Piramida.id
  • Tentang Kami
  • Redaksi
  • Pedoman
  • Terms
  • Policy
Rabu, Agustus 27, 2025
  • Kabar Desa
  • Dunia
  • Ekologi
  • Dialektika
  • Sopolitika
  • Sorot Publik
  • Lainnya
    • Ekosospolbud
    • Pojokan
    • Sains
    • Spiritualitas
No Result
View All Result
  • Kabar Desa
  • Dunia
  • Ekologi
  • Dialektika
  • Sopolitika
  • Sorot Publik
  • Lainnya
    • Ekosospolbud
    • Pojokan
    • Sains
    • Spiritualitas
No Result
View All Result
Piramida.id
  • Berita
  • Dialektika
  • Dunia
  • Edukasi
  • Ekologi
  • Ekosospolbud
  • Kabar Desa
  • Pojokan
  • Sains
  • Sopolitika
  • Sorot Publik
  • Spiritualitas
Home Dialektika

Mereka yang Menolak Penghargaan Nobel Sastra: Jean-Paul Sartre dan Boris Pasternak

by Redaksi
12/09/2020
in Dialektika
106
SHARES
757
VIEWS
Bagikan ke FacebookBagikan ke WhatsappBagikan ke Telegram

PIRAMIDA.ID- Tentang Nobel Sastra, Indonesia punya Pramoedya Ananta Toer yang berkali-kali dinominasikan sebagai peraih penghargaan bergengsi tersebut.

Hanya saja, Pram kurang beruntung, hingga ia meninggal tahun 2006, penghargaan tersebut gagal didapatkannya.

Meski penghargaan Nobel Sastra adalah penghargaan yang dianggap tertinggi untuk sastra di planet ini, namun ada dua nama yang dikenal pernah menolak untuk mendapatkan nobel sastra ini.

Kedua orang tersebut adalah Jean Paul Sartre dan Boris Leonidovich Pasternak. Keduanya punya alasan berbeda untuk penolakan ini.

Jean-Paul Sartre, Menolak Karena Pertimbangan Pribadi dan Alasan Politis

Nama Jean-Paul Sartre semakin melejit ketika diumumkan sebagai pemenang Nobel Sastra tahun 1964. Karya-karya filsafatnya dianggap bermuatan semangat akan kebebasan, mempertanyakan kebenaran dan juga tentunya kaya gagasan. Jean-Paul Sartre, ialah yang pertama meletakkan ekstensialisme dalam filsafat.

Namun, alih-alih menerimanya, Sartre justru menolaknya karena tidak ingin disebut sebagai “penerima Nobel Sastra”. Ia menganggap terlalu tinggi kemuliaan sebagai penerima Nobel Sastra yang nantinya malah membebani pembacanya.

Belakangan, diketahui juga ada motif lain dari Sartre menolak penghargaan bergengsi tersebut. Katanya, panitia Nobel berlaku tidak adil terhadap penulis dari Blok Timur, ketika dunia masih berada di perang dunia dan terbagi antara Blok Barat dan Blok Timur.

Alasan inilah yang akhirnya menjadikan banyak orang menganggap Sartre berpihak pada blok komunis. Padahal, Sartre sendiri menyatakan bahwa hal ini lebih didasari atas keadilan dan kesamarataan. Sebab, sejatinya Ekstensialisme yang dikemukakannya, merupakan bentuk protes terhadap gerakan totaliter, seperti komunis salah satunya.

Boris Pasternak: Penghargaan Dianggap Kerja CIA

Boris Leonidovich Pasternak adalah penulis asal Uni Sovyet (sekarang Rusia). Sebuah novel yang menjadi best seller dunia karangannya, Doctor Zhivago, adalah sebuah karya fiksi yang dianggap mengandung kritik terhadap sosialisme Uni Sovyet. Hasilnya, novel ini akhirnya dilarang diperjualbelikan di Uni Sovyet.

Namun, agar karya ini dapat dinikmati oleh penggemar sastra, karya tersebut dikirimkan ke Italia, dan penerbit Italia yang menerbitkannya pada tahun 1957. Novel tersebut mendapatkan respon yang baik, sampai kembali dicetak dan disebarluaskan ke seluruh dunia, dengan Bahasa Inggris.

Ketika dialihbahasakan menjadi Bahasa Inggris, novel tersebut justru menjadi novel dengan penjualan terbaik era itu di seluruh dunia. Ditambah lagi, ketika panitia Nobel Sastra mempublikasikan bahwa Pasternak adalah penerima Nobel Sastra, maka novel “Doctor Zhivago” semakin terkenal ke seluruh dunia.

