Piramida.id
  • Tentang Kami
  • Redaksi
  • Pedoman
  • Terms
  • Policy
Selasa, Juni 17, 2025
  • Kabar Desa
  • Dunia
  • Ekologi
  • Dialektika
  • Sopolitika
  • Sorot Publik
  • Lainnya
    • Ekosospolbud
    • Pojokan
    • Sains
    • Spiritualitas
No Result
View All Result
  • Kabar Desa
  • Dunia
  • Ekologi
  • Dialektika
  • Sopolitika
  • Sorot Publik
  • Lainnya
    • Ekosospolbud
    • Pojokan
    • Sains
    • Spiritualitas
No Result
View All Result
Piramida.id
  • Berita
  • Dialektika
  • Dunia
  • Edukasi
  • Ekologi
  • Ekosospolbud
  • Kabar Desa
  • Pojokan
  • Sains
  • Sopolitika
  • Sorot Publik
  • Spiritualitas
Home Ekologi

Akses Layanan Kesehatan Terjangkau Tekan Laju Deforestasi

by Redaksi
29/10/2020
in Ekologi
99
SHARES
704
VIEWS
Bagikan ke FacebookBagikan ke WhatsappBagikan ke Telegram

PIRAMIDA.ID- Para peneliti meyakini, dengan menawarkan pelayanan kesehatan yang berkualitas dan terjangkau kepada penduduk desa dan masyarakat adat yang tinggal di dekat hutan, dapat membantu mengurangi masalah pembalakan liar yang dituduh memicu perubahan iklim.

Sebuah studi terbaru yang dipimpin Universitas Stanford yang diterbitkan dalam jurnal Proceedings of the National Aceademy Sciences, menganalisis sebuah klinik yang terletak di dekat Taman Nasonal Gunung Palung, Kalimantan Barat, yang menyediakan layanan kesehatan terjangkau. Penelitian dilakukan selama peiode 2009 hingga 2019.

Menggabungkan data citra satelit tutupan hutan dengan catatan pasien, tim peneliti menilai kehadiran layanan tersebut berperan dalam penurunan 70% deforestasi – setara dengan 27 km persegi luas hutan – dibandingkan dengan taman nasional lain yang ada di Indonesia. Angka ini setara dengan hilangnya karbon yang bernilai lebih dari US$ 65 juta (Rp 910 miliar).

Salah satu tim penulis, Susanne Sokolow, peneliti dari Standford Institute for the Environment mengamati penurunan deforestasi yang signifikan tersebut.

“Penting, kami juga menemukan bahwa semakin banyak penduduk desa yang  terlibat, dengan berapa kali mereka pergi ke klinik atau berpartisipasi dalam program konservasi…semakin banyak dampak  yang kami lihat,” ujar Sokolow dikutip dari Reuters.

Laporan tersebut mengungkap menurunnya angka penebangan pohon paling signifikan terjadi di hutan di sebelah desa yang paling banyak mengunakan layanan klinik.

Manusia dan hutan berkaitan erat

Secara global, sekitar 35% kawasan alam yang dilindungi dimiliki secara tradisional, dimanfaatkan dan ditempati oleh masyarakat adat dan komunitas lokal. Akan tetapi, mereka jarang mendapat perhatian dalam program konservasi dan iklim.

Dua yayasan nirlaba yang fokus dalam bidang kesehatan dan lingkungan yakni Alam Sehat Lestari (ASRI) yang berbasis di Indonesia dan Health In Harmony yang berbasis di Amerika Serikat, mengajukan pertanyaan kepada masyarakat setempat, hingga akhirnya menemukan bahwa alasan utama mereka menebang pohon, adalah untuk membayar biaya pengobatan.

Berbasis alasan tersebut kedua yayasan mendirikan klinik pelayanan kesehatan yang terjangkau pada tahun 2007. Klinik tersebut menerima pembayaran alternatif seperti bibit pohon, hasil kerajinan tangan, pupuk kandang, atau tenaga kerja. Klinik juga memberikan potongan harga untuk desa-desa yang terbukti mengalami penurunan deforestasi.

Direktur Eksekutif ASRI Nur Febriani, dalam sebuah diskusi virtual beberapa waktu lalu menegaskan, kesehatan dan kelestarian hutan merupakan dua aspek yang saling berkaitan erat.

“Manusia tidak akan bisa sehat tanpa hutan yang sehat, dan sebaliknya hutan tidak sehat jika manusianya tidak sehat. Karena kalau manusianya tidak sehat, mereka membutuhkan uang untuk akses kesehatan, yang nantinya bisa merambah hutan. Dua-duanya perlu kita berikan perhatian yang cukup,” katanya.

Deforestasi picu munculnya penyakit zoonosis?

Berdasarkan laporan Greenpeace Indonesia, deforestasi khususnya di hutan tropis merupakan pintu awal dari munculnya penyakit zoonosis. Zoonosis adalah penyakit yang ditularkan dari hewan atau serangga ke manusia, atau sebaliknya.

“Penebangan hutan, perburuan, hingga perdagangan satwa liar menimbulkan risiko besar bagi penularan antar spesies dan dampaknya dapat meluas ke seluruh dunia karena menggunakan jalur perjalanan internasional serta faktor kepadatan populasi yang tinggi,” kata laporan tersebut.

