Piramida.id
  • Tentang Kami
  • Redaksi
  • Pedoman
  • Terms
  • Policy
Minggu, Juli 6, 2025
  • Kabar Desa
  • Dunia
  • Ekologi
  • Dialektika
  • Sopolitika
  • Sorot Publik
  • Lainnya
    • Ekosospolbud
    • Pojokan
    • Sains
    • Spiritualitas
No Result
View All Result
  • Kabar Desa
  • Dunia
  • Ekologi
  • Dialektika
  • Sopolitika
  • Sorot Publik
  • Lainnya
    • Ekosospolbud
    • Pojokan
    • Sains
    • Spiritualitas
No Result
View All Result
Piramida.id
  • Berita
  • Dialektika
  • Dunia
  • Edukasi
  • Ekologi
  • Ekosospolbud
  • Kabar Desa
  • Pojokan
  • Sains
  • Sopolitika
  • Sorot Publik
  • Spiritualitas
Home Dunia

Mengapa Orang Rusia Kuno Terburu-buru Membangun Gereja dalam Sehari?

by Redaksi
09/07/2020
in Dunia
99
SHARES
704
VIEWS
Bagikan ke FacebookBagikan ke WhatsappBagikan ke Telegram

PIRAMIDA.ID- Pada masa Rusia Kuno, alias Rus, penduduk desa dan warga kota memiliki kebiasaan untuk menghentikan segala aktivitas mereka dan bergegas membangun gereja. Tidak seperti Roma yang membutuhkan waktu lebih dari seribu tahun, beberapa hal dibangun hanya dalam sehari, seperti gereja-gereja pada masa Rusia Kuno ini.

Pekerjaan yang melelahkan itu dimulai pada malam hari dan berlangsung sepanjang hari berikutnya. Namun, mengapa pembangunannya begitu tergesa-gesa dan harus selesai saat matahari terbenam?

Gereja-gereja bergaya IKEA ini (mungkin bukan istilah yang digunakan oleh para penutur Rusia Kuno) biasanya dibangun untuk menghentikan penyebaran wabah penyakit.

Orang-orang percaya, gereja-gereja yang dibangun tanpa henti dalam waktu sesingkat itu benar-benar murni sehingga tak dapat dimasuki roh-roh jahat (termasuk penyakit). Jadi, gereja-gereja itu bak benteng perlindungan bagi mereka.

Jika sebuah gereja yang telah dibangun gagal menghentikan penyebaran wabah, maka dibangunlah gereja baru. Misalnya, pembangunan Gereja St. Varlaam pada 1522 di Pskov gagal menghentikan wabah tahun itu. Alhasil, penduduk kota pun mendirikan Gereja Perlindungan Perawan Suci dan ajaibnya, wabah pun berhenti.

Gereja-gereja dadakan itu dipandang tidak hanya sebagai obat untuk melawan penyakit, tetapi juga sebagai ungkapan terima kasih kepada Tuhan karena telah menyelamatkan kota atau untuk setiap peristiwa positif. Gereja semacam itu diyakini pertama kali dibangun di Rusia pada abad ke-10 untuk menghormati kekalahan Vladimir yang Agung dari Pechenegs, orang semi nomaden dari Asia Tengah.

Gereja yang dibangun dalam sehari tentunya berbeda dibandingkan dengan gereja pada umumnya — tak ada variasi monumental, kurangnya dekorasi dan tak ada kemewahan.

Terkadang, penampilannya terlalu sederhana. Contohnya, sebuah gereja mini di salah satu desa di Provinsi Vyatka yang hanya menggunakan tiga tunggul pohon untuk singgasana dan dua papan diikat dengan tali untuk pintu-pintu suci.

Ketika pekerjaan konstruksi selesai, gereja segera disucikan dan dilengkapi dengan ikon (lukisan atau gambar pada panel kayu yang digunakan dalam kebaktian gereja Kristen Ortodoks) sementara yang dipinjam dari tempat ibadah lainnya.

Terkadang, ikon-ikon untuk gereja-gereja instan itu juga dibuat dalam kerangka waktu yang sama dan berdasarkan pada logika yang sama.

Setelah memenuhi fungsinya untuk menghentikan penyebaran wabah, tempat-tempat suci sementara ini tidak ditinggalkan, melainkan terus digunakan sebagai tempat ibadah sehari-hari.

Berabad-abad yang lalu, ketika api adalah bencana yang biasa, umur gereja kayu tidak lama — hanya beberapa dekade sebelum dijilat api. Hanya segelintir yang berhasil selamat selama lebih dari seabad, misalnya, Gereja Juru Selamat Yang Maha Penyayang dan Gereja Asal-usul Pohon-Pohon Jujur di Novgorod.

Untuk melestarikan gereja-gereja semacam itu, sudah lazim untuk membangunnya kembali menggunakan batu. Misalnya, ketika Gereja Juru Selamat Kita yang terbuat dari batu diletakkan di Vologda, gereja kayu tua berdiri di lokasi pembangunan, dan pelayanan tetap berlangsung seperti biasa. Pada 1895, gereja itu ditunjuk sebagai katedral, yang kemudian dirobohkan pada 1972 oleh otoritas Soviet.

