Piramida.id
  • Tentang Kami
  • Redaksi
  • Pedoman
  • Terms
  • Policy
Jumat, Mei 9, 2025
  • Kabar Desa
  • Dunia
  • Ekologi
  • Dialektika
  • Sopolitika
  • Sorot Publik
  • Lainnya
    • Ekosospolbud
    • Pojokan
    • Sains
    • Spiritualitas
No Result
View All Result
  • Kabar Desa
  • Dunia
  • Ekologi
  • Dialektika
  • Sopolitika
  • Sorot Publik
  • Lainnya
    • Ekosospolbud
    • Pojokan
    • Sains
    • Spiritualitas
No Result
View All Result
Piramida.id
  • Berita
  • Dialektika
  • Dunia
  • Edukasi
  • Ekologi
  • Ekosospolbud
  • Kabar Desa
  • Pojokan
  • Sains
  • Sopolitika
  • Sorot Publik
  • Spiritualitas
Home Edukasi

Keragaman dalam Pendidikan: Komitmen Baik, Minim Pelaksanaan

by Redaksi
02/01/2021
in Edukasi
Dua puluhan siswa-siswi dari berbagai agama berkunjung ke GKP Kampung Sawah, Selasa, 30 April 2019. Dalam Wisata Toleransi Kampung Sawah, mereka mengunjungi 5 rumah ibadah dan mengenal ajaran agama yang berbeda. (Foto: Rio Tuasikal/VOA)

Dua puluhan siswa-siswi dari berbagai agama berkunjung ke GKP Kampung Sawah, Selasa, 30 April 2019. Dalam Wisata Toleransi Kampung Sawah, mereka mengunjungi 5 rumah ibadah dan mengenal ajaran agama yang berbeda. (Foto: Rio Tuasikal/VOA)

99
SHARES
705
VIEWS
Bagikan ke FacebookBagikan ke WhatsappBagikan ke Telegram

PIRAMIDA.ID- Alissa Wahid, aktivis sosial keagamaan yang juga putri sulung mendiang Gus Dur, memajang foto-foto sejumlah peristiwa di tanah air di tengah diskusi. Yang dia paparkan kemudian adalah ketegangan antarkelompok, terutama antarumat beragama di Indonesia.

Foto-foto itu bercerita tentang demo penolakan pendirian mushola di Minahasa dan masjid di Papua, penolakan pendirian gereja di Bogor, penolakan warga Sikka NTT terhadap pembangunan pondok pesantren, dan meme media sosial terkait sentimen terhadap kelompok tertentu.

Peristiwa di berbagai tempat di Indonesia itu tentu tidak berdiri sendiri. Apa yang terjadi itu, kata Alissa, terkait dengan banyak sektor lain, diantaranya dunia pendidikan. Karena itu persoalan keberagaman di dalam ekosistem pendidikan menjadi sesuatu yang sangat penting.

“Sangat penting untuk melihat ini secara lebih jauh. Ketika kita bicara apa yang terjadi di ruang pendidikan, ujungnya adalah peristiwa seperti ini. Kita enggak bisa menganggap remeh apa yang terjadi di dalam ekosistem pendidikan,” kata Aliisa.

Hari Selasa (29/12) Alissa menjadi pembicara dalam diskusi daring manifestasi prinsip penyelenggaraan pendidikan untuk memperkuat keragaman. Diskusi diselenggarakan Yayasan Cahaya Guru (YGC) dan diikuti ratusan pendidik dan aktivis yang peduli dengan isu ini. Diskusi ini didorong masih banyaknya praktik yang tidak menghargai keragaman di lingkungan sekolah.

Problem Mayoritanisme

Menurut Alissa, apa yang terjadi bukan persoalan agama, tetapi praktik sikap mayoritanisme. Demokrasi diterjemahkan sebagai siapa yang mayoritas berhak berkuasa, dan telah menimbulkan persoalan.

“Agamanya bisa apa saja, tetapi ketika agama itu menjadi mayoritas di suatu tempat tertentu, kemudian ada pandangan, ada keyakinan, bahwa sebagai mayoritas, mereka lebih berhak atas apapun. Sikap mayoritanisme ini juga muncul di institusi pendidikan kita,” tambah Alissa.

Komunitas sekolah ada di tengah pertarungan nilai dan perspektif, lanjut Alissa. Paham agama dan nasionalisme dipertentangkan, padahal sejak lama Indonesia telah percaya Pancasila menyelesaikan itu.

“Saat ini kita sedang berhadapan dengan pertentangan nilai-nilai dan salah satu tempat pembibitannya adalah di dunia pendidikan,” imbuhnya.

Guru tidak bisa mengelak dari kenyataan yang ada. Sejumlah penelitian juga membuktikan, fenomena semacam itu benar terjadi di dunia pendidikan.

