Piramida.id
  • Tentang Kami
  • Redaksi
  • Pedoman
  • Terms
  • Policy
Senin, Juni 16, 2025
  • Kabar Desa
  • Dunia
  • Ekologi
  • Dialektika
  • Sopolitika
  • Sorot Publik
  • Lainnya
    • Ekosospolbud
    • Pojokan
    • Sains
    • Spiritualitas
No Result
View All Result
  • Kabar Desa
  • Dunia
  • Ekologi
  • Dialektika
  • Sopolitika
  • Sorot Publik
  • Lainnya
    • Ekosospolbud
    • Pojokan
    • Sains
    • Spiritualitas
No Result
View All Result
Piramida.id
  • Berita
  • Dialektika
  • Dunia
  • Edukasi
  • Ekologi
  • Ekosospolbud
  • Kabar Desa
  • Pojokan
  • Sains
  • Sopolitika
  • Sorot Publik
  • Spiritualitas
Home Pojokan

Cerpen: Ada Apa dengan Dia?

by Redaksi
04/10/2021
in Pojokan
102
SHARES
726
VIEWS
Bagikan ke FacebookBagikan ke WhatsappBagikan ke Telegram

Yudhie Haryono*

PIRAMIDA.ID- “Berapa orang jahat di dunia ini?” Tanyamu sambil melirik padaku.

Aku gelagapan dengan pertanyaan yang tak tertebak sebelumnya. Ini jenis ujian tak genting di saat tak penting. Makanya kujawab seenaknya saja. “Ada dua, jawabku sambil melihat mukanya yang matanya meneteskan air mata.”

“Dua? Tanyamu.” Kamu terdiam dan kembali meneruskan. “Kok dua. Siapa sajakah itu?”

“Yang berjanji hidup denganku dan memilih menikah dengan temanku; serta yang kedua, kamu.” Mendengar jawabanku, kamu melotot dan mendesir kaku, “kok aku?”

“Sebab, kamu mencintaiku tetapi tak pernah mengucapkannya padaku,” jawabku seenaknya saja sambil menyelonjorkan kaki yang kaku; rentangkan tangan yang pilu.

Bergetar mulutmu bergumam, “kamu ngawur dan asal berpuisi. Kamu seenaknya saja memfitnah, padahal fitnah lebih kejam dari pengkhianatan dan ciuman.”

Tiba-tiba, setelah bertrilyun detik bercakap, kamu menyanyi. Di depanku, di bawah gemuruhnya hati, di antara jagat galaksi, dan menuju keentahan yang mana yang tak ada dalam kitab suci.

Lirik lagu yang sering kudengar di Hummer mobilku berkumandang,

“Aku yang lemah tanpamu/ Aku yang rentan karena/ Cinta yang telah hilang/ Darimu yang mampu menyanjungku/

Selama mata terbuka/ Sampai jantung tak berdetak/ Selama itu pun aku mampu/ Untuk mengenangmu/ Darimu kutemukan hidupku/ Bagiku kaulah cinta sejati/

Bila yang tertulis untukku/ Adalah yang terbaik untukmu/ Kan kujadikan kau/ Kenangan yang terindah dalam hidupku/ Namun takkan mudah bagiku/ Meninggalkan jejak hidupku/ Yang telah terukir abadi/ Sebagai kenangan yang terindah/ Darimu kutemukan hidupku/ Bagiku kaulah cinta sejati/“

Mendengarnya menyanyi, aku terduduk; menangis terguguk; begitu kikuk walau tak ngantuk. Sebab, berjuta tahun lalu, kuberharap dia crank (menyempal). Tak romantis apalagi nostalgis. Tapi, kini hariku terbunuh oleh nyanyiannya yang sendu. Mengingatkanku pada kawan yang kini jadi presiden lugu dan lucu.

Ia yang hidup terjajah dalam desain besar ekonomi bersendikan neoliberalisme: menyembah pasar yang mentah bahkan busuk. Mendesain politiknya tidak deliberatif apalagi demokrasi subtantif. Cenderung moneycrazi. Desain hukumnya semakin membela oligarki, kartel dan begundal.

Desain tradisinya metropolis dan irasional kecuali minatnya pada industri lendir. Tidak berangkat dari akar-akar kejeniusan lokal. Desain agamanya psudo-fundamentalis. Bukan agama pembebasan yang membela si miskin dan marjinal.

Aku tidak minat pada cinta semu. Aku anti pada kecantikan palsu. Sebab, yang kuminati adalah pertarungan ide dan gagasan. Sehingga, aku horny dengan kecerdasan dan luasnya pengetahuan.

Jadi yang kutuju bukan polesan ataupun salon; bukan citra dan tipu-tipu belaka.

**

Hidup pada akhirnya hanya festival perjalanan yang sering tak terpahami kecuali setelah terlewati. Hidup memang berkonsekwensi pilihan dan perlawanan. Pilihan untuk menjalani dengan siapa dan perlawanan demi sekeping kebahagiaan.

The pursuit of happyness, kata ‘Paman Mamarika’.

Tapi, ada satu tesis yang sulit dilupa soal bahagia ini. Yaitu kalimat singkat dari Bob Dylan (1998), “kesuksesan bukanlah kunci dari kebahagiaan. Sebaliknya kebahagiaan adalah kunci dari kesuksesan. Bila kau menyintai apa yang kau lakukan dan merasa bahagia melakukannya, maka kau pasti sukses.”

