan tersebut tidak pernah belajar mengenai ikan dan laut yang kelak akan menjadi mata pencahariannya di sekolah.

Sekolah kadang justru menjauhkan anak didik dengan lingkungannya. Generasi muda Dayak di Kalimantan Barat misalnya. Mereka kini tidak lagi mengenali obat-obatan dan tumbuhan hutan yang bisa dimakan. Dahulu, seorang anak belajar dari orangtuanya.

Ia dibawa ke hutan saat orangtuanya bekerja mengumpulkan makanan dan hasil hutan yang bisa dijual. Di sela-sela membantu orangtuanya, seorang anak belajar mengenali tumbuhan dengan menggunakan seluruh indranya.

Semenjak anak-anak bersekolah, mereka tidak lagi pergi mengikuti orangtuanya ke hutan dan ladang. Kini, jarang ada orang di bawah 40 tahun yang tahu tentang apa manfaat tumbuhan hutan, karena mereka tidak lagi kenal lingkungannya. Pengetahuan mengenai obat-obatan dan pangan lokal pun kemudian menghilang, karena tidak lagi digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Orang lebih memilih membeli makanan atau obat yang dihasilkan oleh industri.

Orang-orang ini selepas lulus sekolah kemudian mencari kerja di kota. Hal tersebut terjadi karena desa sedikit menawarkan pilihan pekerjaan selain menggarap lahan. Pekerjaan menggarap lahan memberikan penduduk desa kecukupan pangan.

Tapi, tingginya biaya produksi dan rendahnya harga produk pertanian menyebabkan sedikitnya pendapatan yang petani peroleh. Setelah muncul kebutuhan untuk membayar sekolah, biaya berobat, dan barang-barang konsumsi, pendapatan dari pertanian tidak lagi cukup. Penduduk desa kemudian memilih untuk pindah ke kota mencari pekerjaan yang memberi pemasukan lebih.

Hal tersebut tidaklah berkelanjutan dalam jangka panjang. Di masa pandemi seperti ini, orang-orang yang berpindah mencari kerja di kota kelimpungan.

Konsumsi masyarakat berkurang, sehingga beragam industri kehilangan konsumen. Hal pertama yang kantor dan pabrik lakukan adalah mengurangi tenaga kerja. Para penganggur baru ini kemudian kebingungan

Mereka terpaksa kembali ke desa tanpa memiliki pengetahuan apa yang bisa dikerjakan dengan di sana. Pendidikan formal gagal mengajarkan muridnya mengenali potensi lokal dan kemudian memanfaatkan untuk hidupnya. Di sisi lain, muncul sekolah-sekolah alternatif yang menawarkan pembelajaran kontekstual.

Yaitu sebuah konsep belajar di mana guru menghadirkan situasi dalam dunia nyata di kelas.

Guru juga mendorong supaya siswa menghubungkan antara apa yang ia pelajari di kelas dengan hal yang ia lakukan dalam masyarakat. Sayangnya, sekolah-sekolah seperti ini sangat terbatas jumlahnya. Pendidikan jenis ini juga membutuhkan guru yang tidak sekadar mentransfer apa yang ada di buku paket.


Penulis merupakan kontributor di Kongres Kebudayaan Desa.

Tags: #anak#pandemi#pendidikan
Share39SendShare

Related Posts

Budaya Adat di Lingkungan Masyarakat Era Modern saat ini

15/11/2025

PIRAMIDA.ID-Dalam kehidupan Masyarakat era modern, budaya adat sering kali terpinggirkan oleh pengaruh media sosial dan perkembangan teknologi pada saat ini....

Geowisata Kaldera Toba Untuk Bumi Untuk Kita

15/07/2025

Geowisata Kaldera Toba Untuk Bumi Untuk Kita Oleh: Edis Galingging Geliat sektor pariwisata pacu terus pertumbuhan ekonomi dalam negeri. Tampaknya...

Refleksi Paskah dan Titik Balik Kebangkitan Ekonomi Indonesia

20/04/2025

Refleksi Paskah dan Titik Balik Kebangkitan Ekonomi Indonesia Oleh: Fawer Full Fander Sihite, S.Th.,S.H.,MAPS 1. Menghadapi Perang Dagang Global Perang...

Presiden Prabowo ke Timur Tengah: Mengukuhkan Posisi Indonesia di Panggung Global

14/04/2025

Presiden Prabowo ke Timur Tengah: Mengukuhkan Posisi Indonesia di Panggung Global Oleh: Fawer Full Fander Sihite, S.Th., S.H., MAPS Kunjungan...

Pertemuan Prabowo dan Megawati: Sebuah Sinyal Positif bagi Pertumbuhan Ekonomi Indonesia

11/04/2025

Pertemuan Prabowo dan Megawati: Sebuah Sinyal Positif bagi Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Refleksi Mahasiswa Kristen dalam Perspektif Alkitabiah Ditulis Oleh: Fawer...

Ekonomi Indonesia di Tengah Perang Dagang Global: Perspektif Alkitabiah dan Peran Mahasiswa Kristen

01/04/2025

Ekonomi Indonesia di Tengah Perang Dagang Global: Perspektif Alkitabiah dan Peran Mahasiswa Kristen Oleh: Fawer Full Fander Sihite.,S.Th.,S.H.,MAPS Perang dagang...

Load More

Tinggalkan KomentarBatalkan balasan

Terkini

Berita

Kawasan Danau Toba “Kritis” , Front Justice: BPODT Gagal Total, Saatnya Dibubarkan !

12/12/2025
Berita

Polda Metro Jaya Diganjar Apresiasi Tinggi Usai Gagalkan Rencana Aksi Rusuh, Komrad Pancasila Puji Gerak Cepat Aparat

11/12/2025
Berita

Koordinator Front Justice: Kecaman Tegas Terhadap Pernyataan Anggota DPR RI Maruli Siahaan Terkait TPL

10/12/2025
Berita

Dukung Endipat Anggota DPR-RI, Mayshine sebut Rakyat jangan antipati dengan pemerintah

09/12/2025
Berita

Front Justice – Menuju Hari Hak Asasi Manusia Internasional : POLRI Masih Bersama Rakyat !

09/12/2025
Berita

KNPI Simalungun dan SAPMA PP Simalungun Salurkan Bantuan Kemanusiaan ke Korban Banjir di Sumatera Utara

08/12/2025

Populer

No Content Available
  • Tentang Kami
  • Redaksi
  • Pedoman
  • Terms
  • Policy

© 2020-2024 Piramida ID

rotasi barak berita hari ini berita bola danau tobasumber

No Result
View All Result
  • Kabar Desa
  • Dunia
  • Ekologi
  • Dialektika
  • Sopolitika
  • Sorot Publik
  • Lainnya
    • Ekosospolbud
    • Pojokan
    • Sains
    • Spiritualitas

© 2020-2024 Piramida ID

rotasi barak berita hari ini berita bola danau tobasumber

xnxx
xnxx
xnxx
xnxx