Piramida.id
  • Tentang Kami
  • Redaksi
  • Pedoman
  • Terms
  • Policy
Rabu, Agustus 27, 2025
  • Kabar Desa
  • Dunia
  • Ekologi
  • Dialektika
  • Sopolitika
  • Sorot Publik
  • Lainnya
    • Ekosospolbud
    • Pojokan
    • Sains
    • Spiritualitas
No Result
View All Result
  • Kabar Desa
  • Dunia
  • Ekologi
  • Dialektika
  • Sopolitika
  • Sorot Publik
  • Lainnya
    • Ekosospolbud
    • Pojokan
    • Sains
    • Spiritualitas
No Result
View All Result
Piramida.id
  • Berita
  • Dialektika
  • Dunia
  • Edukasi
  • Ekologi
  • Ekosospolbud
  • Kabar Desa
  • Pojokan
  • Sains
  • Sopolitika
  • Sorot Publik
  • Spiritualitas
Home Dialektika

Mengapa Ilmu Pengetahuan Alam harus Bebas dari Kekangan Politis

by Redaksi
25/10/2021
in Dialektika
100
SHARES
717
VIEWS
Bagikan ke FacebookBagikan ke WhatsappBagikan ke Telegram

PIRAMIDA.ID- Minggu lalu, Presiden Joko Widodo mengangkat Megawati Soekarnoputri sebagai Dewan Pengarah Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN).

Peraturan Presiden tentang BRIN memang mengatur bahwa posisi Ketua Dewan Pengarah BRIN diisi anggota dewan pengarah lembaga yang membina Pancasila – dalam hal ini Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP), yang saat ini dipimpin oleh Megawati.

Di sini, Megawati bertugas mengarahkan Kepala BRIN dalam merumuskan kebijakan dan pelaksanaan riset di Indonesia, serta memastikan segala inovasi nasional berpedoman pada nilai Pancasila.

Namun, berbagai kalangan khawatir ini akan membuka lebar peluang politisasi dan pengekangan riset nasional.

Lebih jauh lagi, pengarahan riset berbasis ideologi negara juga berpotensi punya dampak khususnya pada ilmu pengetahuan alam – bidang ilmiah yang digeluti penulis.

Sejarah telah menunjukkan dampak fatal yang bisa timbul jika ilmu pengetahuan alam disetir kepentingan ideologi, dari penelitian tentang iklim, kesehatan publik, hingga biologi.

Apa saja risiko tersebut? Dan apakah ideologi punya tempat bagi pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, terutama ilmu alam?

Politisasi proses ilmiah sering berakhir buruk

Ilmu pengetahuan dikembangkan melalui tiga komponen utama: ilmuwan, komunitas ilmiah, dan pustaka ilmiah.

Proses riset oleh ilmuwan terhadap alam lewat riset, misalnya, akan dicatat sebagai ilmu pengetahuan dan menjadi bagian dari pustaka ilmiah apabila mendapat verifikasi dari komunitas ilmiah – contohnya melalui proses peer review (telaah sejawat) yang ketat untuk masuk ke jurnal ilmiah.

Proses ini menghasilkan pustaka ilmiah yang bersifat netral, bebas-nilai, dan publik.

Apabila proses ini mengalami intervensi ideologi dan politisasi, dampaknya akan fatal bagi kehidupan manusia.

Yang paling ekstrem, misalnya, sejarah mencatat malapetaka yang terjadi saat ideologi membajak ilmu pengetahuan, yakni pada masa kepemimpinan Adolf Hitler di Partai Nazi Jerman saat Perang Dunia II.

Ideologi bahwa ras “Arya” (keturunan Eropa) diciptakan lebih unggul dari ras lain, ditambah pandangan antisemitisme (kebencian terhadap keturunan Yahudi), membuat pemerintahnya menerapkan praktik “eugenika” – memperbaiki ras manusia dengan membuang orang-orang yang secara genetik dianggap “cacat”.

Ini menyebabkan terbunuhnya jutaan jiwa akibat pelaksanaan riset genetika yang dipelintir melalui ideologi tersebut.

Contoh yang lebih baru dan relevan, bisa dilihat dalam empat tahun masa kepimpinan Presiden Donald Trump di Amerika Serikat (AS).

Bersama staf pemerintahannya, Trump mengekang banyak penelitian perubahan iklim karena ia tidak mempercayai fenomena tersebut. Ideologi dari Partai Republik yang cenderung pro-industri bisa jadi juga berperan dalam sikap ini.

