Piramida.id
  • Tentang Kami
  • Redaksi
  • Pedoman
  • Terms
  • Policy
Jumat, Mei 9, 2025
  • Kabar Desa
  • Dunia
  • Ekologi
  • Dialektika
  • Sopolitika
  • Sorot Publik
  • Lainnya
    • Ekosospolbud
    • Pojokan
    • Sains
    • Spiritualitas
No Result
View All Result
  • Kabar Desa
  • Dunia
  • Ekologi
  • Dialektika
  • Sopolitika
  • Sorot Publik
  • Lainnya
    • Ekosospolbud
    • Pojokan
    • Sains
    • Spiritualitas
No Result
View All Result
Piramida.id
  • Berita
  • Dialektika
  • Dunia
  • Edukasi
  • Ekologi
  • Ekosospolbud
  • Kabar Desa
  • Pojokan
  • Sains
  • Sopolitika
  • Sorot Publik
  • Spiritualitas
Home Pojokan

Lala dan Ternak Kerinduan

by Redaksi
08/06/2020
in Pojokan
98
SHARES
699
VIEWS
Bagikan ke FacebookBagikan ke WhatsappBagikan ke Telegram

Yudhie Haryono*

PIRAMIDA.ID- “Pacarku pilot,” begitu biasanya kawanku membuat distingsi dari sekian profesi di multikulturalnya dunia ini. Tentu ia ganteng, atletis dan digemari ibu-ibu. Itu yang membuatnya tak ingin menikah. Cukup jadi pacar yang bisa saling menikmati di kala susah. Cinta pasti punya daya saling pagut. Terutama ketika menemukan bibir kekasihnya cemberut.

Mengetik sejarah pilot itu gampang-gampang susah. Seperti mengetik sejarah berdirinya sebuah negara yang kerapkali nampak tak berhubungan dengan gagasan awal cita-cita para pendirinya. Pencarian dan pertarungan ide-gagasan seringkali hanya di parkir di hati setelah terdesak kepentingan busuk para elitnya.

Maka, banyak kawan pilot yang menjadi pilot bukan karena sejak remaja ingin menjadi pilot. Ia, profesi tak sepurba romo dan kyai di bangku dan fakultas agama. Tetapi, itu jenis manusia yang sangat ditunggu dan dikangeni. Terutama oleh calon penumpang yang menunggu di bandara saat mau terbang.

Kerinduan itu kini sedang terjadi. Kembali. Dan, kembali. Merindukan perjalanan atau kesejahteraan? Entahlah. Sebab makin hari makin tak pasti rezim ini merampok warganya. Mewariskan utang yang demikian gendut tapi menghapuskan semua subsidi. Padahal, subsidi itu tugas konstitusional sebuah negara.

“Kami pacaran setiap bulan,” kawanku bicara seperti mengutarakan gerak deklamasi. Karena tiap bulan, kerinduan sering tak terpenuhi. Ya tak terpenuhi. Seperti tak terpenuhinya hak-hak warga yang asasi. Kita tahukan bahwa negara harus mewujudkan fasilitas yang layak sesuai standar kemanusiaan dan kewargaannya?

Maka, kebutuhan primer seperti bahan makanan pokok, pakaian, perumahan, pendidikan, kesehatan harus ada dengan pasti dan terjangkau. Pembangunan fasilitas umum seperti jalan, listrik, sekolah, rumah sakit harus terus menerus dan terbeli. Jika tak terjangkau dan tak terbeli, rezim pasti mengkhianati konstitusi.

Dari mana uangnya? Ya dari pajak, cukai dan pendapatan lainnya yang besar itu untuk menciptakan masyarakat yang adil makmur sehingga kesenjangan sosial menjadi punah dan kemiskinan dapat segera kita habisi.

Sayang. Kenyataan yang terjadi saat ini adalah pembangunan masih hanya berlandaskan pada kepentingan pemilik modal dan konglomerasi. Contohnya pembangunan supermarket besar yang dimiliki perusahaan besar tanpa memikirkan pasar tradisional yang menghidupi masyarakat miskin. Lalu ditambahi mini market yang mematikan warung kecil. Kondisi seperti ini adalah contoh ketidakseimbangan yang terjadi dan pasti menyebabkan kesenjangan sosial dan kemiskinan makin meraja-lela.

Kemiskinan tumbuh. Ketimpangan akut. Ketidakmerataan terjadi. Kesemrawutan hadir setiap hari. Inikah hasil aku pancasila dan aku indonesia? Mohon jangan tertawa. Aku serius bertanya. Mana janjimu, mana komitmenmu?

Lala. Dalam negara Pancasila yang cerdas terdapat agama publik yang multikultural. Dan, dalam agama publik yang multikultural terdapat ilmu pengetahuan yang mencerahkan.

Serta, dalam ilmu pengetahuan yang mencerahkan terdapat mental merdeka, mandiri, modern dan martabatif. Inilah mental konstitusional yang anti kolonial: menghancurkan warisannya–oligarkis, kleptokratis, kartelis, fundamentalis, fasis dan predatoris. Adakah kerinduan kita sudah sampai ke sana?

