Piramida.id
  • Tentang Kami
  • Redaksi
  • Pedoman
  • Terms
  • Policy
Selasa, Juni 17, 2025
  • Kabar Desa
  • Dunia
  • Ekologi
  • Dialektika
  • Sopolitika
  • Sorot Publik
  • Lainnya
    • Ekosospolbud
    • Pojokan
    • Sains
    • Spiritualitas
No Result
View All Result
  • Kabar Desa
  • Dunia
  • Ekologi
  • Dialektika
  • Sopolitika
  • Sorot Publik
  • Lainnya
    • Ekosospolbud
    • Pojokan
    • Sains
    • Spiritualitas
No Result
View All Result
Piramida.id
  • Berita
  • Dialektika
  • Dunia
  • Edukasi
  • Ekologi
  • Ekosospolbud
  • Kabar Desa
  • Pojokan
  • Sains
  • Sopolitika
  • Sorot Publik
  • Spiritualitas
Home Edukasi

Zaman Perang Kemerdekaan, Mural Menjadi Senjata Semangat Kebangsaan

by Redaksi
24/08/2021
in Edukasi
99
SHARES
706
VIEWS
Bagikan ke FacebookBagikan ke WhatsappBagikan ke Telegram

PIRAMIDA.ID- 76 tahun berselang, mural telah berubah menjadi hal yang mengganggu bahkan dilarang. Padahal, mural menyimpan banyak cerita dibeda generasi. Tan Malaka menjadi pionir dengan menjadikan mural sebagai senjata untuk melecutkan semangat perjuangan bangsa Indonesia yang baru merdeka.

Tahun 1945, disepanjang jalan penuh dengan tulisan moral dan perjuangan. Harry Poeze dalam bukunya berjudul Tan Malaka, Gerakan kiri, dan revolusi Indonesia: Agustus 1945-Maret 1946, Jilid pertama yang diterbitkan tahun 2008, menjelaskan tentang situasi pasca kemerdekaan. “Kota-kota mulai dipenuhi dengan pamflet dan coretan-coretan tembok, menggelorakan semangat perjuangan untuk melawan musuh” tulisnya.

Tan Malaka dianggap sebagai aktor yang menggelorakan semangat perjuangan melalui mural. Ia mengajak segenap pemuda untuk ‘menggoreskan’ pekikan kemerdekaan di tembok-tembok jalanan. Dengan bahasa Indonesia dan bahasa Inggris, kalimat-kalimat penyemangat dituliskan oleh mereka. Semua terjadi pasca Indonesia merdeka pada 17 Agustus 1945. Semangat nasionalisme coba dibangkitkan melalui mural.

Harry Poeze dalam tulisannya menyebutkan, “Ahmad Soebardjo meminta nasihat kepada Tan Malaka untuk melakukan propaganda dengan semboyan-semboyan menggelorakan perjuangan”. Tan Malaka kemudian melibatkan para pemuda untuk melakukan aksi mural dan coret-coret di jalanan, serta menyebar pamflet di mobil dan kereta yang bergerak ke luar Jakarta. “Semangat mati-matian ditunjukkan para pemuda untuk melawan musuh” tulisnya.

Lasarus dalam karyanya berjudul Perjuangan Seniman Lukis Pada Masa Revolusi Fisik di Yogyakarta, yang dipublikasi pada 2009, menjelaskan tentang peranan seniman lukis dalam mempertahankan kedaulatan Indonesia yang baru merdeka. “Terdapat pengaruh yang datang dari Jakarta, sampai ke Yogyakarta. Kereta api dan mobil angkutan umum datang dengan slogan perjuangan” tulisnya.

“Mural kemudian dilakukan di tembok-tembok jalan, rumah-rumah, sampai kepada toko-toko, dengan menggunakan cat minyak” tambah Lasarus. Para seniman Yogyakarta yang tergabung ke dalam Persatuan Tenaga Pelukis Yogyakarta (PTPY), melakukan aksi coret-coret di gedung kantor pos besar, tembok sepanjang Jalan Malioboro, pagar hotel Garuda, dan beberapa titik lainnya.

“Coretan dinding dibuat artistik (pelakunya seniman), bertuliskan ‘Sekali Merdeka Tetap Merdeka, Merdeka atau Mati, Lebih Baik Mati Daripada Dijajah Lagi, Pertahankan Bendera Kita!‘”, tulis Lasarus.

Selain mural dengan pekikan semangat berbahasa Indonesia, dibuat juga mural berbahasa Inggris. Ekspresi luapan semangat bertuliskan Away with NICA, We Fight for Democracy, Once Free Forever Free, We Have Only to Win!, Life, Liberty and Persuit to Happiness, tergambar dihampir seluruh penjuru Kota Yogyakarta.

Mohammad Yamin, selaku pelaku sejarah, mengenang dalam Proklamasi dan Konstitusi Republik Indonesia terbitan 1952, tentang slogan yang mengena baginya dan mungkin sebagian besar yang membacanya. Menurutnya, coretan bertuliskan Respect Our Constitution, August 17! merupakan coretan dengan makna mendalam, mengingat adanya upaya Belanda dan Sekutu untuk kembali ke Indonesia pasca konstitusi 17 Agustus telah berdiri tegap.

Tulisan tersebut, mengandung arti teriakan bangsa Indonesia kepada Jepang dan Belanda-Inggris untuk menghargai dengan tidak melanggar konstitusi. “Teriakan ini berisi peringatan kepada Belanda-Inggris yang hendak mendaratkan kapalnya untuk melakukan agresi” tulis Yamin.