Trump melakukan hal yang sama ketika komunitas ilmiah AS memperingatkan tentang bahaya COVID-19.

Bahkan, Trump meremehkan ilmuwan dalam berbagai pertemuan ilmiah, serta menghalangi publikasi data-data ilmiah oleh lembaga resmi pemerintahan jika ia tidak setuju dengan data dan kesimpulan ilmiahnya.

Akibatnya, peran AS dalam penelitian menurun, terutama terkait perubahan iklim. AS juga sangat lambat dan kacau dalam penanganan pandemi COVID-19 di AS saat itu.

Berkaca pada beberapa contoh di atas, tidak tertutup kemungkinan hal serupa bisa terjadi di Indonesia.

Saat ini, banyak berlangsung riset yang sebenarnya bermanfaat bagi kesejahteraan manusia. Namun, jika pihak-pihak tertentu menganggapnya tidak sesuai dengan ideologi negara, bisa jadi akan diberangus.

Contohnya adalah penelitian terkait daging hewan sintetis di laboratorium berbasis sel punca (stem cells) dan penelitian kloning hewan unggul – seperti yang saat ini sedang dikembangkan di laboratorium kami di Institut Pertanian Bogor (IPB) dan institusi lainnya di Indonesia.

Beberapa interpretasi keagamaan, misalnya oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI), menganggap bahwa daging berbasis sel haram dikonsumsi. Kepercayaan religius juga sering menganggap makhluk ciptaan Tuhan tidak boleh dimodifikasi karena semua makhluk telah diciptakan sempurna oleh Tuhan.

Potensi politisasi kepercayaan religius seperti ini bisa menghambat perkembangan penelitian.

Adakah tempat bagi ideologi?

Kesalahpahaman seperti di atas bisa timbul akibat kebingungan antara peran ideologi dalam sains, dengan perannya dalam penerapan teknologi.

Penelitian dan transfer hasilnya – yakni ilmu pengetahuan – lewat pendidikan bertahun-tahun membantu ilmuwan mencari prinsip alam yang netral, bebas-nilai, dan publik.

Proses pendidikan dan penanaman etika riset ini melatih moral ilmuwan, sehingga tanpa berpedoman ke ideologi pun, nilai-nilai luhur telah terbenam di dalam proses ini.

Sebaliknya, beda dengan ilmu pengetahuan yang berorientasi netral dan publik, teknologi berorientasi pada efektivitas dan daya saing – mencari solusi untuk masalah hidup manusia, namun sekaligus melayani kepentingan pasar.

Di sinilah ideologi negara bisa punya peran penting, yakni menjadi rambu-rambu penerapan teknologi.

Albert Einstein melalui Teori Relativitas Umum yang ia gagas pada 1915 – disusul berbagai riset dari komunitas ilmiah yang mengembangkan konsepnya sejak saat itu – berkontribusi pada pustaka ilmiah terkait cara kerja gravitasi, ruang, dan waktu dengan semangat yang netral, bebas-nilai, dan publik.

Kini asas pokok dari konsep tersebut digunakan dalam berbagai penerapan teknologi global positioning system (GPS) – dari aplikasi peta seperti Google Maps hingga layanan transportasi seperti Uber atau Grab.

Sayangnya, kompetisi pasar dan peluang ekonomi telah mendorong banyak perusahaan untuk menyalahgunakan data lokasi dan data pribadi pengguna tanpa persetujuan orang tersebut.

Sila “kemanusiaan” dalam Pancasila bisa jadi landasan untuk memperkuat hak privasi melalui berbagai aturan yang melindungi data pribadi warga dengan ketat – sebagaimana ideologi kebebasan dunia Barat melahirkan Aturan Perlindungan Privasi Daring Untuk Anak di Amerika Serikat (AS), atau Peraturan Perlindungan Data Umum (GDPR) di Eropa.

Namun, fungsi ini pun berada di level regulasi pasar – bukan di level kebijakan dan pelaksanaan riset – serta bisa diwakili berbagai lembaga negara lainnya.

Sehingga, keberadaan suatu “dewan pengarah” di suatu lembaga riset, apalagi yang berpegang pada ideologi negara, sebenarnya bukan hal yang wajar.

Otonomi ilmiah yang bebas kekangan politis

Pada akhirnya, bangsa yang sejahtera adalah bangsa yang mempunyai masyarakat industri yang mengandalkan ilmu pengetahuan.

