Piramida.id
  • Tentang Kami
  • Redaksi
  • Pedoman
  • Terms
  • Policy
Jumat, Mei 30, 2025
  • Kabar Desa
  • Dunia
  • Ekologi
  • Dialektika
  • Sopolitika
  • Sorot Publik
  • Lainnya
    • Ekosospolbud
    • Pojokan
    • Sains
    • Spiritualitas
No Result
View All Result
  • Kabar Desa
  • Dunia
  • Ekologi
  • Dialektika
  • Sopolitika
  • Sorot Publik
  • Lainnya
    • Ekosospolbud
    • Pojokan
    • Sains
    • Spiritualitas
No Result
View All Result
Piramida.id
  • Berita
  • Dialektika
  • Dunia
  • Edukasi
  • Ekologi
  • Ekosospolbud
  • Kabar Desa
  • Pojokan
  • Sains
  • Sopolitika
  • Sorot Publik
  • Spiritualitas
Home Dialektika

Tjokroaminoto, Guru Bangsa, dan Akar Keindonesiaan

by Redaksi
02/10/2020
in Dialektika
100
SHARES
712
VIEWS
Bagikan ke FacebookBagikan ke WhatsappBagikan ke Telegram

Yudhie Haryono*

PIRAMIDA.ID- 103 tahun yang lalu, tokoh ini dengan sangat berapi-api bicara soal subtansi bernegara. Begini kalimatnya, “Tuan-tuan jangan takut, bahwa kita dalam rapat ini harus berani mengucapkan perkataan zelfbestuur atau pemerintahan sendiri. Supaya kita lekas dapat pemerintahan sendiri (zelfbestuur).”

Bila kita memperoleh zelfbestuur yang sesungguhnya, artinya bila tanah air kita, kelak menjadi suatu negara dengan pemerintahan sendiri, maka seluruh lapisan masyarakat semuanya bersama-sama memelihara kepentingan bersama, dengan tidak pandang bulu, bahasa, bangsa maupun agama (17 Juni 1916, di Gedung Pertemuan Concordia-sekarang Gedung Merdeka).”

Mengajak merdeka, mengajar merdeka, memimpin merdeka, meraih kemerdekaan negara dan merealisasikan kemerdekaan pikiran plus tindakan merupakan lima ciri utama HOS Tjokroaminoto.

Maka, Tjokroaminoto merupakan guru bangsa. Guru bagi tokoh-tokoh yang kelak sangat berpengaruh di pra maupun pasca-kolonial, seperti Sukarno, Semaoen, Musso, hingga Maridjan Kartosoewirjo. Maka, tidak berlebihan jika Tjokroaminoto boleh disebut sebagai bapaknya bapak bangsa Indonesia.

Tentu saja, ia lahir untuk melawan. Hidupnya hanya tiga hal: lahir, jihad dan syahid. Walau bisa jadi ningrat, Tjokroaminoto tak ingin menghabiskan jalan hidupnya dengan menikmati fasilitas yang ia dapatkan sebagai keturunan bangsawan. Ia memilih sebaliknya: bersama kaum miskin dan terjajah.

Dari mana ia mendapat amunisi perlawanan itu? Dari agama via kitab sucinya dan dari literasi dunia. Adalah kenyataan bahwa para bapak bangsa Indonesia merupakan pembaca serius karya-karya Karl Marx (1818-1883). Begitu juga dengan tokoh-tokoh seperti HOS Tjokroaminoto (1882-1934), Bung Karno (1901-1970), Bung Hatta (1902-1980), dan Sutan Syahrir (1909-1966) yang membaca dengan sangat teliti sampai menemukan antitesanya.

Dari literasi terhadap Marx, Tjokroaminoto menulis karya penting yang berjudul “Islam dan Sosialisme.” Di buku ini, nampak Tjokroaminoto sangat wasis menganalisis, menyetujui serta mengkritisi pemikiran Marx sambil membandingkan ide-ide sosialisme dengan kehidupan Nabi dan para sahabat.

Tentu saja, sebagai orang muslim taat, Tjokroaminoto membaca prinsip materialisme dalam ajaran Marx sebagai penentangan terhadap Tuhan dan agama.

Untuk meyakinkan diri dan pengikutnya, Tjokroaminoto sampai mengutip langsung dari buku Marx, “Agama ialah kebingungan otak yang dibuat-buat oleh manusia untuk meringankan beban hidup yang sukar ini, agama itu candunya rakyat.”

Dus, bagi Tjokroaminoto ajaran Marx ini bukan saja memungkiri adanya Allah, tetapi juga menegasikan peran utama agama sebagai basis perlawanan pada ketidakadilan.

Dengan antitesa itu, Tjokroaminoto sampai pada kesimpulan bahwa, “Bagi kita orang Islam, tak ada sosialisme atau rupa-rupa ‘isme’ lainnya, yang lebih baik, lebih indah dan lebih mulus, selain dari sosialisme yang berdasar dengan Islam.”

Dengan sosialisme islam yang mengindonesia, republik ini akan tegak berdiri. Dus, akar-akar utama dalam negara Indonesia adalah sosialisme, islam dan perlawanan pada kolonialisme yang berupa warna.

Bagi tokoh bangsa sekaliber Tjokroaminoto, hidup kita adalah bagaimana menikmati dan belajar memecahkan masalah di sela-sela pengkhianatan teman-teman.

