Piramida.id
  • Tentang Kami
  • Redaksi
  • Pedoman
  • Terms
  • Policy
Senin, Juni 16, 2025
  • Kabar Desa
  • Dunia
  • Ekologi
  • Dialektika
  • Sopolitika
  • Sorot Publik
  • Lainnya
    • Ekosospolbud
    • Pojokan
    • Sains
    • Spiritualitas
No Result
View All Result
  • Kabar Desa
  • Dunia
  • Ekologi
  • Dialektika
  • Sopolitika
  • Sorot Publik
  • Lainnya
    • Ekosospolbud
    • Pojokan
    • Sains
    • Spiritualitas
No Result
View All Result
Piramida.id
  • Berita
  • Dialektika
  • Dunia
  • Edukasi
  • Ekologi
  • Ekosospolbud
  • Kabar Desa
  • Pojokan
  • Sains
  • Sopolitika
  • Sorot Publik
  • Spiritualitas
Home Dialektika

“Baku Tongka Bukang Baku Dibo”, Hilangnya Posisi Kader GMKI

by Redaksi
02/08/2021
in Dialektika
128
SHARES
916
VIEWS
Bagikan ke FacebookBagikan ke WhatsappBagikan ke Telegram

Oleh: Ticklas Babua-Hodja*

PIRAMIDA.ID- Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia merupakan wadah belajar yang siap melahirkan dan mempersiapkan kader-kader yang berkompeten di bidangnya. Pijak awal dimulai dari founding fathers GMKI, Dr. Johannes Leimena.

Dr. Johannes Leimena dilahirkan di Ambon, Maluku, tanggal 6 Maret 1905 atau 114 tahun silam. Leimena adalah orang yang paling sering menempati jabatan sebagai menteri dalam sejarah kabinet pemerintahan Republik Indonesia. Selain itu, tokoh ini merupakan satu-satunya orang yang menjabat menteri selama nyaris dua dekade tanpa terputus. Jabatan yang pernah diemban Leimena di antaranya adalah Menteri Kesehatan (1947-1956), Menteri Sosial (1957-1959), Wakil Perdana Menteri (1957-1966), Menteri Koordinator Kompartemen Distribusi (1962 -1964), hingga Menteri Perguruan Tinggi dan Ilmu Pengetahuan Indonesia (1966).

Leimena terlibat dalam 18 kabinet yang berbeda, dari Kabinet Sjahrir II (1946) sampai Kabinet Dwikora II (1966). Selain itu, Dr. Johannes Leimena yang akrab di sapa dengan nama Om Jo juga pernah menggagas “Parkindo”, Partai Kristen Indonesia yang memiliki andil dalam perjalanan bangsa Indonesia.

Adapun maksud dari kalimat “Baku Tongka Bukang Baku Dibo” yang masih eksis di telinga masyarakat yang memiliki kaitan dengan GMKI hari ini. “Baku Tongka Bukang Baku Dibo” sendiri merupakan ejaan dari bahasa daerah Maluku Utara yang memiliki arti: “Saling Mendukung Bukan Saling Menjatuhkan”.

Frasa ini seharusnya mengatur sejak awal berdirinya GMKI sehingga gerakan yang mengedepankan iman Kristen menjadi gerakan yang benar-benar peduli terhadap sesama dan kesejahteraan. Di sisi lain, diksi yang sering salah kaprah ialah “Baku Tongka” atau “Saling Mendukung”, karena dalam ejaan bahasa daerah Maluku Utara “Baku Tongka” dan “Baku Dibo” merupakan kalimat egaliter namun memiliki perbedaan makna. Sejauh ini, GMKI masih jauh dari penggunaan kata “Baku Tongka Bukang Baku Dibo”.

Terlepas dari penjabaran di atas seharusnya menjadi salah satu cerminan terhadap sikap GMKI bagi seluruh kader yang mana harus saling mendukung dan menopang di setiap lini politik bangsa Indonesia sehingga mampu menjadi kader yang bernafaskan karakter Dr. Johannes Leimena dalam perjalanan intelektualnya. Baik itu dalam sisi pergolakan politik Indonesia maupun dalam tatanan sendi-sendi kehidupan masyarakat.

