Piramida.id
  • Tentang Kami
  • Redaksi
  • Pedoman
  • Terms
  • Policy
Selasa, Oktober 14, 2025
  • Kabar Desa
  • Dunia
  • Ekologi
  • Dialektika
  • Sopolitika
  • Sorot Publik
  • Lainnya
    • Ekosospolbud
    • Pojokan
    • Sains
    • Spiritualitas
No Result
View All Result
  • Kabar Desa
  • Dunia
  • Ekologi
  • Dialektika
  • Sopolitika
  • Sorot Publik
  • Lainnya
    • Ekosospolbud
    • Pojokan
    • Sains
    • Spiritualitas
No Result
View All Result
Piramida.id
  • Berita
  • Dialektika
  • Dunia
  • Edukasi
  • Ekologi
  • Ekosospolbud
  • Kabar Desa
  • Pojokan
  • Sains
  • Sopolitika
  • Sorot Publik
  • Spiritualitas
Home Sopolitika

Minoritas Kreatif

by Redaksi
20/05/2020
in Sopolitika
Keterangan Gambar: Foto Kristian Silitonga. Sumber: Dokumen Pribadi.

Keterangan Gambar: Foto Kristian Silitonga. Sumber: Dokumen Pribadi.

116
SHARES
831
VIEWS
Bagikan ke FacebookBagikan ke WhatsappBagikan ke Telegram

 Kristian Silitonga*

PIRAMIDA.ID- “Sejumlah kecil orang yang memiliki energi lebih besar dari masyarakatnya yang letih. Memiliki kejernihan di tengah lautan kekeruhan pikiran di sekitarnya, memiliki semangat jauh lebih besar dari masyarakatnya yang putus asa. Memelihara dan terus menyebarluaskan optimisme akan hari esok yang lebih baik di tengah luapan pesimisme di sekitar mereka. Dan peradaban besar, tidak dibangun oleh orang banyak, tetapi oleh orang sedikit semacam itu…”

(Arnold Toynbee )

Ungkapan sejarawan Inggris ini langsung terlintas dalam kepala saya ketika diminta oleh rekan-rekan kaum muda penggagas media informasi-kreatif “Piramida” untuk kali perdana mengisi kolom ini. Kondisi hari-hari belakangan ini atas badai pandemi COVID-19 yang melanda dunia dan bangsa ini menghadirkan semesta persoalan, tantangan sekaligus cara dan strategi menghadapinya. Karena sesungguhnya ini “ujian peradaban”.

Tentu saja tulisan ini tidak mencoba melihat persoalan tersebut dalam konteks kebijakan kesehatan, akan tetapi lebih pada korelasinya terhadap proses demokratisasi dan kualitas kewargaan.

Defisit agen adalah problem demokratisasi. Dalam konteks ini, para pemimpin dan tokoh dari berbagai kalangan diposisikan sebagai agen-agen yang memfasilitasi perubahan dan kebaharuan. Merekalah yang diharapkan menjadi agen demokratisasi.

Namun saat ini kita justru mengalami gejala “kelangkaan agen”, baik dalam bentuk; ketersediaan, maupun isi; kualitas para agen.

Defisit agen tak lain adalah gejala salah fungsi dan nihil fungsi dari para agen yang ada di tengah-tengah masyarakat. Gejala ini melanda aneka agen-agen demokrasi saat ini baik politisi, pejabat publik, agen sosial dan kebudayaan, intelektual, seniman, aktivis bahkan para agamawan.

Sebut saja para politisi yang cenderung gagal membangun kualitas pemilih (voters) tapi justru memelihara pendukung yang membabi-buta (supporters).

Para pejabat publik yang semestinya memfasilitasi pelayanan kepentingan publik, namun justru menjadikan publik sekedar instrumen dari kepentingan dan otoritas mereka. Para intelektual yang membentuk opini publik sekaligus pembentuk dan penjaga nalar mayarakat, justru cenderung menjadi alat pembenar (legitimasi) kebijakan kekuasaan yang seringkali kurang berpihak pada kepentingan warga.

Para ilmuwan, budayawan, seniman dan aktivis yang memainkan peran penting menjaga adab dan ingatan sekaligus membangun individu dan warga yang berkarakter malah terjebak pada egoisme sempit dan dimanjakan para pemuja dan penggemar mereka.

Para agamawan juga tidak terlepas dari jebakan ini, tugas profetis untuk membangun kesadaran jemaah untuk beragama secara tidak membabi buta cenderung  gagal diwujudkan dan sekedar membangun penganut, pengikut dan massa yang memonopoli ‘rezim kebenaran’ sendiri dan menegasikan “yang lain” (others).

Gejala defisit agen demokratisasi itu semakin parah dan  terpampang jelas dalam situasi genting pandemi COVID-19 yang melanda dunia dan bangsa kita saat ini. Pertaruhan bangsa dalam menghadapi badai pandemi ini sesungguhnya tidak terletak sekedar identifikasi dan jenis virusnya, tetapi bagaimana kualitas dan cara kita menghadapinya.

