Piramida.id
  • Tentang Kami
  • Redaksi
  • Pedoman
  • Terms
  • Policy
Minggu, Juni 8, 2025
  • Kabar Desa
  • Dunia
  • Ekologi
  • Dialektika
  • Sopolitika
  • Sorot Publik
  • Lainnya
    • Ekosospolbud
    • Pojokan
    • Sains
    • Spiritualitas
No Result
View All Result
  • Kabar Desa
  • Dunia
  • Ekologi
  • Dialektika
  • Sopolitika
  • Sorot Publik
  • Lainnya
    • Ekosospolbud
    • Pojokan
    • Sains
    • Spiritualitas
No Result
View All Result
Piramida.id
  • Berita
  • Dialektika
  • Dunia
  • Edukasi
  • Ekologi
  • Ekosospolbud
  • Kabar Desa
  • Pojokan
  • Sains
  • Sopolitika
  • Sorot Publik
  • Spiritualitas
Home Dialektika

Pandangan Work Life Balance orang Indonesia dan Pengaruh Nilai-nilai Agama

by Redaksi
27/11/2021
in Dialektika
104
SHARES
745
VIEWS
Bagikan ke FacebookBagikan ke WhatsappBagikan ke Telegram

PIRAMIDA.ID- Banyak penelitian menunjukkan bahwa terlalu banyak bekerja mengarah pada hasil yang negatif dan bahkan dapat membunuh pekerja. Meski temuan studi menyatakan hal-hal tersebut, bagi banyak orang mencapai keseimbangan antara waktu yang digunakan untuk bekerja dan hidup work-life balance (WLB) masih menjadi utopia.

mengungkapkan bagaimana agama memengaruhi para pekerja untuk menyeimbangkan waktu mereka untuk pekerjaan dan untuk keluarga – yang juga dikenal dengan work-family balance (WFB).

Sebuah studi berskala global menempatkan WFB sebagai bagian dari WLB, dengan fokus spesifiknya pada mencapai keseimbangan antara waktu untuk urusan pekerjaan dan urusan keluarga.

Penelitian ini dilakukan di Indonesia, negara dengan populasi Muslim terbesar di dunia. Selain Islam, secara hukum, Indonesia juga mengakui lima agama lainnya: Kristen, Katolik, Buddha, Hindu, dan Konghucu.

Setelah mengumpulkan tanggapan kuesioner dari 1.147 responden dengan latar belakang agama yang berbeda di Indonesia, penelitian ini memastikan bahwa nilai-nilai agama secara positif dan signifikan berpengaruh terhadap persepsi pentingnya penerapan WFB.

Tentang riset

Penelitian ini membingkai karakteristik unik orang Indonesia yang religius untuk menjelaskan preferensi mereka dalam memiliki keseimbangan untuk pekerjaan dan keluarga.

Nilai-nilai agama dipilih sebagai variabel yang difokuskan mengikuti berbagai hasil survei yang menyatakan bahwa orang Indonesia sangat religius.

Studi dari lembaga penelitian terkemuka seperti Pew Research Center, World Values Survey, dan Gallup menemukan sebagian besar (lebih dari 90%) orang Indonesia yang disurvei menyebutkan bahwa agama menjadi elemen penting bagi kehidupan mereka.

Membawa agama ke tempat kerja telah berkembang menjadi bahasan populer, sebagai tuntutan dari karyawan (yang religius) untuk membawa diri mereka yang utuh ketika bekerja.

Pada saat yang sama, semua ajaran agama di Indonesia juga menyoroti pentingnya menjalin hubungan yang baik dengan keluarga.

Hal ini tertera bagi umat Islam di dalam Al-Qur’an, bagi umat Kristiani dan Katolik di dalam Alkitab, bagi umat Buddha dalam Sigalovada Sutta yang berisikan kumpulan khotbah Buddha Gautama, bagi umat Hindu di Grihastha Ashrama, sebuah kitab yang membahas bagian dari tahapan kehidupan menurut kepercayaan Hindu dan bagi umat Konghucu dalam analek.

Studi ini menggunakan dua pertanyaan untuk mengukur bagaimana nilai-nilai agama mempengaruhi keseimbangan antara pekerjaan dan keluarga.

Pertanyaan-pertanyaan tersebut mencerminkan seberapa besar kehidupan responden didasarkan pada agama mereka dan seberapa pentingnya pencapaian keseimbangan antara pekerjaan dan keluarga bagi responden.

Hasil olah data menunjukkan bahwa semakin religius seseorang, semakin mereka berpikir bahwa keseimbangan pekerjaan-keluarga adalah elemen penting dalam karir mereka.

Agama: sebuah rem untuk menahan kerja berlebihan

Selain pengaruh langsung agama terhadap WFB, saya berpendapat bahwa agama juga secara tidak langsung mendorong individu untuk menerapkan WFB dalam karir mereka.

Misalnya, di antara faktor lain yang menjelaskan pentingnya WFB adalah melakukan tanggung jawab sebagai orang tua dan rasa cinta kepada keluarga.

