Piramida.id
  • Tentang Kami
  • Redaksi
  • Pedoman
  • Terms
  • Policy
Rabu, September 17, 2025
  • Kabar Desa
  • Dunia
  • Ekologi
  • Dialektika
  • Sopolitika
  • Sorot Publik
  • Lainnya
    • Ekosospolbud
    • Pojokan
    • Sains
    • Spiritualitas
No Result
View All Result
  • Kabar Desa
  • Dunia
  • Ekologi
  • Dialektika
  • Sopolitika
  • Sorot Publik
  • Lainnya
    • Ekosospolbud
    • Pojokan
    • Sains
    • Spiritualitas
No Result
View All Result
Piramida.id
  • Berita
  • Dialektika
  • Dunia
  • Edukasi
  • Ekologi
  • Ekosospolbud
  • Kabar Desa
  • Pojokan
  • Sains
  • Sopolitika
  • Sorot Publik
  • Spiritualitas
Home Dialektika

Inferioritas Antroposentrisme

by Redaksi
02/09/2021
in Dialektika
107
SHARES
766
VIEWS
Bagikan ke FacebookBagikan ke WhatsappBagikan ke Telegram

Oleh: Pranoto*

PIRAMIDA.ID- Sejak dalam kandungan seorang ibu, manusia telah dibekali seperangkat organ tubuh bernama otak, di mana di dalamnya terdapat ribuan bahkan jutaan sel saraf neuron guna menunjang fungsi otak sebagai alat berkumpulnya perintah-perintah organ tubuh yang lain. Ibarat sebuah perangkat komputer, otak manusia ialah Central Prosesing Unit (CPU).

Tentu penemuan-penemuan benda, aksi dan reaksi kimia, rumus-rumus dan penemuan mutakhir lainnya, tidak dapat dilepaskan dari tingkat intelegensi manusia. Teori ilmu pengetahuan klasik maupun modern, juga ditemukan dan kemudian diyakini sebagai sebuah kebenaran oleh manusia, tidak luput dari peranan otak dalam mencerna, menganalisa, bahkan menyimpulkan setiap gejala-gejala.

Tuhan berfirman, “Sesungguhnya Kami menciptakan manusia dalam keadaan yang sebaik-baiknya (Q.S. At Tin : 4). Dengan penemuan-penemuan yang beragam itu, otomatis manusia telah menciptakan budaya-budayanya yang beragam pula. Jika menurut pelajaran sejarah di sekolah, manusia purba belum sempurna dalam menutupi badannya, kini, kita hidup dalam balutan pakaian yang sempurna.

Bahkan saking sempurnanya, Wakil Presiden pun ikut berkomentar, kalau kita diharapkan jadi pusat fashion dunia. Wah.. wah.. Pak Kiyai sepertinya kepingin kita seperti kota Paris, ya? Tapi pak Kiayi, bukankah kita sudah punya Paris Van Java?

Kemajuan teknologi saat ini semakin cenderung kepada pemusatan sebuah basis data individu pada perangkat dan aplikasi tertentu. Seseorang dapat melakukan berbagai tindakan tanpa harus bertatap muka langsung, kecanggihan ini patut dihargai sebagai upaya panjang manusia dalam memudahkan dirinya, tetapi harus juga diwaspadai karena di balik kemudahan yang diciptakan terdapat ranjau-ranjau yang menjebak.

Penulis (kiri) bersama warga kampung baru di perbukitan Simbolon, Kabupaten Simalungun/istimewa

Tentu jebakan-jebakan itu telah dan akan kita rasakan, sebagai konsekuensi atas apa yang kita kerjakan. Hampir seluruh aspek kehidupan telah menanggung dampak atas pemahaman manusia yang “mendewakan” dirinya sendiri atas berbagai penemuannya. Secara sadar, manusia meyakini bahwa apa yang diperbuat telah sesuai dengan pemikiran dan gagasan yang terkadang dilegitimasi pakai embel-embel ilmiah.

Padahal, paham antroposentris seperti itu tidak selamanya dapat dibenarkan begitu saja.
Mungkin ini salah satu alasan mengapa dahulu para malaikat protes saat Tuhan berfirman, “Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat, “Aku hendak menjadikan khalifah di bumi.” Mereka berkata, “Apakah Engkau hendak menjadikan orang yang merusak dan menumpahkan darah di sana, sedangkan kami bertasbih memuji-Mu dan menyucikan nama-Mu?” Dia berfirman, “Sungguh, Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.” (Q.S. Al Baqarah ayat 30).

Manusia hendaknya harus percaya diri, atas segala potensi jasad dan akal yang telah dianugerahkan Tuhan. Kemampuan inilah yang tidak dimiliki makhluk lain, tetapi apakah atas dasar kemampuan dan kepercayaan diri itu lantas kita lalai dengan kemampuan-kemampuan mahluk lain atau bahkan kepada pemilik kemampuan sejati?

“Dan janganlah kamu berjalan di muka bumi ini dengan sombong, karena sesungguhnya kamu sekali-kali tidak dapat menembus bumi dan sekali-kali kamu tidak akan sampai setinggi gunung”. (Q.S Al Isra Ayat 37).

