Piramida.id
  • Tentang Kami
  • Redaksi
  • Pedoman
  • Terms
  • Policy
Minggu, April 2, 2023
  • Kabar Desa
  • Dunia
  • Ekologi
  • Dialektika
  • Sopolitika
  • Sorot Publik
  • Lainnya
    • Ekosospolbud
    • Pojokan
    • Sains
    • Spiritualitas
No Result
View All Result
  • Kabar Desa
  • Dunia
  • Ekologi
  • Dialektika
  • Sopolitika
  • Sorot Publik
  • Lainnya
    • Ekosospolbud
    • Pojokan
    • Sains
    • Spiritualitas
No Result
View All Result
Piramida.id
  • Berita
  • Dialektika
  • Dunia
  • Edukasi
  • Ekologi
  • Ekosospolbud
  • Kabar Desa
  • Pojokan
  • Sains
  • Sopolitika
  • Sorot Publik
  • Spiritualitas
Home Dunia

Sekilas tentang Abad Kegelapan: Apakah Kesenian juga Menjadi “Gelap”?

by Redaksi
04/07/2022
in Dunia
107
SHARES
764
VIEWS
Bagikan ke FacebookBagikan ke WhatsappBagikan ke Telegram

PIRAMIDA.ID- Setelah kekaisaran raksasa Romawi Kuno perlahan menyusut hingga akhirnya tumbang dan hilang di tahun 476 M, maka hingga bertahun-tahun (bahkan berabad-abad) kemudian, masa tersebut dikatakan sebagai “era kegelapan”. Karena itu, masa setelah “era kegelapan” disebut pula sebagai “era pencerahan”.Apa yang menyebabkan era itu disebut “kegelapan”? Catatan dan sejumlah literatur menyebutkan bahwa nama Francesco Petrarch, seorang seniman, sastrawan, dan ilmuwan dari era “pencerahan” yang pertama kali menyebutkan abad pertengahan awal sebagai era kegelapan. Disebut era kegelapan dengan berbagai alasan, yang pertama adalah tingkat literasi, serta tingkat “melek huruf” di era kegelapan cukup rendah, apalagi bila dibandingkan dengan era renesains.

Alasan kedua adalah, pencapaian tertinggi di bidang seni adalah era Romawi kuno. Tentunya, pondasi utama dari kesenian era Romawi kuno adalah Yunani kuno. Dan di era “kegelapan” belum ada pencapaian artistik yang lebih tinggi dari era kuno tersebut. Petrarch menyebut bahwa masa tersebut sangat gelap, kacau, dan tidak menghasilkan pencapaian yang lebih hebat dari era sebelumnya, baik di ilmu pengetahuan maupun kesenian.

Romawi yang telah tumbang, akhirnya menjadikan pemerintahan atau institusi yang paling kuat di Eropa adalah gereja. Maka, raja dan ratu di era “kegelapan” mulai kehilangan taring. Kelebihannya adalah, tidak ada satupun raja-raja ini yang mampu memonopoli kekuasaan di Eropa. Semuanya akan tunduk di bawah kekuatan besar yang ada di tangan gereja.

Dominasi gereja dinilai oleh para cendikiawan era renesains sebagai “tindakan yang menahan kemajuan intelektual, dengan tujuan meningkatkan keimanan pada agama”. Dengan premis ini, para cendikiawan era pencerahan menganggap bahwa era sebelumnya sebagai era yang “gelap”.

Namun, apakah benar era tersebut benar-benar “gelap” seperti yang tercatat di literatur era pencerahan? Faktanya masih banyak juga penemuan yang muncul di era “kegelapan” yang menjadi inovasi yang mewarnai dunia. Paling terasa di bidang pertanian, ketika banyak penemuan alat bajak sawah dan tanah yang lahir di era tersebut. Saat itu, kuda menjadi hewan yang paling sering mendapatkan “inovasi”. Mulai dari penggunaan kuda sebagai penarik gerobak, kendaraan, dan bajak. Sampai penggunaan “sepatu kuda” yang terbuat dari logam.

 

Inovasi tersebut bahkan masih digunakan hingga hari ini. Sejumlah literatur juga mencatat bahwa di era yang disebut “kegelapan” tersebut, dunia pertanian mengalami kemajuan yang pesat dan mengagumkan.

Ilmu Pengetahuan dan Seni di Era Kegelapan

Terpenting adalah, abad kegelapan tersebut justru tidak berlaku untuk Islam. Di era “kegelapan” tersebut, justru di dunia Islam menunjukkan peningkatan yang signifikan di bidang sains, matematika, hingga kesenian. Dari Baghdad, yang menjadi pusat Persia era tersebut, lahir nama-nama filsuf, cendikiawan, dan sastrawan Islam yang menemukan banyak terobosan baru.

Sebut saja Al-Khawariz yang di tahun 800-an menemukan persamaan linier, kuadrat, dan hingga saat ini disebut sebagai “Algoritma”. Algoritma adalah nama latin dari Alkhawariz.

