Piramida.id
  • Tentang Kami
  • Redaksi
  • Pedoman
  • Terms
  • Policy
Minggu, Mei 11, 2025
  • Kabar Desa
  • Dunia
  • Ekologi
  • Dialektika
  • Sopolitika
  • Sorot Publik
  • Lainnya
    • Ekosospolbud
    • Pojokan
    • Sains
    • Spiritualitas
No Result
View All Result
  • Kabar Desa
  • Dunia
  • Ekologi
  • Dialektika
  • Sopolitika
  • Sorot Publik
  • Lainnya
    • Ekosospolbud
    • Pojokan
    • Sains
    • Spiritualitas
No Result
View All Result
Piramida.id
  • Berita
  • Dialektika
  • Dunia
  • Edukasi
  • Ekologi
  • Ekosospolbud
  • Kabar Desa
  • Pojokan
  • Sains
  • Sopolitika
  • Sorot Publik
  • Spiritualitas
Home Edukasi

Usaha Etnis Tionghoa Menginspirasi Gerakan Kemerdekaan Indonesia

by Redaksi
13/02/2021
in Edukasi
98
SHARES
701
VIEWS
Bagikan ke FacebookBagikan ke WhatsappBagikan ke Telegram

PIRAMIDA.ID- Awal abad ke-20 merupakan era pemerintah kolonial Belanda menerapkan kebijakan liberal. Sehingga berbagai golongan masyarakat bisa mengenyam pendidikan modern ala Eropa, dan perlahan membentuk kesadaran nasionalisme.

Sayangnya, masyarakat pada masa itu terpecah-pecah berdasarkan penggolongan warna kulit melalui Regerings Reglement  [UU Koloni] 1854. Kebijakan itu seolah membuat tembok pemisah golongan Eropa, Timur Jauh (Tionghoa, Arab, dan India), dan bumiputera, yang berangsur-angsur hingga kini.

Kebijakan itu membuat etnis Tionghoa menjadi minoritas perantara antara pemerintah kulit putih dengan bumiputera untuk mengurusi perekonomian. Posisi ini menjadikan mereka sangat rentan saat ada pertikaian, lemah dalam posisi, dan kerap menjadi kambing hitam. Mereka hanya bisa memohon perlindungan pada kelompok dominan.

Etnis Tionghoa di Hindia Belanda sendiri terfasilitasi dengan baik, dan menjadikan mereka sebagai golongan bergengsi. Didi Kwartanada pegiat budaya Tionghoa menganggap fasilitas itu sebagai upaya meninabobokan Tionghoa oleh pemerintah. Bahkan pemerintah menyediakan sekolah khusus bagi Tionghoa.

“Ini juga muncul sekolahnya karena adanya sekolah Tionghoa berbahasa Inggris di Singapura. Belanda menjadi khawatir kalau Tionghoa nanti-nanti malah pro-Inggris,” terangnya pada webinar Kelas Sejarah dan Budaya Tionghoa yang diadakan Merdeka Belajar.

Karena kemudahannya mengakses pendidikan dan melihat perkembangan di Tiongkok, banyak pemuda Tionghoa yang kemudian sadar akan kondisi mereka. Sehingga di masa pergerakan nasional muncul kelompok Tiong Hoa Hwee Koan (THKK) pada 17 Maret 1900. THKK kemudian menjadi inspirasi berdirinya kelompok lainnya, Boedi Oetomo.

“[THKK] menimbulkan kesan mendalam bagi masyarakat bumiputera, […] telah menggugah kaum terpelajar Jawa untuk berdaya upaya mempersatukan diri mereka,” ucap Wahidin Soedirohoesodo, tokoh Boedi Oetomo, dikutip Didi.

Gebrakan yang dilakukan Tionghoa juga memicu orang Arab—khususnya Hadhrami—untuk bersatu menentukan arahan politik dan identitas mereka. Menurut Huub de Jonge dalam Mencari Identitas Orang Arab Hadhrami di Indonesia (1900-1950), orang Hadhrami terpecah-pecah antara golongan sayid dengan syarif, dan golongan yang menganggap Hindia Timur dan Hadhramaut sebagai tanah air. Selanjutnya berkembang dengan membuat Sarekat Islam dan Persatuan Arab Indonesia (PAI).