Maka, merindukan pilot mestinya seperti Indonesia yang hakiki. Kerinduan atas sikap menternakkan kesejahteraan dan keadilan buat semua sambil mengingat Ali bin Abi Thalib yang berkata, “jadilah seperti akar yang tak terlihat, tapi tetap menyokong kehidupan. Jadilah seperti jantung yang tak terlihat, tapi terus berdenyut setiap hari setiap saat hingga membuat kita terus hidup sampai batas waktu berhenti.”

Tetapi kini, setelah pendiri republik kita pergi mati. Sepi. Nyenyet dari realisasi proklamasi. Kita seperti sendiri setiap hari, pasca penjajahan lima kali. Bahkan sudah paria di lumbung padi.

Tuhan, dalam sujudku kini menunggu para pemberontak yang mati di taman hati. Bagai menunggu ajal yang susah kembali. Merekalah para pendiri republik. Kumpulan pahlawan yang lebih layak dirindukan.(*)


Penulis merupakan Direktur Eksekutif Nusantara Centre. Pendiri PKPK UMP (Pusat Kajian Pancasila dan Kepemimpinan Univ Muhammadiyah Purwokerto).

Tags: #cerpen
Share39SendShare

Related Posts

Asal-usul Permainan Tradisional Anak-anak

12/07/2023

PIRAMIDA.ID- Anda merasa jenuh dengan bermain dengan gim di ponsel dan laptop? Terlalu lama bermain gim bisa menyebabkan kerusakan mata akibat...

Mengapa ada Tujuh Hari dalam Seminggu?

11/07/2023

PIRAMIDA.ID- Akhir pekan selalu tak kunjung tiba, kita harus menunggu enam hari penuh antara Senin dan Sabtu. Satu minggu itu...

Ini Medan, Bung!

05/03/2023

Supriadi Harja* PIRAMIDA.ID- Aku lupa, kapan aku pernah mengenal orang ini. Begitu melihatku, ia memperkenalkan diri. Namanya Pak Sukri. Namun...

Seperti Apa Sistem Absensi yang Banyak Digunakan di Indonesia?

20/12/2022

PIRAMIDA.ID- Aset terbesar perusahaan adalah karyawan. Tanpa karyawan, perusahaan tidak akan dapat mencapai tujuan perusahaan. Untuk mencapai tujuannya, human resources...

Mimpi

07/12/2022

Billie Gregorine* PIRAMIDA.ID- Semua orang sekiranya pastilah pernah bermimpi. Sambil rebahan, sayup-sayup kudengar lagu dari Nadin Hamizah yang judulnya 'Rumpang'....

Mengantongi Ragam Cerita dari Tanah Papua

04/09/2022

Oleh: Roberto Duma Buladja* PIRAMIDA.ID- Konsultasi Nasional (Konas) GMKI berlangsung pada 23–27 Agustus 2022 di Jayapura, tanah Papua. Kurang lebih...

Load More

Tinggalkan KomentarBatalkan balasan

Terkini

Berita

Ketua Front Justice: Kepemimpinan Wesly Silalahi Dinilai Gagal, Siantar Mengarah ke Kemunduran dan Kota Gelap

07/05/2025
Berita

GMKI Cabang Bandar Lampung Ungkap Krisis Kepolisian di Daerah Lampung: “Kekuasaan Tanpa Kendali, Rakyat Tanpa Perlindungan”

01/05/2025
Berita

Fawer Sihite Luncurkan Buku “Menghidupi Kembali Ut Omnes Unum Sint”: Refleksi dan Kebangkitan GMKI

22/04/2025
Edukasi

Refleksi Paskah dan Titik Balik Kebangkitan Ekonomi Indonesia

20/04/2025
Berita

DPD KNPI Simalungun Ucapkan Selamat Atas Terpilihnya Saudara Aldi Syahputra Siregar Sebagai Ketua KNPI Sumut Periode 2025-2028

19/04/2025
Berita

Remaja Naposo Bulung HKBP Martoba Gelar Prosesi Jalan Salib

19/04/2025

Populer

Berita

Ketua Front Justice: Kepemimpinan Wesly Silalahi Dinilai Gagal, Siantar Mengarah ke Kemunduran dan Kota Gelap

07/05/2025
Dialektika

Mengapa Demokrasi dapat Melahirkan Tirani?

21/02/2022
Dialektika

Enola, Gadis Kecil yang Dirampas Masa Depannya

21/06/2022
Pojokan

Pesan Tersembunyi Ki Narto Sabdo Dalam Lagu Kelinci Ucul

23/09/2020
Dialektika

Prinsip-Prinsip Disiplin Kelas

02/04/2023
Ekosospolbud

Jabu Sihol, Proyek Mengenal dan Belajar Budaya Batak

05/06/2020
  • Tentang Kami
  • Redaksi
  • Pedoman
  • Terms
  • Policy

© 2020-2024 Piramida ID

rotasi barak berita hari ini danau toba

No Result
View All Result
  • Kabar Desa
  • Dunia
  • Ekologi
  • Dialektika
  • Sopolitika
  • Sorot Publik
  • Lainnya
    • Ekosospolbud
    • Pojokan
    • Sains
    • Spiritualitas

© 2020-2024 Piramida ID

rotasi barak berita hari ini danau toba