Piramida.id
  • Tentang Kami
  • Redaksi
  • Pedoman
  • Terms
  • Policy
Jumat, Juni 27, 2025
  • Kabar Desa
  • Dunia
  • Ekologi
  • Dialektika
  • Sopolitika
  • Sorot Publik
  • Lainnya
    • Ekosospolbud
    • Pojokan
    • Sains
    • Spiritualitas
No Result
View All Result
  • Kabar Desa
  • Dunia
  • Ekologi
  • Dialektika
  • Sopolitika
  • Sorot Publik
  • Lainnya
    • Ekosospolbud
    • Pojokan
    • Sains
    • Spiritualitas
No Result
View All Result
Piramida.id
  • Berita
  • Dialektika
  • Dunia
  • Edukasi
  • Ekologi
  • Ekosospolbud
  • Kabar Desa
  • Pojokan
  • Sains
  • Sopolitika
  • Sorot Publik
  • Spiritualitas
Home Pojokan

Malam Terakhir Saya Mendengar Suara Bapak

by Redaksi
14/06/2020
in Pojokan
99
SHARES
705
VIEWS
Bagikan ke FacebookBagikan ke WhatsappBagikan ke Telegram

Seprina Kornelia Purba*

PIRAMIDA.ID- Bagi sebagian para remaja, jika putus dengan kekasih itu rasanya memang sakit. Namun, rasanya bagiku itu adalah hal yang sangat biasa. Iya, sebagai seorang remaja yang baru mengenal cinta beberapa orang menganggap bahwa pacaran adalah satu hal yang berkesan dan menjadikan hidup berwarna atau bahkan suatu bentuk pendewasaan diri.

Saya tidak mengatakan pandangan itu salah. Tentu saja semua orang berhak mempunyai cara dan pandangan hidup yang berbeda untuk menyikapi segala hal.

Menjadi seseorang yang membanggakan orangtua adalah cita-cita setiap anak, begitu juga dengan saya yang terlahir dari keluarga yang bisa dikategorikan keluarga sangat sederhana. Keluarga yang kesehariannya bekerja sebagai petani untuk mencari sesuap nasi dan biaya sekolah anak-anaknya.

Namun setelah masuknya pembangunan PLTA di kampung saya, pekerjaan bapak berubah tidak ke ladang lagi. Dia lebih memilih sebagai salah seorang pekerja proyek. Sedangkan mama juga berpendapat ke ladang seorang diri itu bukanlah hal yang mudah dan pastinya pekerjaan yang lumayan melelahkan jika dikerjakan sendiri, sehingga mama pun lebih memilih ikut bapak.

Tapi bukan sebagai pekerja proyek, namun sebagai seorang tukang warung dan tukang masak untuk karyawan proyek.

Semenjak saat itu perekonomian keluarga kami mulai membaik, apalagi semenjak bapak diangkat menjadi mandor lapangan oleh bosnya. Bukan karena pintar atau pendidikan tinggi; bapak hanyalah tamatan SD yang putus sekolah karena ekonomi.

Tapi dia diangkat menjadi mandor karena dia adalah orang yang jujur dan bekerja keras. Iya, bapak adalah sosok laki-laki yang selalu saya banggakan. Ia selalu hadir dan memberikan sepenuhnya kasih dan sayangnya pada kami, anak-anaknya.

Hingga satu waktu, suatu kejadian yang menyebabkan saya kehilangan bapak saya untuk selamanya. Tepatnya hari Senin, 06 Desember 2011, sehari setelah saya pulang dari tempat ret-ret Naga Huta. Hari di mana saya menghadapi Ujian Semester.

Bagi saya, hari itu adalah hari yang paling menyakitkan dan menyedihkan selama saya hidup, di mana sesampainya di kost saya kembali disuruh pulang ke kampung sama ibu kost saya, Kodang, kaka dari mama – iya, saya kost di tempat keluarga.

Saya tanyakan, “Kenapa saya harus pulang? Besok kami masih ujian, Kodang.”

Tapi hanya dijawab dengan kata harus pulang, karena bapak sakit.

Tentunya saya tidak percaya, terlebih tadi malam bapak masih menelepon dan bertanya pada saya terkait rasanya ret-ret yang saya jalani kali ini dan menanyakan adakah surat untuknya.

