Piramida.id
  • Tentang Kami
  • Redaksi
  • Pedoman
  • Terms
  • Policy
Rabu, Juli 16, 2025
  • Kabar Desa
  • Dunia
  • Ekologi
  • Dialektika
  • Sopolitika
  • Sorot Publik
  • Lainnya
    • Ekosospolbud
    • Pojokan
    • Sains
    • Spiritualitas
No Result
View All Result
  • Kabar Desa
  • Dunia
  • Ekologi
  • Dialektika
  • Sopolitika
  • Sorot Publik
  • Lainnya
    • Ekosospolbud
    • Pojokan
    • Sains
    • Spiritualitas
No Result
View All Result
Piramida.id
  • Berita
  • Dialektika
  • Dunia
  • Edukasi
  • Ekologi
  • Ekosospolbud
  • Kabar Desa
  • Pojokan
  • Sains
  • Sopolitika
  • Sorot Publik
  • Spiritualitas
Home Pojokan

Andhika Sudharman, Cetak Sejarah Indonesia di Harvard Law School

by Redaksi
24/06/2020
in Pojokan
99
SHARES
707
VIEWS
Bagikan ke FacebookBagikan ke WhatsappBagikan ke Telegram

PIRAMIDA.ID- “Setiap hari mahasiswa Harvard Law School setidaknya harus wajib belajar 8 jam setiap hari, itu pun di luar jam kuliah,” kata Andhika Sudarman sembari mengingat pengalamannya saat kuliah.

Ialah Andhika Putra Sudarman, merupakan satu-satunya orang Indonesia yang berpidato pada wisuda kelulusan dari Harvard Law School, almamater mantan Presiden Amerika Serikat Barack Obama.

Apakah itu prestasi bagi Indonesia? Iya, Andhika merupakan orang pertama kali yang mampu berpidato dalam kelulusan di Harvard University. Untuk dapat menembus masuk melalui jalur beasiswa saja tidak mudah, namun Andhika mempu menembus hingga menjadi pembicara utama saat kelulusan.

“Untuk bisa berpidato saat lulus bukan perkara mudah, sebab harus melalui seleksi yang ketat dari setiap individu mahasiswa di Harvard Law,” katanya kepada Antara.

Pria kelahiran Kota Tanjung Pinang, Provinsi Kepulauan Riau, tersebut mengaku telah melewati lebih dari tiga tahap serangkaian tes. Dari mula kuliah di Harvard, Andhika memang sudah terpilih untuk menjadi “Class Marshal” di angkatannya, atau pembawa bendera di barisan depan. Kala itu hanya terdapat 6 orang Class Marshal yang mewakili sekitar 800 orang.

Selama ini, secara kebiasaan hal tersebut kerap dilakukan dan disematkan pada orang Amerika dan Amerika Latin. Dalam menempuh pendidikan pasca sarjana di Harvard, Andhika mengaku tertarik menjadi pembicara sejak beberapa seniornya menekankan bahwa sebagai pembicara pada level pidato kelulusan adalah hal yang hebat.

“Awalnya ya cuma ingin keren saja, sebab saya tahu proses seleksinya tidaklah mudah. Karena mahasiswa seluruh dunia juga hadir pada seleksi tersebut ingin menjadi pembicara utama,” katanya.

Sebelumnya, Andhika sempat mengenyam ilmu sarjana di Fakultas Hukum Universitas Indonesia melalui ujian tertulis tahun 2011. Bahkan, pada saat menempah ilmu di kampus kuning, ia pernah menyandang predikat Juara 1 Mapres (Mahasiswa Berprestasi) Tingkat Nasional Tahun 2014.

Pada saat berpidato, Andhika membicarakan mengenai tentang pentingnya menanamkan kekeluargaan dan menjaga lingkungan hidup. Menurutnya, rasa kekeluargaan adalah salah satu ciri khas kebaikan dari masyarakat Indonesia yang pantas diperkenalkan pada dunia.

