Piramida.id
  • Tentang Kami
  • Redaksi
  • Pedoman
  • Terms
  • Policy
Jumat, Mei 20, 2022
  • Kabar Desa
  • Dunia
  • Ekologi
  • Dialektika
  • Sopolitika
  • Sorot Publik
  • Lainnya
    • Ekosospolbud
    • Pojokan
    • Sains
    • Spiritualitas
No Result
View All Result
  • Kabar Desa
  • Dunia
  • Ekologi
  • Dialektika
  • Sopolitika
  • Sorot Publik
  • Lainnya
    • Ekosospolbud
    • Pojokan
    • Sains
    • Spiritualitas
No Result
View All Result
Piramida.id
  • Berita
  • Dialektika
  • Dunia
  • Edukasi
  • Ekologi
  • Ekosospolbud
  • Kabar Desa
  • Pojokan
  • Sains
  • Sopolitika
  • Sorot Publik
  • Spiritualitas
Home Edukasi

Usaha Etnis Tionghoa Menginspirasi Gerakan Kemerdekaan Indonesia

by Redaksi
13/02/2021
in Edukasi
98
SHARES
701
VIEWS
Bagikan ke FacebookBagikan ke WhatsappBagikan ke Telegram

PIRAMIDA.ID- Awal abad ke-20 merupakan era pemerintah kolonial Belanda menerapkan kebijakan liberal. Sehingga berbagai golongan masyarakat bisa mengenyam pendidikan modern ala Eropa, dan perlahan membentuk kesadaran nasionalisme.

Sayangnya, masyarakat pada masa itu terpecah-pecah berdasarkan penggolongan warna kulit melalui Regerings Reglement  [UU Koloni] 1854. Kebijakan itu seolah membuat tembok pemisah golongan Eropa, Timur Jauh (Tionghoa, Arab, dan India), dan bumiputera, yang berangsur-angsur hingga kini.

Kebijakan itu membuat etnis Tionghoa menjadi minoritas perantara antara pemerintah kulit putih dengan bumiputera untuk mengurusi perekonomian. Posisi ini menjadikan mereka sangat rentan saat ada pertikaian, lemah dalam posisi, dan kerap menjadi kambing hitam. Mereka hanya bisa memohon perlindungan pada kelompok dominan.

Etnis Tionghoa di Hindia Belanda sendiri terfasilitasi dengan baik, dan menjadikan mereka sebagai golongan bergengsi. Didi Kwartanada pegiat budaya Tionghoa menganggap fasilitas itu sebagai upaya meninabobokan Tionghoa oleh pemerintah. Bahkan pemerintah menyediakan sekolah khusus bagi Tionghoa.

“Ini juga muncul sekolahnya karena adanya sekolah Tionghoa berbahasa Inggris di Singapura. Belanda menjadi khawatir kalau Tionghoa nanti-nanti malah pro-Inggris,” terangnya pada webinar Kelas Sejarah dan Budaya Tionghoa yang diadakan Merdeka Belajar.

Karena kemudahannya mengakses pendidikan dan melihat perkembangan di Tiongkok, banyak pemuda Tionghoa yang kemudian sadar akan kondisi mereka. Sehingga di masa pergerakan nasional muncul kelompok Tiong Hoa Hwee Koan (THKK) pada 17 Maret 1900. THKK kemudian menjadi inspirasi berdirinya kelompok lainnya, Boedi Oetomo.

“[THKK] menimbulkan kesan mendalam bagi masyarakat bumiputera, […] telah menggugah kaum terpelajar Jawa untuk berdaya upaya mempersatukan diri mereka,” ucap Wahidin Soedirohoesodo, tokoh Boedi Oetomo, dikutip Didi.

Gebrakan yang dilakukan Tionghoa juga memicu orang Arab—khususnya Hadhrami—untuk bersatu menentukan arahan politik dan identitas mereka. Menurut Huub de Jonge dalam Mencari Identitas Orang Arab Hadhrami di Indonesia (1900-1950), orang Hadhrami terpecah-pecah antara golongan sayid dengan syarif, dan golongan yang menganggap Hindia Timur dan Hadhramaut sebagai tanah air. Selanjutnya berkembang dengan membuat Sarekat Islam dan Persatuan Arab Indonesia (PAI).