Proses penghancuran tak berjalan mulus. Dindingnya begitu kuat sehingga bahan peledak tak mampu merobohkannya. Akhirnya, sebuah tank pun ikut turun tangan.

Tradisi membangun gereja dalam sehari yang muncul pada masa-masa awal Rusia kuno benar-benar menghilang pada abad ke-18.


Sumber: Russia Beyond/Boris Egorov

Tags: #gereja#rusia#tradisi
Share40SendShare

Related Posts

Perang Israel-Iran Menunjukkan Pentingnya STEM, Fawer Sihite: Dukung Sikap Presiden Prabowo

22/06/2025

PIRAMIDA.ID - Dalam sebuah wawancara eksklusif yang berlangsung di Mall Atrium Senen, Jakarta Pusat, Fawer Sihite menegaskan bahwa perang antara...

Kebahagiaan Berasal dari Keyakinan dalam Diri

10/07/2023

PIRAMIDA.ID- Pernahkah Anda berkata pada diri sendiri saat marah, ‘Saya tidak boleh marah?' Atau mungkin ketika Anda merasa sedikit sedih,...

Mengapa Orang Terlihat Serius dan Tidak Tersenyum di Foto-foto Kuno?

30/04/2023

PIRAMIDA.ID- Foto-foto pertama diambil pada akhir tahun 1820-an. Tetapi sampai tahun 1920-an, tampaknya orang-orang mulai “belajar” tersenyum saat di foto....

Bagaimana Asal Usul Jabat Tangan?

02/04/2023

PIRAMIDA.ID- Kita sudah begitu terbiasa berjabat tangan dengan orang lain, kita hampir tidak memikirkan bagaimana, di mana, dan mengapa kebiasaan...

Marcus Aurelius: Kaisar Romawi Baik Hati yang Juga Seorang Filsuf

05/03/2023

PIRAMIDA.ID- Marcus Aurelius lahir pada 26 April 121 Masehi di Roma dengan nama lahir Marcus Annius Verus. Perjalanan hidupnya membuat...

Melihat Penghasilan Lenin dan Stalin

22/08/2022

PIRAMIDA.ID- Ketika para pemimpin Soviet pertama berkuasa, mereka menyiarkan slogan-slogan seperti “Tanah untuk Petani! Pabrik untuk Para Pekerja!” dan berjanji bahwa...

Load More

Tinggalkan KomentarBatalkan balasan

Terkini

Berita

Dugaan Fee Proyek, Ketua ILAJ Minta KPK Pantau Bagi-Bagi Proyek di Kota Siantar

04/07/2025
Berita

Robot Polri Tuai Kritik Netizen, Fawer Sihite: Inovasi Harus Disambut Baik, Tapi Polri Perlu Bangun Instrumen Komunikasi yang Efektif

30/06/2025
Berita

Tokoh Cipayung Plus Gabung Golkar Lewat AMPI, Jefri Gultom: Politik Adalah Etika untuk Melayani

28/06/2025
Berita

Tokoh Cipayung Plus Login Golkar Pada HUT AMPI, Bahlil Lahadalia : Adik-Adik Saya Sudah di Jalan Yang Benar

28/06/2025
Berita

IRKI Nilai Tafsir UU Tipikor atas Pedagang Pecel Lele Menyesatkan

22/06/2025
Dunia

Perang Israel-Iran Menunjukkan Pentingnya STEM, Fawer Sihite: Dukung Sikap Presiden Prabowo

22/06/2025

Populer

Berita

Dugaan Fee Proyek, Ketua ILAJ Minta KPK Pantau Bagi-Bagi Proyek di Kota Siantar

04/07/2025
Berita

Robot Polri Tuai Kritik Netizen, Fawer Sihite: Inovasi Harus Disambut Baik, Tapi Polri Perlu Bangun Instrumen Komunikasi yang Efektif

30/06/2025
Berita

Resmi Sertijab, Ini Struktur PP GMKI 2022-2024

01/02/2023
Berita

Tokoh Cipayung Plus Login Golkar Pada HUT AMPI, Bahlil Lahadalia : Adik-Adik Saya Sudah di Jalan Yang Benar

28/06/2025
Edukasi

Keterbatasan Jumlah Guru Terampil

09/12/2021
Pojokan

Aku dan Sejuta Masalah Hidupku

17/06/2021
  • Tentang Kami
  • Redaksi
  • Pedoman
  • Terms
  • Policy

© 2020-2024 Piramida ID

rotasi barak berita hari ini danau toba

No Result
View All Result
  • Kabar Desa
  • Dunia
  • Ekologi
  • Dialektika
  • Sopolitika
  • Sorot Publik
  • Lainnya
    • Ekosospolbud
    • Pojokan
    • Sains
    • Spiritualitas

© 2020-2024 Piramida ID

rotasi barak berita hari ini danau toba