GMKI sedang kehilangan arah. Dilihat dari posisi strategis dari seorang kader yang membidangi kompetensi diri, masih cenderung saling menjatuhkan tanpa ditimbang atau masih melekat pada ejaan “Baku Dibo” terhadap sesama kader. Hal ini semakin diperkeruh dengan adanya dogma senioritas dalam GMKI.

Seharusnya, seluruh kader harus mampu melalui yang namanya komunikasi satu pintu, yakni pintu GMKI itu sendiri guna untuk mengeja kata “Baku Dibo” menjadi “Baku Tongka” atau “Saling Mendukung Bukan Saling Menjatuhkan”. Perubahan signifikan akan terjadi ketika kita sama-sama bergandengan tangan dalam merebut perkembangan zaman dan mereposisi GMKI untuk tetap menjadi Gerakan yang memiliki andil terhadap bangsa dan negara.

Jampi diri sendiri, sengaja meredam emosi! Secara pribadi, saya kemudian memiliki keinginan untuk segera mungkin menelan pil anti dogma yang selama ini mengadopsi nalar tanpa pranala yang jauh dari esensi perjuangan founding fathers GMKI. Kalimat gila di percakapan pandora yang sering terjadi salah kaprah ialah, “Yang Salah Orangnya Bukan GMKI-nya” padahal tanpa disadari kita telah di steampel GMKI sedari awal kita mengakui dan mengikut Yesus sebagai sang Kepala Gerakan kita.

Adapun sesama kader kita sering tidak saling menghiraukan apalagi mempedulikan. Hal ini memicu pada stigma yang kemudian beredar dan mengakar pada jangkauan berpikir kader yang masih merasa gandrung terhadap pergerakan GMKI dalam kehidupan bangsa dan negara. Kecemasan dimulai dari pangkal yang berasal dari hati dan otak yang merembet pada watak senioritas yang mewakili sebagai bapak dan ibu dalam rumah tangga GMKI.

Dilematis ber-GMKI sejauh ini meliputi kepentingan yang katanya adalah kepentingan bersama. Karena sejauh ini masih banyak kader-kader yang mementingkan diri sendiri dalam mengawal hak-hak banyak orang termasuk sesama kadernya. Katakanlah ini adalah kerancuan kepentingan. Kepentingan yang mengalami kegentingan!

Andil kita hanya sebatas di kalimat kesejahteraan yang sangat sulit terealisasikan. Mengapa? Karena kita masih belum memahami konteks kesejahteraan dalam GMKI. Menurut saya, kesejahteraan dimulai dari saling mendukung yang artinya sesama kader harus sama-sama bahu-membahu dalam mengawal semua kepentingan kadernya. Logikanya, sesama kader saja kita tidak mampu saling menopang apalagi berbicara tentang kesejahteraan masyarakat, naif rasanya menyatakan diri sebagai kader GMKI.

Budaya eksplorasi dan eksploitasi pemikiran terhadap sesama masih mengalami kecelakaan berpikir dalam memenuhi kebutuhan sesama kader. Apakah kader yang gagal adalah kader yang minim relasi? Ataukah sebaliknya, yang dikatakan sebagai bapak dan ibu dalam rumah tangga GMKI justru muak membangun relasi sesama kader? Biarlah pertanyaan ini dijawab oleh masing-masing diri sebagai seorang kader yang mengimani ilmu dan adab dalam ber-GMKI.
Predikat ilmu pengetahuan selama berproses semestinya menjadi salah satu nilai tertinggi dalam lingkup kepentingan. Iman saja tidak cukup, harus dibarengi dengan perbuatan.

Akumulasi perjalanan kader GMKI harus benar-benar menjadi contoh bagi umat dan bangsanya. Teruslah menjadi satu agar tidak runtuh, marilah menjadi satu agar tetap utuh. Biarlah semua menjadi satu agar tetap mampu.

Ut Omnes Unum Sint. Tinggilah Ilmu Kita, Tinggilah Iman Kita, Tinggilah Pengabdian Kita.(*)


Penulis merupakan pemuda Halmahera Barat dan kader GMKI.

Tags: #dinamikaperjalanan#GMKI#refleksi#rumahbiru
Share51SendShare

Related Posts

Pidato Lengkap Jefri Gultom di Dies Natalis GMKI ke-74: Bangkit Ditengah Pergumulan

26/02/2024

Bangkit Ditengah Pergumulan Pidato 74 tahun GMKI Jefri Edi Irawan Gultom Para peletak sejarah selalu berpegang pada prinsip ini, ‘’perjalanan...