Pada titik inilah kualitas kewargaan masyarakat menjadi relevan untuk dibicarakan; justru ketika kita tidak bisa berharap banyak pada peran para tokoh dan pemimpin itu atau ketika terjadi defisit dan kelangkaan “para agen demokratisasi” itu hampir di sebagian besar sektor kehidupan kita. Membangun kualitas warga negara adalah ajakan untuk menjadikan setiap warga serta komunitas dan lokalitas yang terbangun di sekitar mereka sebagai modal sosial penting bagi demokratisasi.

Warga negara adalah sebuah identitas politik yang setidaknya ditandai oleh lima kualitas.

Pertama, paham dan bisa menjaga hak-hak sendiri. Kedua, tahu dan bisa menjaga hak-hak orang lain. Ketiga, proaktif dalam penegakan hak-hak sendiri. Keempat, bertumpu pada diri sendiri atau mandiri. Kelima, melawan secara beradab apabila terjadi pencederaan terhadap hak-hak sendiri dan orang lain.

Hemat saya, peran ini dapat dilakukan oleh siapa saja dan khususnya kaum muda penerus sejarah bangsa ini ke depan. Salah satunya kaum muda yang sudah memulai hadirnya wadah informasi kreatif “Piramida” dan penyedia kolom ini sebagai salah satu entitas yang dapat memainkan peran “minoritas kreatif” di atas.

Selamat berjuang…!


Penulis adalah Pengamat Sosial dan Politik. Pengasuh di rubrik Sopolitika, Piramida.id.

Tags: headline
Share46SendShare

Related Posts

Kedangkalan Radikalisme (Agama)

06/11/2022

Kristian Silitonga* PIRAMIDA.ID- Untuk mereka yang merasa memiliki Tuhan dan memonopoli kebenaran lalu menegasikan sesama yang lain; "Tuhan saja tidak...

Ilusi Kepemimpinan

16/04/2021

Kristian Silitonga* PIRAMIDA.ID- Dalam era demokrasi padat modal dan politik biaya tinggi seperti saat ini, apa sesungguhnya yang bisa kita...

Toleransi

15/02/2021

Kristian Silitonga* PIRAMIDA.ID- Siang jelang sore itu saya sedang nongkrong menikmati kopi dan ngobrol bareng teman di salah satu warung...

Merayakan Kedangkalan

02/11/2020

Kristian Silitonga* PIRAMIDA.ID- "Intelektualisme tidak pernah identik dengan gelar akademis. Intelektualisme juga tidak identik dengan banyaknya pengamat dan pakar." ~Jeremy...

Pandemikada

23/09/2020

Kristian Silitonga* PIRAMIDA.ID- Sudah terlalu banyak informasi, opini bahkan spekulasi membanjiri ruang publik kita yang mengaitkan pelaksanaan Pilkada dengan situasi...

Menjadi Bangsa

01/09/2020

Kristian Silitonga* PIRAMIDA.ID- "Suatu bangsa adalah keinginan untuk hidup bersama dan kesepakatan untuk berkorban." Ernest Renan (1823-1892) Saya tertarik dengan...

Load More

Tinggalkan KomentarBatalkan balasan

Terkini

Berita

Massa Aksi Lempar Tomat Ke Gedung KPK, Ketua KPK Jangan Jadi Tameng Koruptor! Tetapkan Yaqut Jadi Tersangka!

13/10/2025
Berita

Membajak Reformasi Lewat Isu Reformasi Polri

13/10/2025
Berita

Gelar Musda Ke-XIV di Ruang Serbaguna Pemko, Frengki Simanjuntak Terpilih Sebagai Ketua KNPI Pematangsiantar

11/10/2025
Berita

Sinergi dari Jalanan, Ketika Kapolda Metro Menghidupkan Ruh Kebersamaan

11/10/2025
Berita

Aktivis 98 Serukan: Hentikan Narasi Provokatif Bubarkan Polri

10/10/2025
Berita

Jelang Musda Ke-XIV, KNPI Siantar Gelar RAPIMPURDA di Gedung MUI, Dihadiri OKP & OKI Serta Dibuka Pengurus SUMUT

10/10/2025

Populer

No Content Available
  • Tentang Kami
  • Redaksi
  • Pedoman
  • Terms
  • Policy

© 2020-2024 Piramida ID

rotasi barak berita hari ini berita bola danau tobasumber

No Result
View All Result
  • Kabar Desa
  • Dunia
  • Ekologi
  • Dialektika
  • Sopolitika
  • Sorot Publik
  • Lainnya
    • Ekosospolbud
    • Pojokan
    • Sains
    • Spiritualitas

© 2020-2024 Piramida ID

rotasi barak berita hari ini berita bola danau tobasumber

xnxx
xnxx
xnxx
xnxx