Iya, karena ini bukan kali pertama saya ret-ret dan saya pernah menulis “surat cinta” atau lebih tepatnya surat permohonan maaf untuk bapak akan kesalahan saya sebagai boru-nya yang selalu bandal ini.

Kami bercerita sembari bercanda via telepon di malam itu, yang tidak saya sadari dan sangka ternyata itu akan menjadi malam terakhir di mana saya bisa mendengar suara seorang bapak yang selalu saya banggakan sampai saat ini dan pastinya untuk selamanya.

Saya mulai bertanya-tanya dan gelisah. Saya mulai menelepon bapak namun tidak ada jawaban, saya telepon mama juga tidak ada jawaban. Saya semakin tidak tenang sambil ke sana-sini, saya tanyakan kembali ke ibu kost, namun kali ini saya malah melihat dia meneteskan air mata.

Lalu teman kost lainnya pun mulai memeluk saya. Tentunya hati saya semakin tak menentu, saya telepon tante saya di kampung dan tentu saja jawabannya membuat hati saya sakit, sesakit-sakitnya.

Di balik telepon itu dia berkata, “Pulanglah. Bapakmu sudah meninggal.”

Mendengarnya, seketika tangisan saya pecah, jadi, sejadi-jadinya dan HP di tangan saya terlempar entah ke mana.

Teman-teman kost masih berusaha menenangkan, sedangkan ibu kost (kaka mama) hanya bisa ikut menangis. Dan akhirnya abang kost bersedia mengantarkan saya pulang ke kampung karena memang tidak ada transportasi ke kampung selain pagi dan sore.

Saya pulang naik sepeda motor tarik 3 (tiga) dan sangat hati-hati, karena jalannya yang lumayan rusak dan saya yang tidak berhenti menangis dan menjerit di jalan. Kami tarik 3 (tiga) karena mereka khawatir dan takut bilamana aku nekat lompat dari motor.

Saya sampai di rumah, namun saya tidak menemukan bapak. Saya hanya menemui mama dan adek-adek saya sedang menangis. Ternyata jasad bapak masih dibawa ke rumah sakit untuk dilakukan autopsi.

Saya tanyakan, kenapa harus diautopsi.

“Bapak tertimpa longsor. Dan posisinya dia adalah mandor. Tapi hanya dia yang tertimpa longsor.”

Tidak berapa lama kemudian terdengar suara sirine mobil ambulans. Iya, itu adalah mobil ambulans yang membawa jasad bapak. Melihatnya, tangisan kami pecah begitu kuat terdengar. Dan dari mobil ambulans keluar kakak saya yang SMA di Siantar serta beberapa orang yang tidak jelas saya ingat.

Jasad bapak kemudian diangkat dan disemayamkan ke rumah dengan iringan tangis yang begitu merdu. Esok harinya langsung dilakukan pemakaman bapak, teman-teman dan keluarga datang untuk mengucapkan turut berbelasungkawa.

Setelah hari itu, saya yang masih duduk di bangku SMP harus menelan pil pahit, kehilangan seorang sosok bapak. Semua orang pastinya tahu bagaimana bahagianya memiliki bapak dan pentingnya seorang bapak di hidupnya – sesuatu yang sejak hari itu tak bisa kurasakan lagi.

Setelah hari-hari itu, acap kali saya sebenarnya cemburu melihat teman-teman yang mempunyai cerita indah bersama bapaknya. Namun kemudian saya meneguhkan hati, bukankah semua orang memiliki kisah hidupnya masing-masing? Dan dari semua kejadian itu, saya belajar untuk lebih kuat dan ikhlas.

Iya, saya kemudian ditempah pengalaman, bahwa bagi saya hidup bukanlah tentang penyesalan namun lebih ke belajar.

Satu yang selalu saya ingat, bahwa apapun akan dilakukan bapak asal kami anak-anaknya bisa sekolah dan mencapai cita-cita kami.

Dan saat saya kuliah seperti ini, saya masih percaya ini adalah berkat doanya. Saya yakin, dia bangga di sana.


Penulis merupakan mahasiswa di Universitas Efarina. Saat ini mengemban amanah menjabat sebagai Presidium Pendidikan dan Kaderisasi (PPK) PMKRI Cab. Pematangsiantar Santo Fransiskus dari Assisi.