“Saya rasa, sifat kekeluargaan adalah salah satu ciri khas Indonesia, dan kebaikan tersebut harus kita sebarkan kepada dunia, agar mereka mengetahui dan minat terhadap Indonesia,” ujarnya.

Meski ia berpidato hanya melalui sistem daring, tidak berwisuda secara langsung disebabkan adanya pandemi covid-19, ia mengaku cukup puas atas penapaiannya. Ia berharap mampu menginspirasi anak-anak muda yang ada di Indonesia untuk dapat menempuh ilmu di manapun dan setinggi mungkin.

Penuh Adrenalin

Kisah kebanggaan Andhika menjadi pembicara utama di Harvard dalam sejarah Indonesia, nampaknya bukanlah kisah pendek yang dilalui dengan mudah. Menuntut ilmu di Universitas Harvard, khusunya Harvard Law School, memiliki tantangan tersendiri.

“Adrenalin saya selalu terpacu, sebab selain beban menyandang beasiswa LPDP, mahasiswa di Harvard sangatlah kompetitif, apalagi merupakan almamater mantan Presiden AS Barrack Obama,” katanya.

Ia menuturkan, tidak seperti mahasiswa Indonesia yang kerap saling bersosialisasi dan saling membantu, di lingkungan Harvard, karakternya adalah individual, di mana setiap mahasiswa hanya fokus pada pencapaian prestasi akademik masing-masing.

Waktu belajar di luar jam kuliah, adalah minimal delapan jam per harinya. Jika hal tersebut tidak diterapkan, maka akan mudah tertinggal oleh mahasiswa lainnya yang tentu saja juga kompetitif.

“Jangankan jalan-jalan, waktu bersantai selain kuliah pun, jarang bisa dinikmat, walaupun lingkungan kampus di Massachusetts, Amerika Serikat, cukup menarik untuk dijelajahi,” kata Andhika.

Selain itu, Andhika sempat merasa bosan dengan makanan di Amerika Serikat yang menurutnya cukup membosankan dan tidak senikmat makanan Indonesia. Ia kerap memakan makanan yang sama hampir setiap harinya. Kemudian, udara dingin yang kerap menusuk membuat perkara lain, yaitu stres berkepanjangan.

“Saya merasakan ketika dingin itu ternyata bisa membuat lebih stres. Dan adrenalin kemudian memunculkan tekanan tersendiri saat tugas serta kewajiban kuliah harus segera diselesaikan,” katanya.

Perasaan malu terhadap masyarakat Indonesia jika tidak lulus, rupanya membuat pacu semangat Andhika bisa memuncak. Andhika mengaku akan malu jika nantinya dikenal sebagai mahasiswa yang tidak lulus dengan baik di Harvard, sebab biaya kuliahnya merupakan berkah dari pajak rakyat Indonesia yang disalurkan melalui LPDP.

Kisah sedihnya sudah ia tutup dengan pretasi yang cukup membanggakan bagi masyarakat Nusantara. Tidak berhenti sampai di situ, Andhika memiliki cita-cita, yaitu membuka mata pemuda Indonesia untuk bisa memberikan suntikan motivasi dalam mencari pendidikan atau kesuksesan, agar dapat bersaing di kancah global.

Saat ini Andhika tengah membangun gerakan rintisan dari start up yang memiliki konten-konten dalam menyebarkan semangat pemuda Indonesia. Konten rintisan tersebut, menurutnya, saat ini masih dalam tahapan pengembangan.

“Setidaknya saya menjadi bukti, bahwa pemuda Indonesia juga mampu bersaing di kancah internasional, khusunya di bidang pendidikan,” ujarnya.

Melihat capaian dari Andika, Koordinator Jaringan Sustainable Development Solutions Network (SDSN) Youth Indonesia, Rahyang Nusantara mengingatkan agar Andika tetap konsisten dalam kepedulian terhadap lingkungan dan kemajuan Indonesia.

“Anak muda indonesia yang berkuliah di kampus-kampus Ivy League di Amerika Serikat jangan terlalu cepat merasa bangga dengan pencapaian tersebut.