Didi juga menyebut pengaruh ini tak hanya berdampak dari sisi etnis, tetapi juga gender. Raden Ajeng Kartini yang berkomunikasi dengan masyarakat golongan lain dan mendapat informasi seputar dunia internasional mengamininya. Terbukti dalam Letters of a Javanese Princess by Raden Adjeng Kartini, sebuah kompilasi surat Kartini yang tak pernah terbit di Indonesia:

“Ingin benar saya berkenalan dengan anak-anak Cina yang berani itu! Ingin sekali saya hendak tahu pikiran, cita-cita dan perasaan mereka, jiwa mereka!” tulis Kartini pada 17 Juni 1902 untuk temannya di Belanda. “Selamanya saya ingin mempunyai teman Cina! Saya ingin benar hendak mengetahui hidup kejiwaan anak perempuan Cina semacam itu! Pasti banyak keindahannya!”

Meski memiliki gebrakan, bukan berarti etnis Tionghoa satu suara untuk mendukung nasionalisme dan kemerdekaan. Hampir sama dengan permasalahan timur asing Arab, etnis Tionghoa juga terpecah dalam kelompok politis.

Didi menyebut setidaknya ada tiga kelompok pergerakan besar Tionghoa, yakni Aliran Sin Po, Chung Hua Hui (CHH), dan Partai Tionghoa Indonesia (PTI). Aliran Sin Po merupakan kelompok yang mendukung perjuangan rakyat Indonesia, tetapi menganggap Tiongkok daratan sebagai tanah airnya. Kemudian CHH, merupakan kelompok muda kapitalis yang mendukung Ratu Belanda.

“Yang terakhir ini, PTI. Mereka berjuang untuk kemerdekaan Indonesia, dan menganggap Indonesia sebagai tanah air. Tapi ironisnya tidak cuma dimusuhi sesama Tionghoa, tetapi ditolak juga sebagai kalangan pergerakan nasional,” ujar Didi.

Meski ada sekat dalam pergerakkan yang membuat kecewa beberapa tokoh pergerakan, nyatanya tidak membuatnya apatis. Kebencian terhadap kelompok pergerakan Tionghoa seperti PTI, Didi menyebut, melahirkan “para pelompat tembok rasial”.

Kelompok pemuda Tionghoa yang sadar akan Indonesia sebagai tanah airnya, dan bersatu bersama kalangan lain, lalu turut serta dalam Sumpah Pemuda 1928. Beberapa tokoh di antaranya adalah Kwee Thiam Hong (Daud Budiman), Oey Kang Siang, John Liauw Tjoan Hok, dan Tjio Djin Kwie. Sejumlah nama ini pun tercatat di Museum Sumpah Pemuda.

Akibat keberadaannya tak diterima banyak kalangan dan demi mendapatkan identitas sebagai orang Indonesia, PTI sendiri berdiri pada 25 September 1932 di Surabaya. Didirikan oleh Liem Koen Hian dan Kwee Thiam Tjing. Kata “Indonesia” sengaja dicantumkan sebagai idealisme mereka.

“Jikalau peranakan Tionghoa yang mendengar suara hatinya mau melekatkan nasibnya bersama-sama orang Indonesia pada tanah Indonesia ini, ia pun mesti dianggap orang Indonesia sejati,” terang Liem Koen Hian dalam wawancara yang dipublikasikan Mata Hari edisi 8 September 1934.

Keresahan idealisme ini pun membuat Liem Koen Hian bersahabat dengan Abdul Rahman Baswedan yang mendirikan PAI pada 1934. Mereka sempat bekerja sama di koran Sin Tit Po, dan mengampanyekan nasionalisme melalui media itu.

Meski sudah mendapatkan jabatan di Volksraad, PTI mempunyai konflik internal yang mengakibatkan mereka bubar pada 1939. Bubarnya partai ini bukan berarti jalan buntu memperjuangkan etnis Tionghoa demi kemerdekaan dan identitasnya sebagai orang Indonesia.

Sejumlah tokoh pun memilih melebur dengan partai-partai pendukung kemerdekaan lainnya seperti PKI, PNI, dan Gerindo (Gerakan Indonesia Raya). Dengan harapan, agar identitas dari segi etnis dapat diterima lewat peleburan golongan.

Liem Koen Hian sendiri memilih Gerindo sebagai jalannya, dan disambut baik oleh ketua umum Amir Syarifuddin. Didi mengungkap bahwa partai ini bersifat inklusif bagi etnis manapun.

“Makin banyak kaum peranakan yang ingin bergabung dengan gerakan nasionalis Indonesia, dan karenanya untuk mereka pintu harus dibuka,” ungkap Amir Syarifuddin yang dikutip oleh Didi.(*)


National Geographic Indonesia, berbagai sumber.