Mereka tahu bahwa teknologi hanya bisa berkembang bila ada inovasi dan pengolahan sumber daya alam yang baik – dua hal yang hanya bisa dicapai dengan pembedahan fakta di laboratorium berdasarkan prinsip alam yang netral dan bebas-nilai.

Dengan demikian, tradisi penelitian yang tidak dikekang justru merupakan penentu daya saing sebuah bangsa.

Jika memang suatu Dewan Pengarah BRIN harus ada, ia justru harus menjamin bahwa otonomi ilmiah tidak boleh mendapat kekangan politis atau dorongan ideologis.(*)


Source: The Conversation

Tags: #BRIN#ideologis#netralitasilmuwan#penelitian#politis
Share40SendShare

Related Posts

Pidato Lengkap Jefri Gultom di Dies Natalis GMKI ke-74: Bangkit Ditengah Pergumulan

26/02/2024

Bangkit Ditengah Pergumulan Pidato 74 tahun GMKI Jefri Edi Irawan Gultom Para peletak sejarah selalu berpegang pada prinsip ini, ‘’perjalanan...

Pewaris Opera Batak

11/07/2023

Oleh: Thompson Hs* PIRAMIDA.ID- Tahun 2016 saya menerima Anugerah Kebudayaan dari Kemdikbud (sekarang Kemendikbudristek) Republik Indonesia di kategori Pelestari. Sederhananya,...

Mengapa Membahas Masa Depan Guru “Dianggap” Tidak Menarik?

01/05/2023

Oleh: Agi Julianto Martuah Purba PIRAMIDA.ID- “Mengapa sejauh ini kampus kita tidak mengadakan seminar tentang tantangan dan strategi profesi guru di...

Membangun Demokrasi: Merawat Partisipasi Perempuan di Bidang Politik

14/04/2023

Oleh: Anggith Sabarofek* PIRAMIDA.ID- Demokrasi, perempuan dan politik merupakan tiga unsur yang saling berkesinambungan satu dengan yang lain. Berbicara mengenai...

Dari Peristiwa Kanjuruhan Hingga Batalnya Indonesia Tuan Rumah Piala Dunia U-20

03/04/2023

Oleh: Edis Galingging* PIRAMIDA.ID- Dunia sepak bola tanah air sedang merasakan duka yang dalam. Kali ini, duka itu hadir bukan...

Prinsip-Prinsip Disiplin Kelas

02/04/2023

Oleh: Muhammad Muharram Azhari* PIRAMIDA.ID- Pengertian disiplin menurut Elizabeth Hurtock mengemukakan bahwa; Disiplin itu berasal dari kata "discipline", yaitu seseorang...

Load More

Tinggalkan KomentarBatalkan balasan

Terkini

Berita

Heboh Demo DPR 25 Agustus! Komrad Pancasila: Tangkap Provokator yang Seret Massa Pelajar!!!

26/08/2025
Berita

Irjen Suyudi Ario Seto Dilantik Presiden Jadi Kepala BNN, Komrad Pancasila Nyatakan Dukungan Penuh

25/08/2025
Berita

KPK pilih Sindi Pramita dan Gading Simangunsong wakili Sumatera Utara di Bootcamp Antikorupsi 2025

24/08/2025
Berita

KNPI Simalungun Dukung Penuh Kejari untuk Segera Tuntaskan Dugaan Penyalagunaan Dana Hibah oleh Kaban Kesbangpol dan Dispora

22/08/2025
Berita

KNPI Dukung Investasi KEK Sei Mangkei Wujudkan Simalungun Maju

22/08/2025
Berita

ILAJ Akan Laporkan Kaban Kesbangpol Simalungun ke KPK RI, Desak Bupati Segera Copot Jabatan

17/08/2025

Populer

No Content Available
  • Tentang Kami
  • Redaksi
  • Pedoman
  • Terms
  • Policy

© 2020-2024 Piramida ID

rotasi barak berita hari ini danau toba

No Result
View All Result
  • Kabar Desa
  • Dunia
  • Ekologi
  • Dialektika
  • Sopolitika
  • Sorot Publik
  • Lainnya
    • Ekosospolbud
    • Pojokan
    • Sains
    • Spiritualitas

© 2020-2024 Piramida ID

rotasi barak berita hari ini danau toba

xnxx
xnxx
xnxx
xnxx