Piramida.id
  • Tentang Kami
  • Redaksi
  • Pedoman
  • Terms
  • Policy
Selasa, Juni 24, 2025
  • Kabar Desa
  • Dunia
  • Ekologi
  • Dialektika
  • Sopolitika
  • Sorot Publik
  • Lainnya
    • Ekosospolbud
    • Pojokan
    • Sains
    • Spiritualitas
No Result
View All Result
  • Kabar Desa
  • Dunia
  • Ekologi
  • Dialektika
  • Sopolitika
  • Sorot Publik
  • Lainnya
    • Ekosospolbud
    • Pojokan
    • Sains
    • Spiritualitas
No Result
View All Result
Piramida.id
  • Berita
  • Dialektika
  • Dunia
  • Edukasi
  • Ekologi
  • Ekosospolbud
  • Kabar Desa
  • Pojokan
  • Sains
  • Sopolitika
  • Sorot Publik
  • Spiritualitas
Home Dialektika

Kehidupan Beragama dan Berkeyakinan di Indonesia Masih Jauh dari Harapan

by Redaksi
27/09/2020
in Dialektika
ilustrasi/publicanews

ilustrasi/publicanews

104
SHARES
740
VIEWS
Bagikan ke FacebookBagikan ke WhatsappBagikan ke Telegram

PIRAMIDA.ID- Situasi kebebasan beragama dan berkeyakinan di Indonesia masih jauh dari harapan. Pegiat hak asasi manusia menilai masih maraknya kasus kekerasan dan ujaran kebencian yang berlatar belakang isu agama, menunjukkan lemahnya peran negara dan pemerintah dalam mewujudkan kedamaian hidup beragama.

Kasus pelanggaran hak asasi manusia (HAM) terkait kebebasan beragama dan berkeyakinan (KBB) di Indonesia masih tinggi. Dalam 10 tahun terakhir angka kasus itu selalu di atas 100 setiap tahunnya. Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia (YLBHI) mencatat ada 38 kasus selama lima bulan terakhir. YLBHI menilai pemerintah perlu memberikan perhatian serius terkait hal tersebut.

Komisioner Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM), Beka Ulung Hapsara, mengatakan prinsip dasar hak asasi manusia terkait kebebasan beragama dan berkeyakinan menekankan pada tidak adanya paksaan, dan kebebasan dalam menjalankan kewajiban agama.)

Ujaran kebencian, kata Beka, seringkali mengawali kejadian kekerasan maupun pelanggaran hak beragama dan berkeyakinan seseorang maupun kelompok. Selain itu, kasus pelarangan dan penolakan pendirian rumah ibadah, serta kasus penyesatan yang dijerat pasal penodaan agama, justru merendahkan harkat dan martabat manusia.

“Ujaran kebencian itu bukan bagian dari ekspresi berpendapat, bukan bagian dari hak asasi manusia, karena ujaran kebencian atau hate speech itu merendahkan harkat dan martabat manusia,” kata Beka Ulung.

Aktivis keberagaman sekaligus Dosen Filsafat Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Tulungagung, Akhol Firdaus, menyebut potret kehidupan beragama dan berkeyakinan di Indonesia masih jauh dari harapan.

Sejumlah lembaga, kata Akhol, mencatat laporan kasus pelanggaran hak asasi manusia terkait kebebasan beragama dan berkeyakinan, meskipun Indonesia memiliki berbagai payung hukum serta sudah meratifikasi instrumen hak asasi manusia PBB. Akhol menilai hal tersebut tidak lepas dari sikap akomodatif dan pembiaran yang dilakukan pemerintah, serta pembuatan peraturan yang justru menimbulkan masalah.

“Sepuluh tahun terakhir kita akan mendapatkan suatu potret jaminan kebebasan beragama dan berkeyakinan yang masih jauh dari cita-cita normatif konstitusi kita, maupun berbagai instrumen HAM internasional yang kita ratifikasi,” kata Akhol Firdaus

“Pertama, negara dinilai cenderung bersikap akomodatif. Negara biasanya cara mengakomodasinya dengan cara pembiaran, juga dengan membuat regulasi yang menambah masalah, misalnya soal SKB,” lanjutnya.

Akhol mengajak seluruh masyarakat, khususnya pegiat hak asasi manusia serta aktivis kebhinnekaan, untuk memperjuangkan kehidupan beragama yang inklusif di Indonesia. Kehidupan yang siap menerima berbagai perbedaan yang ada, termasuk diantaranya agama dan kepercayaan.

“Salah satu caranya adalah membuat social engineering, membayangkan platform Indonesia 2070, lima puluh tahun yang akan datang gerakan sosial di Indonesia itu harus mampu membayangkan kolom agama hilang di KTP,” kata Akhol.

Artinya, lanjutnya, Indonesia sebagai bangsa harus siap kembali kepada tata hidup keagamaan yang inklusif seperti yang diajarkan oleh para leluhur pada abad 14 masehi.