Tags: #kemerdekaan#sejarah#tionghoa
Share39SendShare

Related Posts

foto/anak-anak sedang asyik membaca

Membangun Literasi Anak sejak Usia Dini

11/05/2022

Oleh: Rina Adriani Silalahi* PIRAMIDA.ID- Membaca dewasa ini merupakan kegiatan yang gampang-gampang sulit dilakukan. Mengapa saya katakan demikian? Karena menurut...

Benarkah Orang Cerdas Lebih Senang Hidup Sendirian?

09/05/2022

PIRAMIDA.ID- Tahun 2016, sebuah studi di British Journal of Psychology, mengungkapkan bagaimana leluhur kita berdampak pada perasaan kita saat ini. Para...

Persoalan dengan Orang-orang cerdas dan Alasan Cerdas itu Tidak Selalu Menguntungkan

06/05/2022

PIRAMIDA.ID- Ketika merekrut, mempromosikan, atau sekedar memilih anggota tim, kita cenderung untuk memilih orang-orang yang pintar. Benar bukan? Tapi hanya...

Membangun Semangat Kartini Pasca Pandemi untuk Perempuan Indonesia

20/04/2022

Oleh: Rasmi Siburian* PIRAMIDA.ID- Setiap tanggal 21 April di Indonesia, diperingati sebagai Hari Kartini untuk mengenang kembali perjuangan kaum perempuan...

Berapa Lama Waktu Tidur yang Baik?

14/04/2022

PIRAMIDA.ID- Seperti halnya makan, minum, atau bernapas, tidur itu penting dalam hidup manusia. Bahkan, semua hewan tidur – dengan cara...

Dengan mengetahui apakah anak Anda berusaha membohongi Anda dengan sengaja, Anda akan bisa merancang respons yang lebih efektif/from www.shutterstock.com

Mengapa Anak-anak Berbohong, dan Apakah ini Normal?

10/04/2022

PIRAMIDA.ID- Anak-anak biasanya mulai berbohong ketika memasuki usia prasekolah, atau di antara usia dua atau empat tahun. Upaya tipu muslihat...

Load More

Tinggalkan Komentar Batalkan balasan

Terkini

Berita

BPC GMKI Tanjungpinang-Bintan Menetapkan Program Kerja Satu Tahun Melalui Sidang Pleno 1

20/05/2022
Berita

Resmob Manado Amankan Minuman Alkohol Tanpa Izin Penjualan

19/05/2022
Berita

Tim Resmob Polres Tomohon Amankan ART Pelaku Pencurian Uang Ratusan Juta Milik Majikannya

19/05/2022
Berita

Bangun Budaya Literasi Desa, KPPM Univ. Nommensen Medan Aktifkan Kembali Pandopo Literasi Desa Garoga

19/05/2022
Berita

Polsek Wanea Gencarkan Patroli “Silau Mata” Mencegah Gangguan Kamtibmas

18/05/2022
Berita

Polda Sulut Dorong Pembangunan Zona Integritas Menuju WBK dan WBBM

18/05/2022

FULL CAFE SIANTAR DI JALAN NARUMONDA ATAS NO 30

Populer

Berita

Wakil Gubernur Dukung Konsultasi Wilayah GMKI Sulawesi Tengah

17/05/2022
Edukasi

Keterbatasan Jumlah Guru Terampil

09/12/2021
Berita

GMKI Pematangsiantar-Simalungun Sukses Laksanakan kegiatan MABIM

16/05/2022
Berita

Kapolda Sulut Menjadi Narasumber dalam Simposium Paskah Nasional di Talaud

16/05/2022
Spiritualitas

Kasih Sebagai Perintah Baru

26/07/2020
Berita

Polsek Singkil Laksanakan KRYD dan Operasi Yustisi untuk Minimalisir Penyebaran Covid-19

15/05/2022

PUSAT PERLENGKAPAN LAUNDRY TERLENGKAP DI SULAWESI UTARA

PUSAT PERLENGKAPAN LAUNDRY TERLENGKAP DI MANADO
PUSAT PERLENGKAPAN LAUNDRY TERLENGKAP DI SULAWESI UTARA
  • Tentang Kami
  • Redaksi
  • Pedoman
  • Terms
  • Policy

© 2020-2021 Piramida ID - Designed by: Bang Ze

No Result
View All Result
  • Kabar Desa
  • Dunia
  • Ekologi
  • Dialektika
  • Sopolitika
  • Sorot Publik
  • Lainnya
    • Ekosospolbud
    • Pojokan
    • Sains
    • Spiritualitas

© 2020-2021 Piramida ID - Designed by: Bang Ze