Banyak Faktor Penentu

Pengamat pendidikan Doni Koesoema melihat ada banyak faktor berpengaruh terhadap situasi ini, mulai penjaga kantin di sekolah hingga Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional.

Negara memang telah menetapkan, prinsip pendidikan yang demokratis, adil, nondiskriminasi, menjunjung hak asasi manusia (HAM), nilai keagamaan, nilai kultural dan kemajemukan bangsa. Namun, payung besar itu harus dilihat dalam skala yang lebih kecil jika ingin memahami apa yang terjadi.

“Kebijakan pendidikan di sekolah, di satuan pendidikan, sangat mempengaruhi terimplementasinya prinsip penyelengaraan pendidikan,” kata Doni.

Kepala sekolah sangat berperan dalam upaya ini. Program-program pengembangan kemampuan kepala sekolah dan intervensi dalam proses seleksi menjadi sangat penting.

“Kepala sekolah itu punya banyak fungsi. Bagaimana demokrasi tercermin dalam anggaran belanja sekolah,” tambahnya.

Jika sebuah sekolah tidak menganggarkan kegiatan-kegiatan pengembangan sikap toleransi bagi siswa dan guru, maka bisa dipastikan program itu tidak ada. Begitupun dengan program lain yang penting, terutama yang menumbuhkan penerimaan terhadap keragaman. Selain itu, guru juga memiliki peran penting, misalnya dalam penentuan kegiatan ekstrakurikuler. Banyak kegiatan ekstra sekolah, yang ternyata menjadi pintu masuk paham intoleran ke lingkungan siswa.

Penerapan demokrasi, kata Doni, harus dicek melalui komunikasi antarwarga sekolah.

“Karyawan, petugas keamanan, petugas kebersihan, pengelola kantin, dan siapa saja yang ada di sekolah berpengaruh terhadap pengalaman hidup siswa,” ujar Doni.

Berhenti di Undang-Undang

Pengamat hukum Mayong Febi Yonesta melihat, Indonesia sudah menetapkan prinsip dasar pendidikan yang baik. Namun sayangnya, prinsip utama dalam UU Sisdiknas ini tidak disertai ketentuan operasionalnya.

“Tidak heran apabila jika berbagai kebijakan dan diskresi pendidikan, praktik pengajaran dan budaya sekolah tidak mencerminkan prinsip sebagaimana dimaksud dalam pasal 4 ayat 1 UU Sisdiknas,” kata Mayong.

Penafsiran yang keliru atas prinsip itu, lanjut Mayong, mengakibatkan adanya praktik pendidikan yang segregatif, diskriminatif atau tidak sejalan dengan HAM serta ragam kemajemukan bangsa. Karena itulah, dari sisi hukum pemerintah harus mengimplementasikan apa yang ada dalam UU Sisdiknas, ke dalam setiap peraturan hukum di bawahnya.

Harmonisasi peraturan yang sudah ada, terutama yang tidak sejalan dengan prinsip penyelenggaraan pendidikan juga harus dilakukan. Selain itu, pemerintah juga didesak menghapus segala praktik pendidikan yang melanggar prinsip dasar tersebut.

Keragaman Sekadar Administratif

Pelaksana Tugas Kepala Balitbangbuk, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Totok Suprayitno meminta persoalan semacam ini dibicarakan terbuka. Jika terus disuarakan, dia yakin akan semakin banyak pelaku di sektor pendidikan mengakui, bahwa memang ada persoalan yang harus diselesaikan.

“Karena kalau dipendam terus, seolah-olah kita ini oke-oke saja. Di negara yang sangat beragam, kemudian ada ide-ide, terutama di pendidikan, ide penyeragaman, itu sebuah ironi luar biasa dan itu memang harus diungkapkan supaya menjadi perhatian publik,” kata Totok.

Totok mengakui, ada yang tidak nyambung antara undang-undang yang ada, dengan pelaksanaanya di tingkat sekolah. Banyak aturan turunan, mulai dari peraturan pemerintah, peraturan menteri, peraturan daerah hingga aturan di tingkat sekolah yang harus dijaga koherensinya.

Namun, dia juga mengingatkan, persoalan semacam ini tidak cukup dimuat dalam aturan, tetapi harus dijiwai oleh setiap pemangku kepentingan, mulai kepala sekolah, guru, pengawas hingga pembuat kebijakan. 

Jika tidak dijiwai, banyak kasus upaya penanaman sikap keragaman hanya berhenti di kurikulum pembelajaran sekolah untuk kepentingan administrasi. Di sisi lain, pengawas sekolah juga merasa cukup melakukan pengecekan administratif, tanpa melihat kenyataan apakah sekolah benar-benar mempraktikkan pendidikan keragaman dan toleransi.(*)


VOA Indonesia.