Beka Ulung Hapsara menambahkan, solusi mengatasi masalah kebebasan beragama dan berkeyakinan di Indonesia dapat dilakukan dengan memperlebar ruang dialog yang saling terbuka. Selain itu juga dengan penegakan hukum yang adil yang dijalankan oleh pemerintah beserta aparat penegak hukum. Dengan demikian, katanya, gesekan maupun konflik berlatar belakang agama dan kepercayaan dapat dihindari atau di minimalkan.


Source: VOA Indonesia

Tags: #berkeyakinan#Indonesia#kebebasanberagama
Share42SendShare

Related Posts

Pidato Lengkap Jefri Gultom di Dies Natalis GMKI ke-74: Bangkit Ditengah Pergumulan

26/02/2024

Bangkit Ditengah Pergumulan Pidato 74 tahun GMKI Jefri Edi Irawan Gultom Para peletak sejarah selalu berpegang pada prinsip ini, ‘’perjalanan...

Pewaris Opera Batak

11/07/2023

Oleh: Thompson Hs* PIRAMIDA.ID- Tahun 2016 saya menerima Anugerah Kebudayaan dari Kemdikbud (sekarang Kemendikbudristek) Republik Indonesia di kategori Pelestari. Sederhananya,...

Mengapa Membahas Masa Depan Guru “Dianggap” Tidak Menarik?

01/05/2023

Oleh: Agi Julianto Martuah Purba PIRAMIDA.ID- “Mengapa sejauh ini kampus kita tidak mengadakan seminar tentang tantangan dan strategi profesi guru di...

Membangun Demokrasi: Merawat Partisipasi Perempuan di Bidang Politik

14/04/2023

Oleh: Anggith Sabarofek* PIRAMIDA.ID- Demokrasi, perempuan dan politik merupakan tiga unsur yang saling berkesinambungan satu dengan yang lain. Berbicara mengenai...

Dari Peristiwa Kanjuruhan Hingga Batalnya Indonesia Tuan Rumah Piala Dunia U-20

03/04/2023

Oleh: Edis Galingging* PIRAMIDA.ID- Dunia sepak bola tanah air sedang merasakan duka yang dalam. Kali ini, duka itu hadir bukan...

Prinsip-Prinsip Disiplin Kelas

02/04/2023

Oleh: Muhammad Muharram Azhari* PIRAMIDA.ID- Pengertian disiplin menurut Elizabeth Hurtock mengemukakan bahwa; Disiplin itu berasal dari kata "discipline", yaitu seseorang...

Load More

Tinggalkan KomentarBatalkan balasan

Terkini

Berita

IRKI Nilai Tafsir UU Tipikor atas Pedagang Pecel Lele Menyesatkan

22/06/2025
Dunia

Perang Israel-Iran Menunjukkan Pentingnya STEM, Fawer Sihite: Dukung Sikap Presiden Prabowo

22/06/2025
Berita

Buntut Viralnya Dugaan Kekerasan Terhadap Tunanetra di Siantar, ILAJ Minta KND Periksa Wali Kota dan Jajaran Terkait

19/06/2025
Berita

Fawer Sihite: Tiga Bulan Wesly Jabat Wali Kota Tidak Mencerminkan Visi Misi Saat Kampanye

18/06/2025
Berita

Kader IPK Taput Diduga di Aniaya Akibat Keributan di Purbatua

17/06/2025
Berita

Refleksi Hari Lahir Pancasila, Fawer Sihite: Kita Harus Dengarkan Hati Nurani Rakyat

01/06/2025

Populer

Berita

IRKI Nilai Tafsir UU Tipikor atas Pedagang Pecel Lele Menyesatkan

22/06/2025
Berita

Buntut Viralnya Dugaan Kekerasan Terhadap Tunanetra di Siantar, ILAJ Minta KND Periksa Wali Kota dan Jajaran Terkait

19/06/2025
Berita

Fawer Sihite: Tiga Bulan Wesly Jabat Wali Kota Tidak Mencerminkan Visi Misi Saat Kampanye

18/06/2025
Berita

Kader IPK Taput Diduga di Aniaya Akibat Keributan di Purbatua

17/06/2025
Dunia

Perang Israel-Iran Menunjukkan Pentingnya STEM, Fawer Sihite: Dukung Sikap Presiden Prabowo

22/06/2025
Edukasi

Keterbatasan Jumlah Guru Terampil

09/12/2021
  • Tentang Kami
  • Redaksi
  • Pedoman
  • Terms
  • Policy

© 2020-2024 Piramida ID

rotasi barak berita hari ini danau toba

No Result
View All Result
  • Kabar Desa
  • Dunia
  • Ekologi
  • Dialektika
  • Sopolitika
  • Sorot Publik
  • Lainnya
    • Ekosospolbud
    • Pojokan
    • Sains
    • Spiritualitas

© 2020-2024 Piramida ID

rotasi barak berita hari ini danau toba