Kepercayaan diri yang seperti apa yang telah kita bangun hari ini? Jika kenyataannya kita sendiri yang membunuh kepercayaan itu? Di masa pagebluk, koruptor hanya perlu menangis dan menulis pledoi di pengadilan karena ia telah dihina, dihujat dan diumpat, kemudian diringankan hukumannya, padahal sebelumnya ia dengan sadar telah menggerogoti hak rakyatnya.

Kenyataan pahitnya, pagebluk tidak juga menyadarkan bahwa ada kekuatan lain di luar diri manusia dan kita masih bertahan pada egosentris, bahwa manusia mampu mengendalikan dan mengembalikan keadaan.
Dalam perspektif tertentu, antroposentrisme mendorong manusia bersikap subjektif. Hal ini bisa saja dilandasi atas kepercayaan diri yang berlebihan atau kekuasaan atas manusia lain. Dengan kekuasaan itu manusia kemudian beranggapan mampu secara utuh berdasarkan pemikirannya sendiri, dapat menyelesaikan beragam persoalan.

“Perumpamaan orang-orang yang mengambil pelindung-pelindung selain Allah adalah seperti laba-laba yang membuat rumah. Dan sesungguhnya rumah yang paling lemah adalah rumah laba-laba kalau mereka mengetahui.” (Q.S. Al Ankabut : 41).

Budayawan Emha Ainun Najib berpendapat, kekalahan paling memerosotkan manusia pada derajat hidup yang paling rendah, terjadi ketika orang yang kalah merasa menang hanya karena perutnya kenyang.(*)


Penulis merupakan Konsultan Hukum Pada Kantor Bantuan Dan Kajian Hukum Utilitarians Righibran.

Tags: #caknun#emhaainun#falsafah#konsepantroposentrisme#refleksi
Share43SendShare

Related Posts

Menantang Narasi Pikiran Ferry Irwandi Desak Reformasi Total Polri

05/09/2025

PIRAMIDA.ID - Seruan Ferry Irwandi dalam beberapa media berita online yang mendesak “reformasi total Polri” terdengar lantang, tetapi jika ditelisik...

Pidato Lengkap Jefri Gultom di Dies Natalis GMKI ke-74: Bangkit Ditengah Pergumulan

26/02/2024

Bangkit Ditengah Pergumulan Pidato 74 tahun GMKI Jefri Edi Irawan Gultom Para peletak sejarah selalu berpegang pada prinsip ini, ‘’perjalanan...

Pewaris Opera Batak

11/07/2023

Oleh: Thompson Hs* PIRAMIDA.ID- Tahun 2016 saya menerima Anugerah Kebudayaan dari Kemdikbud (sekarang Kemendikbudristek) Republik Indonesia di kategori Pelestari. Sederhananya,...

Mengapa Membahas Masa Depan Guru “Dianggap” Tidak Menarik?

01/05/2023

Oleh: Agi Julianto Martuah Purba PIRAMIDA.ID- “Mengapa sejauh ini kampus kita tidak mengadakan seminar tentang tantangan dan strategi profesi guru di...

Membangun Demokrasi: Merawat Partisipasi Perempuan di Bidang Politik

14/04/2023

Oleh: Anggith Sabarofek* PIRAMIDA.ID- Demokrasi, perempuan dan politik merupakan tiga unsur yang saling berkesinambungan satu dengan yang lain. Berbicara mengenai...

Dari Peristiwa Kanjuruhan Hingga Batalnya Indonesia Tuan Rumah Piala Dunia U-20

03/04/2023

Oleh: Edis Galingging* PIRAMIDA.ID- Dunia sepak bola tanah air sedang merasakan duka yang dalam. Kali ini, duka itu hadir bukan...

Load More

Tinggalkan KomentarBatalkan balasan

Terkini

Berita

Ungkap Kasus Peredaran dan TPPU Narkoba, BNN Amankan Aset Puluhan M dan Musnahkan Barang Bukti Narkotika

15/09/2025
Berita

Mahasiswa STGH Tegas: Dukung Ephorus HKBP Tutup TPL

14/09/2025
Berita

BNN RI Bergerak Cepat: 18 Hari, 11 Jaringan Narkotika Dilumpuhkan

13/09/2025
Sorot Publik

Dakwah Habib Rizieq Hak Konstitusional, ILAJ Minta Polres Tangkap Yang Menghalangi Kebebasan Beragama di Siantar

12/09/2025
Berita

Gagal Ungkap Kasus Dugaan Pungli : Anak Muda Simalungun Desak Kejati Sumut Copot Kajari dan Kasi Pidsus Kab. Simalungun

12/09/2025
Berita

17 Oktober Kasus Selesai, Kajari diminta mundur Jika tak tepati janji

12/09/2025

Populer

No Content Available
  • Tentang Kami
  • Redaksi
  • Pedoman
  • Terms
  • Policy

© 2020-2024 Piramida ID

rotasi barak berita hari ini danau tobasumber

No Result
View All Result
  • Kabar Desa
  • Dunia
  • Ekologi
  • Dialektika
  • Sopolitika
  • Sorot Publik
  • Lainnya
    • Ekosospolbud
    • Pojokan
    • Sains
    • Spiritualitas

© 2020-2024 Piramida ID

rotasi barak berita hari ini danau tobasumber

xnxx
xnxx
xnxx
xnxx