Greenpeace Indonesia meyakini telah terjadi peningkatan kemunculan penyakit zoonosis dalam lima puluh tahun terakhir akibat invasi manusia ke hutan atau alam liar, khususnya di wilayah tropis seperti Indonesia.

“Deforestasi juga dikaitkan dengan wabah malaria di Kalimantan. Diperkirakan malaria menewaskan lebih dari 400.000 orang pada 2018,“ kata laporan tersebut.


Dari berbagai sumber.

Tags: #bumihijau#hutan#kesehatan#masyarakatadat
Share40SendShare

Related Posts

Menelusuri Asal Usul Makna Warna Hijau & Gerakan Lingkungan

05/03/2023

PIRAMIDA.ID- Pada Februari 1970, sekelompok hippie dan aktivis berkumpul di Vancouver, Kanada untuk membahas rencana uji coba nuklir di Pulau...

Perspektif Sosiologi terhadap Permasalahan Eksistensi Nelayan Skala Kecil

27/10/2022

Oleh: Adhitya Qurdiansyah (2205030012) PIRAMIDA.ID- Nelayan merupakan sebuah istilah bagi setiap individu atau kelompok yang mana kesehariannya bekerja menangkap ikan...

Di Jambi Penyelesaian Konflik Agraria Dinilai Setengah Hati, WALHI Ungkap Sejumlah Persoalan

26/07/2022

PIRAMIDA.ID- Proses penyelesaian konflik agraria di wilayah Provinsi Jambi, diakui masih menapaki jakan terjal oleh Manager Advokasi Wahana Lingkungan Hidup...

Apa yang Terjadi jika Kita Berhenti Menggunakan Plastik?

06/07/2022

PIRAMIDA.ID- Dari 8.300 juta ton plastik murni yang diproduksi hingga akhir tahun 2015, terdapat 6.300 juta tonnya telah dibuang. Sebagian...

Dampak Plastik terhadap Lingkungan

07/06/2022

Oleh: Lidya Putri* PIRAMIDA.ID- Kantung plastik kresek dan kemasan dari plastik lainnya merupakan alat pengemas yang paling banyak dipergunakan karena...

Apakah Efektif Pola Baru Pengawasan dan Penegakan Hukum di Laut Indonesia?

09/04/2022

PIRAMIDA.ID- Pengamanan wilayah laut menjadi kegiatan sangat penting untuk bisa terus berlangsung sepanjang tahun. Kegiatan tersebut tak hanya untuk mengamankan...

Load More

Tinggalkan KomentarBatalkan balasan

Terkini

Berita

Refleksi Hari Lahir Pancasila, Fawer Sihite: Kita Harus Dengarkan Hati Nurani Rakyat

01/06/2025
Berita

Kalah Sebagai Calon Ketua Umum, Fawer Sihite Pastikan Dukung Kepemimpinan Prima Surbakti dan Jessica Worouw di GMKI

28/05/2025
Berita

Aliansi Mahasiswa Siantar Se-Jabodetabek Akan Kepung Mabes Polri: Tuntut Penangkapan Wali Kota Wesli Silalahi

11/05/2025
Berita

Satgas Penertiban Kawasan Hutan (PKH): Penegakan Hukum atau Alibi Militerisasi Atas Nama Konservasi?

09/05/2025
Berita

Ketua Front Justice: Kepemimpinan Wesly Silalahi Dinilai Gagal, Siantar Mengarah ke Kemunduran dan Kota Gelap

07/05/2025
Berita

GMKI Cabang Bandar Lampung Ungkap Krisis Kepolisian di Daerah Lampung: “Kekuasaan Tanpa Kendali, Rakyat Tanpa Perlindungan”

01/05/2025

Populer

Dunia

Sumber Air Bersih dan Air Minum di Arab Saudi

07/06/2020
Dialektika

Prinsip-Prinsip Disiplin Kelas

02/04/2023
Pojokan

Pesan Tersembunyi Ki Narto Sabdo Dalam Lagu Kelinci Ucul

23/09/2020
Berita

Ketua Front Justice: Kepemimpinan Wesly Silalahi Dinilai Gagal, Siantar Mengarah ke Kemunduran dan Kota Gelap

07/05/2025
Berita

Aliansi Mahasiswa Siantar Se-Jabodetabek Akan Kepung Mabes Polri: Tuntut Penangkapan Wali Kota Wesli Silalahi

11/05/2025
Ekologi

Mengenal Prof. Mr. St. Munadjat Danusaputro, Guru Besar Hukum Lingkungan Hidup

22/06/2020
  • Tentang Kami
  • Redaksi
  • Pedoman
  • Terms
  • Policy

© 2020-2024 Piramida ID

rotasi barak berita hari ini danau toba

No Result
View All Result
  • Kabar Desa
  • Dunia
  • Ekologi
  • Dialektika
  • Sopolitika
  • Sorot Publik
  • Lainnya
    • Ekosospolbud
    • Pojokan
    • Sains
    • Spiritualitas

© 2020-2024 Piramida ID

rotasi barak berita hari ini danau toba