Kesempatan yang diberikan kepada mereka, terlebih lagi mendapatkan beasiswa dari negara, menjadi lebih besar dibanding mayoritas anak muda lainnya di Indonesia yang bahkan lulus SMA pun merupakan sebuah privilese,” kata Rahyang yang juga pegiat lingkungan.

Rahyang juga meminta bagi pemuda yang memiliki kesempatan seperti Andika dapat memanfaatkan peluang tersebut untuk membangun negeri. “Apapun perannya di masyarakat. Anak muda Indonesia akan melihat kalian sebagai role model, tampilkan,” ujarnya.


Sumber: antaranews.com

Tags: #Indonesia#mahasiswaberprestasi#pendidikan
Share40SendShare

Related Posts

Asal-usul Permainan Tradisional Anak-anak

12/07/2023

PIRAMIDA.ID- Anda merasa jenuh dengan bermain dengan gim di ponsel dan laptop? Terlalu lama bermain gim bisa menyebabkan kerusakan mata akibat...

Mengapa ada Tujuh Hari dalam Seminggu?

11/07/2023

PIRAMIDA.ID- Akhir pekan selalu tak kunjung tiba, kita harus menunggu enam hari penuh antara Senin dan Sabtu. Satu minggu itu...

Ini Medan, Bung!

05/03/2023

Supriadi Harja* PIRAMIDA.ID- Aku lupa, kapan aku pernah mengenal orang ini. Begitu melihatku, ia memperkenalkan diri. Namanya Pak Sukri. Namun...

Seperti Apa Sistem Absensi yang Banyak Digunakan di Indonesia?

20/12/2022

PIRAMIDA.ID- Aset terbesar perusahaan adalah karyawan. Tanpa karyawan, perusahaan tidak akan dapat mencapai tujuan perusahaan. Untuk mencapai tujuannya, human resources...

Mimpi

07/12/2022

Billie Gregorine* PIRAMIDA.ID- Semua orang sekiranya pastilah pernah bermimpi. Sambil rebahan, sayup-sayup kudengar lagu dari Nadin Hamizah yang judulnya 'Rumpang'....

Mengantongi Ragam Cerita dari Tanah Papua

04/09/2022

Oleh: Roberto Duma Buladja* PIRAMIDA.ID- Konsultasi Nasional (Konas) GMKI berlangsung pada 23–27 Agustus 2022 di Jayapura, tanah Papua. Kurang lebih...

Load More

Tinggalkan KomentarBatalkan balasan

Terkini

Edukasi

Geowisata Kaldera Toba Untuk Bumi Untuk Kita

15/07/2025
Berita

Koordinator Wilayah 2 Sumbagsel Serukan Evaluasi Total POLDA Lampung

15/07/2025
Berita

Suara dari Bonapasogit: Gereja dan Masyarakat Sipil Serukan Penutupan PT TPL

15/07/2025
Berita

Jadi Rumah Perjuangan Baru Aktivis Muda Jakarta, Ratusan Aktivis Cipayung dan BEM Resmi Gabung di Golkar

15/07/2025
Berita

Anies Baswedan Hadir Pada RAPIMNAS I Gerakan Rakyat, Ketua DPP Gerakan Rakyat Sebut Nama Tom Lembong

13/07/2025
Berita

Penyelidikan Dihentikan, Kuasa Hukum Korban Penipuan Segera Laporkan Penyidik Polda Sumut ke Propam

10/07/2025

Populer

No Content Available
  • Tentang Kami
  • Redaksi
  • Pedoman
  • Terms
  • Policy

© 2020-2024 Piramida ID

rotasi barak berita hari ini danau toba

No Result
View All Result
  • Kabar Desa
  • Dunia
  • Ekologi
  • Dialektika
  • Sopolitika
  • Sorot Publik
  • Lainnya
    • Ekosospolbud
    • Pojokan
    • Sains
    • Spiritualitas

© 2020-2024 Piramida ID

rotasi barak berita hari ini danau toba