Pewaris Opera Batak

11/07/2023

Oleh: Thompson Hs* PIRAMIDA.ID- Tahun 2016 saya menerima Anugerah Kebudayaan dari Kemdikbud (sekarang Kemendikbudristek) Republik Indonesia di kategori Pelestari. Sederhananya,...

Mengapa Membahas Masa Depan Guru “Dianggap” Tidak Menarik?

01/05/2023

Oleh: Agi Julianto Martuah Purba PIRAMIDA.ID- “Mengapa sejauh ini kampus kita tidak mengadakan seminar tentang tantangan dan strategi profesi guru di...

Membangun Demokrasi: Merawat Partisipasi Perempuan di Bidang Politik

14/04/2023

Oleh: Anggith Sabarofek* PIRAMIDA.ID- Demokrasi, perempuan dan politik merupakan tiga unsur yang saling berkesinambungan satu dengan yang lain. Berbicara mengenai...

Dari Peristiwa Kanjuruhan Hingga Batalnya Indonesia Tuan Rumah Piala Dunia U-20

03/04/2023

Oleh: Edis Galingging* PIRAMIDA.ID- Dunia sepak bola tanah air sedang merasakan duka yang dalam. Kali ini, duka itu hadir bukan...

Prinsip-Prinsip Disiplin Kelas

02/04/2023

Oleh: Muhammad Muharram Azhari* PIRAMIDA.ID- Pengertian disiplin menurut Elizabeth Hurtock mengemukakan bahwa; Disiplin itu berasal dari kata "discipline", yaitu seseorang...

Load More

Comments 1

  1. Fawer Full Fander Sihite says:
    4 tahun ago

    Tulisan ini cocok untuk dibaca

    Memuat...
    Balas

Tinggalkan KomentarBatalkan balasan

Terkini

Berita

Refleksi Hari Lahir Pancasila, Fawer Sihite: Kita Harus Dengarkan Hati Nurani Rakyat

01/06/2025
Berita

Kalah Sebagai Calon Ketua Umum, Fawer Sihite Pastikan Dukung Kepemimpinan Prima Surbakti dan Jessica Worouw di GMKI

28/05/2025
Berita

Aliansi Mahasiswa Siantar Se-Jabodetabek Akan Kepung Mabes Polri: Tuntut Penangkapan Wali Kota Wesli Silalahi

11/05/2025
Berita

Satgas Penertiban Kawasan Hutan (PKH): Penegakan Hukum atau Alibi Militerisasi Atas Nama Konservasi?

09/05/2025
Berita

Ketua Front Justice: Kepemimpinan Wesly Silalahi Dinilai Gagal, Siantar Mengarah ke Kemunduran dan Kota Gelap

07/05/2025
Berita

GMKI Cabang Bandar Lampung Ungkap Krisis Kepolisian di Daerah Lampung: “Kekuasaan Tanpa Kendali, Rakyat Tanpa Perlindungan”

01/05/2025

Populer

Dunia

Sumber Air Bersih dan Air Minum di Arab Saudi

07/06/2020
Dialektika

Prinsip-Prinsip Disiplin Kelas

02/04/2023
Ekologi

Mengenal Prof. Mr. St. Munadjat Danusaputro, Guru Besar Hukum Lingkungan Hidup

22/06/2020
ilustrasi/getty images
Pojokan

Sejarah Tai

03/08/2020
Berita

Ketua Front Justice: Kepemimpinan Wesly Silalahi Dinilai Gagal, Siantar Mengarah ke Kemunduran dan Kota Gelap

07/05/2025
Berita

Aliansi Mahasiswa Siantar Se-Jabodetabek Akan Kepung Mabes Polri: Tuntut Penangkapan Wali Kota Wesli Silalahi

11/05/2025
  • Tentang Kami
  • Redaksi
  • Pedoman
  • Terms
  • Policy

© 2020-2024 Piramida ID

rotasi barak berita hari ini danau toba

No Result
View All Result
  • Kabar Desa
  • Dunia
  • Ekologi
  • Dialektika
  • Sopolitika
  • Sorot Publik
  • Lainnya
    • Ekosospolbud
    • Pojokan
    • Sains
    • Spiritualitas

© 2020-2024 Piramida ID

rotasi barak berita hari ini danau toba

%d