Coretan-coretan dinding menjadi bukti gelora semangat segenap bangsa di tahun 1945-1946. Nasionalisme tergambar pada goresan cat minyak yang tertuang menggoretkan setiap hurufnya. Menandakan semangat perjuangan, begitu juga saat tiba Belanda-Inggris mengancam kedaulatan, segenap bangsa telah sepakat dengan persatuannya melawan mereka sampai titik darah penghabisan.(*)


National Geographic Indonesia

Tags: #mural#sejarah#zamankemerdekaan
Share40SendShare

Related Posts

Refleksi Paskah dan Titik Balik Kebangkitan Ekonomi Indonesia

20/04/2025

Refleksi Paskah dan Titik Balik Kebangkitan Ekonomi Indonesia Oleh: Fawer Full Fander Sihite, S.Th.,S.H.,MAPS 1. Menghadapi Perang Dagang Global Perang...

Presiden Prabowo ke Timur Tengah: Mengukuhkan Posisi Indonesia di Panggung Global

14/04/2025

Presiden Prabowo ke Timur Tengah: Mengukuhkan Posisi Indonesia di Panggung Global Oleh: Fawer Full Fander Sihite, S.Th., S.H., MAPS Kunjungan...

Pertemuan Prabowo dan Megawati: Sebuah Sinyal Positif bagi Pertumbuhan Ekonomi Indonesia

11/04/2025

Pertemuan Prabowo dan Megawati: Sebuah Sinyal Positif bagi Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Refleksi Mahasiswa Kristen dalam Perspektif Alkitabiah Ditulis Oleh: Fawer...

Ekonomi Indonesia di Tengah Perang Dagang Global: Perspektif Alkitabiah dan Peran Mahasiswa Kristen

01/04/2025

Ekonomi Indonesia di Tengah Perang Dagang Global: Perspektif Alkitabiah dan Peran Mahasiswa Kristen Oleh: Fawer Full Fander Sihite.,S.Th.,S.H.,MAPS Perang dagang...

Pemuda Sebagai ‘Agent Of Solution’ Pada Pemilu 2024

24/01/2024

Sejak 28 November 2023, masa kampanye Pemilu 2024 dimulai. Partisipasi politik generasi milenial dan generasi Z (Gen Z) memiliki pengaruh...

Jes Manro Kepsek SMP 1 Parapat Klarifikasi Pemberitaan Dirinya

12/12/2023

Piramida.id|Simalungun - Jes Manro Tambunan Kepala Sekolah (Kepsek) SMP 1 Parapat, kabupaten Simalungun (Sumut) memberikan klarifikasi atas pemberitaan terkait dirinya...

Load More

Tinggalkan KomentarBatalkan balasan

Terkini

Berita

Refleksi Hari Lahir Pancasila, Fawer Sihite: Kita Harus Dengarkan Hati Nurani Rakyat

01/06/2025
Berita

Kalah Sebagai Calon Ketua Umum, Fawer Sihite Pastikan Dukung Kepemimpinan Prima Surbakti dan Jessica Worouw di GMKI

28/05/2025
Berita

Aliansi Mahasiswa Siantar Se-Jabodetabek Akan Kepung Mabes Polri: Tuntut Penangkapan Wali Kota Wesli Silalahi

11/05/2025
Berita

Satgas Penertiban Kawasan Hutan (PKH): Penegakan Hukum atau Alibi Militerisasi Atas Nama Konservasi?

09/05/2025
Berita

Ketua Front Justice: Kepemimpinan Wesly Silalahi Dinilai Gagal, Siantar Mengarah ke Kemunduran dan Kota Gelap

07/05/2025
Berita

GMKI Cabang Bandar Lampung Ungkap Krisis Kepolisian di Daerah Lampung: “Kekuasaan Tanpa Kendali, Rakyat Tanpa Perlindungan”

01/05/2025

Populer

Dunia

Sumber Air Bersih dan Air Minum di Arab Saudi

07/06/2020
Dialektika

Prinsip-Prinsip Disiplin Kelas

02/04/2023
Berita

Ketua Front Justice: Kepemimpinan Wesly Silalahi Dinilai Gagal, Siantar Mengarah ke Kemunduran dan Kota Gelap

07/05/2025
Berita

Aliansi Mahasiswa Siantar Se-Jabodetabek Akan Kepung Mabes Polri: Tuntut Penangkapan Wali Kota Wesli Silalahi

11/05/2025
Pojokan

Pesan Tersembunyi Ki Narto Sabdo Dalam Lagu Kelinci Ucul

23/09/2020
ilustrasi/Cleopatra dalam budaya pop.
Pojokan

Cleopatra: Simbol Kecantikan yang Tidak Cantik-Cantik Amat

24/09/2020
  • Tentang Kami
  • Redaksi
  • Pedoman
  • Terms
  • Policy

© 2020-2024 Piramida ID

rotasi barak berita hari ini danau toba

No Result
View All Result
  • Kabar Desa
  • Dunia
  • Ekologi
  • Dialektika
  • Sopolitika
  • Sorot Publik
  • Lainnya
    • Ekosospolbud
    • Pojokan
    • Sains
    • Spiritualitas

© 2020-2024 Piramida ID

rotasi barak berita hari ini danau toba