Editor: Red/Hen

Tags: #ayah#cerita#inspiratif#kisahhidup
Share40SendShare

Related Posts

Asal-usul Permainan Tradisional Anak-anak

12/07/2023

PIRAMIDA.ID- Anda merasa jenuh dengan bermain dengan gim di ponsel dan laptop? Terlalu lama bermain gim bisa menyebabkan kerusakan mata akibat...

Mengapa ada Tujuh Hari dalam Seminggu?

11/07/2023

PIRAMIDA.ID- Akhir pekan selalu tak kunjung tiba, kita harus menunggu enam hari penuh antara Senin dan Sabtu. Satu minggu itu...

Ini Medan, Bung!

05/03/2023

Supriadi Harja* PIRAMIDA.ID- Aku lupa, kapan aku pernah mengenal orang ini. Begitu melihatku, ia memperkenalkan diri. Namanya Pak Sukri. Namun...

Seperti Apa Sistem Absensi yang Banyak Digunakan di Indonesia?

20/12/2022

PIRAMIDA.ID- Aset terbesar perusahaan adalah karyawan. Tanpa karyawan, perusahaan tidak akan dapat mencapai tujuan perusahaan. Untuk mencapai tujuannya, human resources...

Mimpi

07/12/2022

Billie Gregorine* PIRAMIDA.ID- Semua orang sekiranya pastilah pernah bermimpi. Sambil rebahan, sayup-sayup kudengar lagu dari Nadin Hamizah yang judulnya 'Rumpang'....

Mengantongi Ragam Cerita dari Tanah Papua

04/09/2022

Oleh: Roberto Duma Buladja* PIRAMIDA.ID- Konsultasi Nasional (Konas) GMKI berlangsung pada 23–27 Agustus 2022 di Jayapura, tanah Papua. Kurang lebih...

Load More

Comments 1

  1. Emmanuella Natasya says:
    5 tahun ago

    Semangat sep 🙂
    Bagus ceritanya 👍

    Memuat...
    Balas

Tinggalkan KomentarBatalkan balasan

Terkini

Berita

IRKI Nilai Tafsir UU Tipikor atas Pedagang Pecel Lele Menyesatkan

22/06/2025
Dunia

Perang Israel-Iran Menunjukkan Pentingnya STEM, Fawer Sihite: Dukung Sikap Presiden Prabowo

22/06/2025
Berita

Buntut Viralnya Dugaan Kekerasan Terhadap Tunanetra di Siantar, ILAJ Minta KND Periksa Wali Kota dan Jajaran Terkait

19/06/2025
Berita

Fawer Sihite: Tiga Bulan Wesly Jabat Wali Kota Tidak Mencerminkan Visi Misi Saat Kampanye

18/06/2025
Berita

Kader IPK Taput Diduga di Aniaya Akibat Keributan di Purbatua

17/06/2025
Berita

Refleksi Hari Lahir Pancasila, Fawer Sihite: Kita Harus Dengarkan Hati Nurani Rakyat

01/06/2025

Populer

Berita

IRKI Nilai Tafsir UU Tipikor atas Pedagang Pecel Lele Menyesatkan

22/06/2025
Dunia

Perang Israel-Iran Menunjukkan Pentingnya STEM, Fawer Sihite: Dukung Sikap Presiden Prabowo

22/06/2025
Edukasi

Keterbatasan Jumlah Guru Terampil

09/12/2021
Pojokan

3-H (Heart and Head in Hand) Dalam Komunikasi Interpersonal

19/09/2020
domain publik
Dialektika

Daoed Joesoef, Hakikat Pendidikan, dan Nilai Keindonesiaan

17/09/2021
Dunia

Sumber Air Bersih dan Air Minum di Arab Saudi

07/06/2020
  • Tentang Kami
  • Redaksi
  • Pedoman
  • Terms
  • Policy

© 2020-2024 Piramida ID

rotasi barak berita hari ini danau toba

No Result
View All Result
  • Kabar Desa
  • Dunia
  • Ekologi
  • Dialektika
  • Sopolitika
  • Sorot Publik
  • Lainnya
    • Ekosospolbud
    • Pojokan
    • Sains
    • Spiritualitas

© 2020-2024 Piramida ID

rotasi barak berita hari ini danau toba

%d