Hidup kita adalah bagaimana belajar dan senyum terus untuk menari di saat hujan badai menjadi-jadi. Menaklukan keterbatasan-keterbatasan. Tentu saja, tafsir lanjutan dari tesisnya menjadi hidup kita adalah bagaimana terus melawan di tengah elit pemerintah dan negara yang khianat pada konstitusi dan Pancasila.

Singkatnya, kita boleh bertanya, “mengapa kehidupan berbangsa dan bernegara kita terasa semakin runyam?” Karena bangsa dan negara ini dirancang dan diperjuangkan oleh kaum idealis dan negarawan yang mempunyai wawasan filsafat yang bersifat mendasar dan berjangka panjang; tetapi direformasi oleh para politisi yang berwawasan pendek; dan dioperasikan oleh birokrat yang tidak berwawasan mendalam.”

Di sini, mengenang Tjokroaminoto menjadi sangat penting.


Penulis merupakan Direktur Eksekutif Nusantara Centre. Pendiri PKPK UMP (Pusat Kajian Pancasila dan Kepemimpinan Univ Muhammadiyah Purwokerto).

Tags: #bapakbangsa#gurubangsa#tokoh
Share40SendShare

Related Posts

Pidato Lengkap Jefri Gultom di Dies Natalis GMKI ke-74: Bangkit Ditengah Pergumulan

26/02/2024

Bangkit Ditengah Pergumulan Pidato 74 tahun GMKI Jefri Edi Irawan Gultom Para peletak sejarah selalu berpegang pada prinsip ini, ‘’perjalanan...

Pewaris Opera Batak

11/07/2023

Oleh: Thompson Hs* PIRAMIDA.ID- Tahun 2016 saya menerima Anugerah Kebudayaan dari Kemdikbud (sekarang Kemendikbudristek) Republik Indonesia di kategori Pelestari. Sederhananya,...

Mengapa Membahas Masa Depan Guru “Dianggap” Tidak Menarik?

01/05/2023

Oleh: Agi Julianto Martuah Purba PIRAMIDA.ID- “Mengapa sejauh ini kampus kita tidak mengadakan seminar tentang tantangan dan strategi profesi guru di...

Membangun Demokrasi: Merawat Partisipasi Perempuan di Bidang Politik

14/04/2023

Oleh: Anggith Sabarofek* PIRAMIDA.ID- Demokrasi, perempuan dan politik merupakan tiga unsur yang saling berkesinambungan satu dengan yang lain. Berbicara mengenai...

Dari Peristiwa Kanjuruhan Hingga Batalnya Indonesia Tuan Rumah Piala Dunia U-20

03/04/2023

Oleh: Edis Galingging* PIRAMIDA.ID- Dunia sepak bola tanah air sedang merasakan duka yang dalam. Kali ini, duka itu hadir bukan...

Prinsip-Prinsip Disiplin Kelas

02/04/2023

Oleh: Muhammad Muharram Azhari* PIRAMIDA.ID- Pengertian disiplin menurut Elizabeth Hurtock mengemukakan bahwa; Disiplin itu berasal dari kata "discipline", yaitu seseorang...

Load More

Tinggalkan KomentarBatalkan balasan

Terkini

Berita

Kalah Sebagai Calon Ketua Umum, Fawer Sihite Pastikan Dukung Kepemimpinan Prima Surbakti dan Jessica Worouw di GMKI

28/05/2025
Berita

Aliansi Mahasiswa Siantar Se-Jabodetabek Akan Kepung Mabes Polri: Tuntut Penangkapan Wali Kota Wesli Silalahi

11/05/2025
Berita

Satgas Penertiban Kawasan Hutan (PKH): Penegakan Hukum atau Alibi Militerisasi Atas Nama Konservasi?

09/05/2025
Berita

Ketua Front Justice: Kepemimpinan Wesly Silalahi Dinilai Gagal, Siantar Mengarah ke Kemunduran dan Kota Gelap

07/05/2025
Berita

GMKI Cabang Bandar Lampung Ungkap Krisis Kepolisian di Daerah Lampung: “Kekuasaan Tanpa Kendali, Rakyat Tanpa Perlindungan”

01/05/2025
Berita

Fawer Sihite Luncurkan Buku “Menghidupi Kembali Ut Omnes Unum Sint”: Refleksi dan Kebangkitan GMKI

22/04/2025

Populer

Berita

Kalah Sebagai Calon Ketua Umum, Fawer Sihite Pastikan Dukung Kepemimpinan Prima Surbakti dan Jessica Worouw di GMKI

28/05/2025
Dialektika

“Baku Tongka Bukang Baku Dibo”, Hilangnya Posisi Kader GMKI

02/08/2021
Berita

Resmi Sertijab, Ini Struktur PP GMKI 2022-2024

01/02/2023
Edukasi

Peran Pemuda dan Mahasiswa untuk Pengembangan SDM

03/02/2023
Dialektika

Enola, Gadis Kecil yang Dirampas Masa Depannya

21/06/2022
Dialektika

Prinsip-Prinsip Disiplin Kelas

02/04/2023
  • Tentang Kami
  • Redaksi
  • Pedoman
  • Terms
  • Policy

© 2020-2024 Piramida ID

rotasi barak berita hari ini danau toba

No Result
View All Result
  • Kabar Desa
  • Dunia
  • Ekologi
  • Dialektika
  • Sopolitika
  • Sorot Publik
  • Lainnya
    • Ekosospolbud
    • Pojokan
    • Sains
    • Spiritualitas

© 2020-2024 Piramida ID

rotasi barak berita hari ini danau toba