Sedangkan di Eropa, juga muncul inovasi di bidang literatur, sastra, dan kesenian. Bayangkan saja, pertama kali naskah tulisan tangan standar justru diperkenalkan ketika era raja Charlemagne yang dinobatkan oleh Paus Leo III menjadi “Kaisar Romawi Suci” era tahun 800-an. Sejumlah produksi buku, dokumen, dan produk literasi lainnya juga terbit di tahun itu.

Sejumlah teknik pengajaran di sekolah, pembuatan kurikulum, dan sebagainya juga menjadi pondasi untuk era berikutnya. Teks-teks klasik terutama berbahasa latin direproduksi agar tetap lestari. Bangunan dengan arsitektur gaya Romawi juga dibangun kembali.

Jadi, apakah abad kegelapan itu benar-benar gelap? Terutama untuk kesenian? Tentunya, Anda bisa menyimpulkan sendiri.(*)


Pojok Seni

Tags: #abadkegelapan#eropa#kesenian
Share43SendShare

Related Posts

Bagaimana Asal Usul Jabat Tangan?

02/04/2023

PIRAMIDA.ID- Kita sudah begitu terbiasa berjabat tangan dengan orang lain, kita hampir tidak memikirkan bagaimana, di mana, dan mengapa kebiasaan...

Marcus Aurelius: Kaisar Romawi Baik Hati yang Juga Seorang Filsuf

05/03/2023

PIRAMIDA.ID- Marcus Aurelius lahir pada 26 April 121 Masehi di Roma dengan nama lahir Marcus Annius Verus. Perjalanan hidupnya membuat...

Melihat Penghasilan Lenin dan Stalin

22/08/2022

PIRAMIDA.ID- Ketika para pemimpin Soviet pertama berkuasa, mereka menyiarkan slogan-slogan seperti “Tanah untuk Petani! Pabrik untuk Para Pekerja!” dan berjanji bahwa...

Hadir di GA-WSCF di Berlin, Ketum GMKI: Bangga Mewakili Indonesia dan Bertemu Delegasi Seluruh Dunia

27/06/2022

PIRAMIDA.ID- General Assembly World Student Christian Federation GA-WSCF resmi dibuka pada tanggal 23 Juni 2022 di Berlin, Jerman. General Assembly...

Mengapa Kita Menghancurkan Warisan Budaya Berusia Ribuan Tahun?

08/04/2022

PIRAMIDA.ID- Penghancuran warisan budaya berusia ribuan tahun adalah tindakan disengaja. Fenomena itu tidak terjadi baru-baru ini namun sudah berlangsung selama...

“Mata Ilahi”: Apakah Simbol ini Punya Makna Rahasia?

17/03/2022

PIRAMIDA.ID- Teori konspirasi berkembang di sekitar simbol-simbol samar dan tanda-tanda visual terselubung. Mata Ilahi atau 'Eye of Providence' - simbol...

Load More

Tinggalkan Komentar Batalkan balasan

Terkini

Edukasi

Cerpen: Tambang Liar

02/04/2023
Dunia

Bagaimana Asal Usul Jabat Tangan?

02/04/2023
Dialektika

Prinsip-Prinsip Disiplin Kelas

02/04/2023
Ekosospolbud

Sanggar Seni Sebagai Organisasi Budaya

02/04/2023
Berita

Korwil GMKI Sumut-NAD Minta KPK Turun Tangan Terkait Dugaan Penggelapan Pajak Dibalik Kematian Bripka Arfan

31/03/2023
Berita

Kelompok Cipayung Siantar Sampaikan Sikap Atas Gerakan Mengatasnamakan Kelompok Cipayung Plus Siantar

30/03/2023

Populer

Berita

Ketua DPRD Siantar Tidak Berani Debat, ILAJ Minta MA dan Mendagri Tolak Hasil Pansus Angket

27/03/2023
Berita

Kelompok Cipayung Siantar Sampaikan Sikap Atas Gerakan Mengatasnamakan Kelompok Cipayung Plus Siantar

30/03/2023
Dialektika

Prinsip-Prinsip Disiplin Kelas

02/04/2023
Dialektika

RUU Omnibus Law Kesehatan: Keberadaan, Tantangan dan Peluang

27/03/2023
Berita

Aliansi Mahasiswa Jakarta Raya Mendesak Kepala BPJS Jakarta Selatan Dicopot dari Jabatannya

27/03/2023
Dialektika

Quo Vadis Carbon Trading sebagai Industri Keuangan Terbarukan

19/03/2023

FULL CAFE SIANTAR DI JALAN NARUMONDA ATAS NO 30

  • Tentang Kami
  • Redaksi
  • Pedoman
  • Terms
  • Policy

© 2020-2021 Piramida ID

wisata indonesia - destinasi wisata terpopuler Rotasi Asia - Berita Terkini Spot Wisata Danau Toba Terbaik destinasi wisata dunia

No Result
View All Result
  • Kabar Desa
  • Dunia
  • Ekologi
  • Dialektika
  • Sopolitika
  • Sorot Publik
  • Lainnya
    • Ekosospolbud
    • Pojokan
    • Sains
    • Spiritualitas

© 2020-2021 Piramida ID

wisata indonesia - destinasi wisata terpopuler Rotasi Asia - Berita Terkini Spot Wisata Danau Toba Terbaik destinasi wisata dunia