Tags: #keragaman#minim#pendidikan#toleransi
Share40SendShare

Related Posts

Refleksi Paskah dan Titik Balik Kebangkitan Ekonomi Indonesia

20/04/2025

Refleksi Paskah dan Titik Balik Kebangkitan Ekonomi Indonesia Oleh: Fawer Full Fander Sihite, S.Th.,S.H.,MAPS 1. Menghadapi Perang Dagang Global Perang...

Presiden Prabowo ke Timur Tengah: Mengukuhkan Posisi Indonesia di Panggung Global

14/04/2025

Presiden Prabowo ke Timur Tengah: Mengukuhkan Posisi Indonesia di Panggung Global Oleh: Fawer Full Fander Sihite, S.Th., S.H., MAPS Kunjungan...

Pertemuan Prabowo dan Megawati: Sebuah Sinyal Positif bagi Pertumbuhan Ekonomi Indonesia

11/04/2025

Pertemuan Prabowo dan Megawati: Sebuah Sinyal Positif bagi Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Refleksi Mahasiswa Kristen dalam Perspektif Alkitabiah Ditulis Oleh: Fawer...

Ekonomi Indonesia di Tengah Perang Dagang Global: Perspektif Alkitabiah dan Peran Mahasiswa Kristen

01/04/2025

Ekonomi Indonesia di Tengah Perang Dagang Global: Perspektif Alkitabiah dan Peran Mahasiswa Kristen Oleh: Fawer Full Fander Sihite.,S.Th.,S.H.,MAPS Perang dagang...

Pemuda Sebagai ‘Agent Of Solution’ Pada Pemilu 2024

24/01/2024

Sejak 28 November 2023, masa kampanye Pemilu 2024 dimulai. Partisipasi politik generasi milenial dan generasi Z (Gen Z) memiliki pengaruh...

Jes Manro Kepsek SMP 1 Parapat Klarifikasi Pemberitaan Dirinya

12/12/2023

Piramida.id|Simalungun - Jes Manro Tambunan Kepala Sekolah (Kepsek) SMP 1 Parapat, kabupaten Simalungun (Sumut) memberikan klarifikasi atas pemberitaan terkait dirinya...

Load More

Tinggalkan KomentarBatalkan balasan

Terkini

Berita

Satgas Penertiban Kawasan Hutan (PKH): Penegakan Hukum atau Alibi Militerisasi Atas Nama Konservasi?

09/05/2025
Berita

Ketua Front Justice: Kepemimpinan Wesly Silalahi Dinilai Gagal, Siantar Mengarah ke Kemunduran dan Kota Gelap

07/05/2025
Berita

GMKI Cabang Bandar Lampung Ungkap Krisis Kepolisian di Daerah Lampung: “Kekuasaan Tanpa Kendali, Rakyat Tanpa Perlindungan”

01/05/2025
Berita

Fawer Sihite Luncurkan Buku “Menghidupi Kembali Ut Omnes Unum Sint”: Refleksi dan Kebangkitan GMKI

22/04/2025
Edukasi

Refleksi Paskah dan Titik Balik Kebangkitan Ekonomi Indonesia

20/04/2025
Berita

DPD KNPI Simalungun Ucapkan Selamat Atas Terpilihnya Saudara Aldi Syahputra Siregar Sebagai Ketua KNPI Sumut Periode 2025-2028

19/04/2025

Populer

Berita

Ketua Front Justice: Kepemimpinan Wesly Silalahi Dinilai Gagal, Siantar Mengarah ke Kemunduran dan Kota Gelap

07/05/2025
Dialektika

Mengapa Demokrasi dapat Melahirkan Tirani?

21/02/2022
Dialektika

Enola, Gadis Kecil yang Dirampas Masa Depannya

21/06/2022
Pojokan

Pesan Tersembunyi Ki Narto Sabdo Dalam Lagu Kelinci Ucul

23/09/2020
Ekosospolbud

Jabu Sihol, Proyek Mengenal dan Belajar Budaya Batak

05/06/2020
Dialektika

Prinsip-Prinsip Disiplin Kelas

02/04/2023
  • Tentang Kami
  • Redaksi
  • Pedoman
  • Terms
  • Policy

© 2020-2024 Piramida ID

rotasi barak berita hari ini danau toba

No Result
View All Result
  • Kabar Desa
  • Dunia
  • Ekologi
  • Dialektika
  • Sopolitika
  • Sorot Publik
  • Lainnya
    • Ekosospolbud
    • Pojokan
    • Sains
    • Spiritualitas

© 2020-2024 Piramida ID

rotasi barak berita hari ini danau toba