Pertanyaannya adalah, “apakah kita mengerjakan yang kita cintai atau menyintai yang kita kerjakan.”

Lalu, kupeluk ia sambil berbisik lembut di kuping kanannya yang wangi bak kasturi, “kasih, hidup cuma sekali. Betapa bodohnya orang yang menjalani tanpa orang yang dicintainya. Betapa bodohnya orang yang mati tanpa di sisi orang yang mencintai dan dicintainya. Hidup cuma sekali. Ayok rayakan agar kita bahagia.”

Dan, bahagia itu sederhana: misalnya saat membaca surat cinta dari teman remaja yang kita taksir tapi tak sempat mengucapkannya; ternyata ia mengalami hal yang sama, cintanya tak sempat terkatakan karena dikejar mata pelajaran.


Penulis merupakan Direktur Eksekutif Nusantara Centre. Pendiri PKPK UMP (Pusat Kajian Pancasila dan Kepemimpinan Univ Muhammadiyah Purwokerto).

Tags: #centre#cerpen#nusantara#romantis
Share41SendShare

Related Posts

Asal-usul Permainan Tradisional Anak-anak

12/07/2023

PIRAMIDA.ID- Anda merasa jenuh dengan bermain dengan gim di ponsel dan laptop? Terlalu lama bermain gim bisa menyebabkan kerusakan mata akibat...

Mengapa ada Tujuh Hari dalam Seminggu?

11/07/2023

PIRAMIDA.ID- Akhir pekan selalu tak kunjung tiba, kita harus menunggu enam hari penuh antara Senin dan Sabtu. Satu minggu itu...

Ini Medan, Bung!

05/03/2023

Supriadi Harja* PIRAMIDA.ID- Aku lupa, kapan aku pernah mengenal orang ini. Begitu melihatku, ia memperkenalkan diri. Namanya Pak Sukri. Namun...

Seperti Apa Sistem Absensi yang Banyak Digunakan di Indonesia?

20/12/2022

PIRAMIDA.ID- Aset terbesar perusahaan adalah karyawan. Tanpa karyawan, perusahaan tidak akan dapat mencapai tujuan perusahaan. Untuk mencapai tujuannya, human resources...

Mimpi

07/12/2022

Billie Gregorine* PIRAMIDA.ID- Semua orang sekiranya pastilah pernah bermimpi. Sambil rebahan, sayup-sayup kudengar lagu dari Nadin Hamizah yang judulnya 'Rumpang'....

Mengantongi Ragam Cerita dari Tanah Papua

04/09/2022

Oleh: Roberto Duma Buladja* PIRAMIDA.ID- Konsultasi Nasional (Konas) GMKI berlangsung pada 23–27 Agustus 2022 di Jayapura, tanah Papua. Kurang lebih...

Load More

Tinggalkan KomentarBatalkan balasan

Terkini

Berita

Refleksi Hari Lahir Pancasila, Fawer Sihite: Kita Harus Dengarkan Hati Nurani Rakyat

01/06/2025
Berita

Kalah Sebagai Calon Ketua Umum, Fawer Sihite Pastikan Dukung Kepemimpinan Prima Surbakti dan Jessica Worouw di GMKI

28/05/2025
Berita

Aliansi Mahasiswa Siantar Se-Jabodetabek Akan Kepung Mabes Polri: Tuntut Penangkapan Wali Kota Wesli Silalahi

11/05/2025
Berita

Satgas Penertiban Kawasan Hutan (PKH): Penegakan Hukum atau Alibi Militerisasi Atas Nama Konservasi?

09/05/2025
Berita

Ketua Front Justice: Kepemimpinan Wesly Silalahi Dinilai Gagal, Siantar Mengarah ke Kemunduran dan Kota Gelap

07/05/2025
Berita

GMKI Cabang Bandar Lampung Ungkap Krisis Kepolisian di Daerah Lampung: “Kekuasaan Tanpa Kendali, Rakyat Tanpa Perlindungan”

01/05/2025

Populer

Dunia

Sumber Air Bersih dan Air Minum di Arab Saudi

07/06/2020
Dialektika

Prinsip-Prinsip Disiplin Kelas

02/04/2023
Berita

Aliansi Mahasiswa Siantar Se-Jabodetabek Akan Kepung Mabes Polri: Tuntut Penangkapan Wali Kota Wesli Silalahi

11/05/2025
Berita

Ketua Front Justice: Kepemimpinan Wesly Silalahi Dinilai Gagal, Siantar Mengarah ke Kemunduran dan Kota Gelap

07/05/2025
Ekologi

Mengenal Prof. Mr. St. Munadjat Danusaputro, Guru Besar Hukum Lingkungan Hidup

22/06/2020
ilustrasi/Cleopatra dalam budaya pop.
Pojokan

Cleopatra: Simbol Kecantikan yang Tidak Cantik-Cantik Amat

24/09/2020
  • Tentang Kami
  • Redaksi
  • Pedoman
  • Terms
  • Policy

© 2020-2024 Piramida ID

rotasi barak berita hari ini danau toba

No Result
View All Result
  • Kabar Desa
  • Dunia
  • Ekologi
  • Dialektika
  • Sopolitika
  • Sorot Publik
  • Lainnya
    • Ekosospolbud
    • Pojokan
    • Sains
    • Spiritualitas

© 2020-2024 Piramida ID

rotasi barak berita hari ini danau toba