Didi juga menyebut pengaruh ini tak hanya berdampak dari sisi etnis, tetapi juga gender. Raden Ajeng Kartini yang berkomunikasi dengan masyarakat golongan lain dan mendapat informasi seputar dunia internasional mengamininya. Terbukti dalam Letters of a Javanese Princess by Raden Adjeng Kartini, sebuah kompilasi surat Kartini yang tak pernah terbit di Indonesia:

“Ingin benar saya berkenalan dengan anak-anak Cina yang berani itu! Ingin sekali saya hendak tahu pikiran, cita-cita dan perasaan mereka, jiwa mereka!” tulis Kartini pada 17 Juni 1902 untuk temannya di Belanda. “Selamanya saya ingin mempunyai teman Cina! Saya ingin benar hendak mengetahui hidup kejiwaan anak perempuan Cina semacam itu! Pasti banyak keindahannya!”

Meski memiliki gebrakan, bukan berarti etnis Tionghoa satu suara untuk mendukung nasionalisme dan kemerdekaan. Hampir sama dengan permasalahan timur asing Arab, etnis Tionghoa juga terpecah dalam kelompok politis.

Didi menyebut setidaknya ada tiga kelompok pergerakan besar Tionghoa, yakni Aliran Sin Po, Chung Hua Hui (CHH), dan Partai Tionghoa Indonesia (PTI). Aliran Sin Po merupakan kelompok yang mendukung perjuangan rakyat Indonesia, tetapi menganggap Tiongkok daratan sebagai tanah airnya. Kemudian CHH, merupakan kelompok muda kapitalis yang mendukung Ratu Belanda.

“Yang terakhir ini, PTI. Mereka berjuang untuk kemerdekaan Indonesia, dan menganggap Indonesia sebagai tanah air. Tapi ironisnya tidak cuma dimusuhi sesama Tionghoa, tetapi ditolak juga sebagai kalangan pergerakan nasional,” ujar Didi.

Meski ada sekat dalam pergerakkan yang membuat kecewa beberapa tokoh pergerakan, nyatanya tidak membuatnya apatis. Kebencian terhadap kelompok pergerakan Tionghoa seperti PTI, Didi menyebut, melahirkan “para pelompat tembok rasial”.

Kelompok pemuda Tionghoa yang sadar akan Indonesia sebagai tanah airnya, dan bersatu bersama kalangan lain, lalu turut serta dalam Sumpah Pemuda 1928. Beberapa tokoh di antaranya adalah Kwee Thiam Hong (Daud Budiman), Oey Kang Siang, John Liauw Tjoan Hok, dan Tjio Djin Kwie. Sejumlah nama ini pun tercatat di Museum Sumpah Pemuda.

Akibat keberadaannya tak diterima banyak kalangan dan demi mendapatkan identitas sebagai orang Indonesia, PTI sendiri berdiri pada 25 September 1932 di Surabaya. Didirikan oleh Liem Koen Hian dan Kwee Thiam Tjing. Kata “Indonesia” sengaja dicantumkan sebagai idealisme mereka.

“Jikalau peranakan Tionghoa yang mendengar suara hatinya mau melekatkan nasibnya bersama-sama orang Indonesia pada tanah Indonesia ini, ia pun mesti dianggap orang Indonesia sejati,” terang Liem Koen Hian dalam wawancara yang dipublikasikan Mata Hari edisi 8 September 1934.

Keresahan idealisme ini pun membuat Liem Koen Hian bersahabat dengan Abdul Rahman Baswedan yang mendirikan PAI pada 1934. Mereka sempat bekerja sama di koran Sin Tit Po, dan mengampanyekan nasionalisme melalui media itu.

Meski sudah mendapatkan jabatan di Volksraad, PTI mempunyai konflik internal yang mengakibatkan mereka bubar pada 1939. Bubarnya partai ini bukan berarti jalan buntu memperjuangkan etnis Tionghoa demi kemerdekaan dan identitasnya sebagai orang Indonesia.

Sejumlah tokoh pun memilih melebur dengan partai-partai pendukung kemerdekaan lainnya seperti PKI, PNI, dan Gerindo (Gerakan Indonesia Raya). Dengan harapan, agar identitas dari segi etnis dapat diterima lewat peleburan golongan.

Liem Koen Hian sendiri memilih Gerindo sebagai jalannya, dan disambut baik oleh ketua umum Amir Syarifuddin. Didi mengungkap bahwa partai ini bersifat inklusif bagi etnis manapun.

“Makin banyak kaum peranakan yang ingin bergabung dengan gerakan nasionalis Indonesia, dan karenanya untuk mereka pintu harus dibuka,” ungkap Amir Syarifuddin yang dikutip oleh Didi.(*)


National Geographic Indonesia, berbagai sumber.