Namun, ternyata (seperti yang akhirnya benar-benar terbukti), CIA (agen rahasia Amerika) berada di belakang keberhasilan serta kepopuleran novel tersebut.

Penerbitan ke seluruh dunia dalam Bahasa Inggris, ternyata dibekingi oleh CIA. Tentu saja, tujuannya adalah untuk “membongkar kebusukan Uni Sovyet kepada dunia” lewat karya Boris Pasternak.

Mengetahui hal itu, Uni Sovyet akhirnya menahan Boris Pasternak untuk tidak mengambil penghargaan tersebut di tahun 1958 ke Stockholm, Swedia.

Apabila Pasternak nekat ke Swedia, maka sebaiknya tidak usah kembali lagi ke Sovyet. Pasternak memilih untuk tidak mengambil penghargaan Nobel tersebut, karena ia mencintai tanah airnya. Baginya, tidak boleh kembali lagi ke negaranya, sama saja dengan kematian.


Sumber: Pojokseni.com

Tags: #filsuf#nobel#penghargaan#Sastra
Share42SendShare

Related Posts

Pidato Lengkap Jefri Gultom di Dies Natalis GMKI ke-74: Bangkit Ditengah Pergumulan

26/02/2024

Bangkit Ditengah Pergumulan Pidato 74 tahun GMKI Jefri Edi Irawan Gultom Para peletak sejarah selalu berpegang pada prinsip ini, ‘’perjalanan...

Pewaris Opera Batak

11/07/2023

Oleh: Thompson Hs* PIRAMIDA.ID- Tahun 2016 saya menerima Anugerah Kebudayaan dari Kemdikbud (sekarang Kemendikbudristek) Republik Indonesia di kategori Pelestari. Sederhananya,...

Mengapa Membahas Masa Depan Guru “Dianggap” Tidak Menarik?

01/05/2023

Oleh: Agi Julianto Martuah Purba PIRAMIDA.ID- “Mengapa sejauh ini kampus kita tidak mengadakan seminar tentang tantangan dan strategi profesi guru di...

Membangun Demokrasi: Merawat Partisipasi Perempuan di Bidang Politik

14/04/2023

Oleh: Anggith Sabarofek* PIRAMIDA.ID- Demokrasi, perempuan dan politik merupakan tiga unsur yang saling berkesinambungan satu dengan yang lain. Berbicara mengenai...

Dari Peristiwa Kanjuruhan Hingga Batalnya Indonesia Tuan Rumah Piala Dunia U-20

03/04/2023

Oleh: Edis Galingging* PIRAMIDA.ID- Dunia sepak bola tanah air sedang merasakan duka yang dalam. Kali ini, duka itu hadir bukan...

Prinsip-Prinsip Disiplin Kelas

02/04/2023

Oleh: Muhammad Muharram Azhari* PIRAMIDA.ID- Pengertian disiplin menurut Elizabeth Hurtock mengemukakan bahwa; Disiplin itu berasal dari kata "discipline", yaitu seseorang...

Load More

Tinggalkan KomentarBatalkan balasan

Terkini

Berita

Heboh Demo DPR 25 Agustus! Komrad Pancasila: Tangkap Provokator yang Seret Massa Pelajar!!!

26/08/2025
Berita

Irjen Suyudi Ario Seto Dilantik Presiden Jadi Kepala BNN, Komrad Pancasila Nyatakan Dukungan Penuh

25/08/2025
Berita

KPK pilih Sindi Pramita dan Gading Simangunsong wakili Sumatera Utara di Bootcamp Antikorupsi 2025

24/08/2025
Berita

KNPI Simalungun Dukung Penuh Kejari untuk Segera Tuntaskan Dugaan Penyalagunaan Dana Hibah oleh Kaban Kesbangpol dan Dispora

22/08/2025
Berita

KNPI Dukung Investasi KEK Sei Mangkei Wujudkan Simalungun Maju

22/08/2025
Berita

ILAJ Akan Laporkan Kaban Kesbangpol Simalungun ke KPK RI, Desak Bupati Segera Copot Jabatan

17/08/2025

Populer

No Content Available
  • Tentang Kami
  • Redaksi
  • Pedoman
  • Terms
  • Policy

© 2020-2024 Piramida ID

rotasi barak berita hari ini danau toba

No Result
View All Result
  • Kabar Desa
  • Dunia
  • Ekologi
  • Dialektika
  • Sopolitika
  • Sorot Publik
  • Lainnya
    • Ekosospolbud
    • Pojokan
    • Sains
    • Spiritualitas

© 2020-2024 Piramida ID

rotasi barak berita hari ini danau toba

xnxx
xnxx
xnxx
xnxx