PIRAMIDA.ID – Dalam sebuah wawancara eksklusif yang berlangsung di Mall Atrium Senen, Jakarta Pusat, Fawer Sihite menegaskan bahwa perang antara Israel dan Iran bukan hanya konflik bersenjata, tetapi juga demonstrasi nyata bagaimana kemajuan di bidang Science, Technology, Engineering, and Mathematics (STEM) menjadi penentu kekuatan dan ketahanan suatu negara. Minggu, 22 Juni 2025.
Fawer Sihite yang saat ini menjabat sebagai Ketua Bidang Hubungan Internasional DPP KNPI, Ketua Bidang Hubungan Internasional DPP PARKINDO, dan juga mantan Ketua Bidang Hubungan Internasional Pengurus Pusat GMKI, menyampaikan bahwa Indonesia harus menjadikan momentum ini sebagai pengingat untuk segera memperkuat arah pembangunan sumber daya manusia melalui pendidikan STEM.
“Kita menyaksikan bagaimana perang Israel-Iran dipenuhi dengan penggunaan teknologi tinggi mulai dari drone, rudal presisi, sistem pertahanan udara hingga serangan siber. Ini bukan lagi soal jumlah pasukan, tetapi soal kualitas pengetahuan dan inovasi. Di sinilah STEM menjadi senjata utama,” tegas Fawer.
Fawer menambahkan, Indonesia tidak boleh lengah dalam menyiapkan generasi mudanya agar mampu bersaing di panggung global. Menurutnya, pembangunan infrastruktur dan ekonomi tidak akan cukup kuat tanpa didukung oleh kekuatan SDM yang terlatih di bidang sains dan teknologi.
“Negara kita butuh lompatan besar. Salah satunya adalah dengan memperbanyak kampus dan lembaga pendidikan yang fokus pada STEM. Kita harus menciptakan lebih banyak ilmuwan, insinyur, ahli teknologi, dan matematikawan muda Indonesia. Jangan sampai kita terus menjadi konsumen dari produk luar karena SDM kita tidak disiapkan dengan benar,” ujar Fawer.
STEM: Jalan Strategis Masa Depan
STEM merupakan singkatan dari Science (Sains), Technology (Teknologi), Engineering (Teknik), dan Mathematics (Matematika)—suatu pendekatan pendidikan yang mengintegrasikan keempat bidang tersebut secara holistik. Tujuannya adalah untuk membekali generasi muda dengan kemampuan berpikir kritis, menyelesaikan masalah, serta menciptakan solusi inovatif dalam menghadapi tantangan nyata di dunia modern.
Lebih lanjut, Fawer menekankan bahwa pendidikan STEM juga akan menentukan kesiapan Indonesia dalam menghadapi era revolusi industri lanjutan dan ketahanan nasional, baik dalam aspek ekonomi, pertahanan, maupun diplomasi global.
“Kalau kita bicara ketahanan negara hari ini, itu tidak lepas dari penguasaan teknologi. Kita tidak bisa lagi bergantung pada pola pendidikan lama yang hanya mengejar angka kelulusan. Kita butuh SDM yang siap pakai, dan itu dimulai dari reformasi pendidikan yang fokus pada STEM,” tuturnya.
Seruan untuk Perdamaian dan Dukungan pada Sikap Presiden Prabowo
Di tengah ketegangan yang meningkat di Timur Tengah, Fawer juga menyerukan agar konflik antara Israel dan Iran dapat segera dihentikan. Ia menilai bahwa kelanjutan perang hanya akan membawa kerugian besar bagi kedua belah pihak, baik dari sisi kemanusiaan maupun kestabilan kawasan.
“Perang ini sebaiknya dihentikan. Baik Israel maupun Iran, keduanya akan sama-sama dirugikan jika konflik terus bereskalasi. Dunia tidak butuh lebih banyak kekerasan, tapi butuh lebih banyak ruang dialog dan diplomasi,” ungkap Fawer.
Ia juga menyatakan dukungan penuh terhadap sikap Presiden Republik Indonesia, Prabowo Subianto, yang secara konsisten menjunjung tinggi prinsip perdamaian internasional dan menjaga posisi Indonesia sebagai negara yang netral, aktif, dan berkontribusi dalam menyuarakan solusi damai di berbagai forum dunia.
“Saya mendukung langkah Presiden Prabowo yang mengedepankan jalur damai dan diplomasi. Itu mencerminkan karakter bangsa kita berdaulat, bijaksana, dan menjunjung nilai kemanusiaan,” tambahnya.
Mitigasi Dampak Perang Terhadap Ekonomi Indonesia
Fawer juga mengingatkan bahwa konflik global, terutama di kawasan energi dan perdagangan strategis seperti Timur Tengah, bisa berdampak signifikan terhadap perekonomian Indonesia. Oleh sebab itu, ia mendorong pemerintah untuk mempersiapkan langkah-langkah mitigasi terhadap potensi krisis, seperti naiknya harga minyak, inflasi, dan gejolak pasar global.
“Pemerintah harus bergerak cepat. Kita harus memperkuat ketahanan energi nasional, mengamankan rantai pasok, dan memberikan perlindungan ekonomi kepada masyarakat bawah. Perang di tempat jauh pun bisa berdampak langsung ke harga bahan pokok di pasar-pasar tradisional kita,” tutupnya. (vin)