Tags: #kemerdekaan#sejarah#tionghoa
Share39SendShare

Related Posts

Refleksi Paskah dan Titik Balik Kebangkitan Ekonomi Indonesia

20/04/2025

Refleksi Paskah dan Titik Balik Kebangkitan Ekonomi Indonesia Oleh: Fawer Full Fander Sihite, S.Th.,S.H.,MAPS 1. Menghadapi Perang Dagang Global Perang...

Presiden Prabowo ke Timur Tengah: Mengukuhkan Posisi Indonesia di Panggung Global

14/04/2025

Presiden Prabowo ke Timur Tengah: Mengukuhkan Posisi Indonesia di Panggung Global Oleh: Fawer Full Fander Sihite, S.Th., S.H., MAPS Kunjungan...

Pertemuan Prabowo dan Megawati: Sebuah Sinyal Positif bagi Pertumbuhan Ekonomi Indonesia

11/04/2025

Pertemuan Prabowo dan Megawati: Sebuah Sinyal Positif bagi Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Refleksi Mahasiswa Kristen dalam Perspektif Alkitabiah Ditulis Oleh: Fawer...

Ekonomi Indonesia di Tengah Perang Dagang Global: Perspektif Alkitabiah dan Peran Mahasiswa Kristen

01/04/2025

Ekonomi Indonesia di Tengah Perang Dagang Global: Perspektif Alkitabiah dan Peran Mahasiswa Kristen Oleh: Fawer Full Fander Sihite.,S.Th.,S.H.,MAPS Perang dagang...

Pemuda Sebagai ‘Agent Of Solution’ Pada Pemilu 2024

24/01/2024

Sejak 28 November 2023, masa kampanye Pemilu 2024 dimulai. Partisipasi politik generasi milenial dan generasi Z (Gen Z) memiliki pengaruh...

Jes Manro Kepsek SMP 1 Parapat Klarifikasi Pemberitaan Dirinya

12/12/2023

Piramida.id|Simalungun - Jes Manro Tambunan Kepala Sekolah (Kepsek) SMP 1 Parapat, kabupaten Simalungun (Sumut) memberikan klarifikasi atas pemberitaan terkait dirinya...

Load More

Tinggalkan KomentarBatalkan balasan

Terkini

Berita

Aliansi Mahasiswa Siantar Se-Jabodetabek Akan Kepung Mabes Polri: Tuntut Penangkapan Wali Kota Wesli Silalahi

11/05/2025
Berita

Satgas Penertiban Kawasan Hutan (PKH): Penegakan Hukum atau Alibi Militerisasi Atas Nama Konservasi?

09/05/2025
Berita

Ketua Front Justice: Kepemimpinan Wesly Silalahi Dinilai Gagal, Siantar Mengarah ke Kemunduran dan Kota Gelap

07/05/2025
Berita

GMKI Cabang Bandar Lampung Ungkap Krisis Kepolisian di Daerah Lampung: “Kekuasaan Tanpa Kendali, Rakyat Tanpa Perlindungan”

01/05/2025
Berita

Fawer Sihite Luncurkan Buku “Menghidupi Kembali Ut Omnes Unum Sint”: Refleksi dan Kebangkitan GMKI

22/04/2025
Edukasi

Refleksi Paskah dan Titik Balik Kebangkitan Ekonomi Indonesia

20/04/2025

Populer

Berita

Ketua Front Justice: Kepemimpinan Wesly Silalahi Dinilai Gagal, Siantar Mengarah ke Kemunduran dan Kota Gelap

07/05/2025
Berita

Satgas Penertiban Kawasan Hutan (PKH): Penegakan Hukum atau Alibi Militerisasi Atas Nama Konservasi?

09/05/2025
Berita

Aliansi Mahasiswa Siantar Se-Jabodetabek Akan Kepung Mabes Polri: Tuntut Penangkapan Wali Kota Wesli Silalahi

11/05/2025
Dialektika

Mengapa Demokrasi dapat Melahirkan Tirani?

21/02/2022
Pojokan

Pesan Tersembunyi Ki Narto Sabdo Dalam Lagu Kelinci Ucul

23/09/2020
Edukasi

Tradisi Permainan Margala Batak

05/10/2021
  • Tentang Kami
  • Redaksi
  • Pedoman
  • Terms
  • Policy

© 2020-2024 Piramida ID

rotasi barak berita hari ini danau toba

No Result
View All Result
  • Kabar Desa
  • Dunia
  • Ekologi
  • Dialektika
  • Sopolitika
  • Sorot Publik
  • Lainnya
    • Ekosospolbud
    • Pojokan
    • Sains
    • Spiritualitas

© 2020-2024 Piramida ID

rotasi barak berita hari ini danau toba