Ketika agama meresap ke dalam pola pikir dan perilaku individu, maka masuk akal untuk juga mengharapkan bahwa rasa tanggung jawab dan rasa cinta kepada keluarga di dalam benak individu tersebut dipengaruhi oleh agama.

Lebih jauh lagi, konsep kehidupan setelah kematian yang diajarkan agama semestinya membentuk pola pikir individu religius, bahwa kehidupan setelah kematian, jauh lebih penting dibandingkan kehidupan saat ini.

Oleh karena itu, menjadi tidak masuk akal bagi mereka untuk terlalu berorientasi pada pekerjaan (kehidupan saat ini) sehingga mengorbankan keluarga (yang lebih berarti untuk kehidupan setelah kematian).

Karena hasil survei mengungkapkan bahwa karyawan dari berbagai generasi menilai pentingnya memiliki keseimbangan pekerjaan-keluarga (dengan nilai yang sangat tinggi, di atas 90%), manajer perlu memastikan bahwa tuntutan pekerjaan tidak menghalangi karyawan untuk merawat hubungan baik mereka dengan keluarga.

Hasil riset ini juga mengisyaratkan bahwa orang Indonesia memang ingin membawa agama mereka ketika bekerja. Tempat kerja yang akomodatif untuk ekspresi keagamaan dapat menjadi salah satu fondasi yang baik dalam membangun hubungan harmonis antara karyawan dan pemberi kerja.

Terakhir namun tak kalah penting, mengingat keseimbangan antara kerja dan keluarga adalah manifestasi dari praktik keagamaan, kegagalan untuk mengakomodasi keseimbangan tersebut secara inheren menyalahi preferensi pribadi karyawan dan juga agama mereka.

Persepsi berbeda antar-generasi

Korelasi tertinggi antara religiusitas dan pentingnya WFB ditemukan pada generasi Baby Boomer (dengan usia antara 57 hingga 75 tahun), diikuti oleh generasi Y (25 – 40 tahun), dan terakhir, generasi X (usia antara 41 dan 56 tahun) dan Z (berusia hingga 24 tahun).

Tahapan karir yang dialami setiap generasi dapat menjelaskan hasil yang berbeda ini.

Kelompok yang paling tidak dipengaruhi oleh agama dalam menilai pentingnya keseimbangan pekerjaan-keluarga adalah generasi Z dan X.

Kedua generasi tersebut saat ini sedang mengalami perubahan ekonomi yang drastis. Sebuah konsepsi umum menyatakan bahwa kondisi keuangan individu mempengaruhi tingkat religiusitas: semakin maju ekonomi seseorang, semakin jauh individu tersebut dari agama.

Bagi generasi Z, bekerja merupakan pengalaman baru saat mereka mendapatkan gaji pertama, beralih status dari anggota keluarga yang menjadi tanggungan ke status pekerja muda yang mandiri.

Sementara itu, setelah bekerja selama beberapa waktu, generasi X umumnya akan mengalami lonjakan jabatan dan insentif ekonomi. Penjelasan tersebut juga menjelaskan sikap generasi Y. Generasi Y telah melewati euforia masa-masa awal menerima gaji sebagai individu yang produktif, tetapi belum sampai pada tahap melonjaknya tingkat finansial mereka.

Sedangkan sikap pada generasi baby boomer konsisten dengan banyak temuan penelitian, semakin tua seseorang, semakin banyak mereka akan merujuk kepada agama dalam mengambil keputusan hidup (termasuk untuk karir mereka).(*)


The Conversation

Tags: #Indonesia#pandangan#psikologi
Share42SendShare

Related Posts

Pidato Lengkap Jefri Gultom di Dies Natalis GMKI ke-74: Bangkit Ditengah Pergumulan

26/02/2024

Bangkit Ditengah Pergumulan Pidato 74 tahun GMKI Jefri Edi Irawan Gultom Para peletak sejarah selalu berpegang pada prinsip ini, ‘’perjalanan...

Pewaris Opera Batak

11/07/2023

Oleh: Thompson Hs* PIRAMIDA.ID- Tahun 2016 saya menerima Anugerah Kebudayaan dari Kemdikbud (sekarang Kemendikbudristek) Republik Indonesia di kategori Pelestari. Sederhananya,...

Mengapa Membahas Masa Depan Guru “Dianggap” Tidak Menarik?

01/05/2023

Oleh: Agi Julianto Martuah Purba PIRAMIDA.ID- “Mengapa sejauh ini kampus kita tidak mengadakan seminar tentang tantangan dan strategi profesi guru di...

Membangun Demokrasi: Merawat Partisipasi Perempuan di Bidang Politik

14/04/2023

Oleh: Anggith Sabarofek* PIRAMIDA.ID- Demokrasi, perempuan dan politik merupakan tiga unsur yang saling berkesinambungan satu dengan yang lain. Berbicara mengenai...

Dari Peristiwa Kanjuruhan Hingga Batalnya Indonesia Tuan Rumah Piala Dunia U-20

03/04/2023

Oleh: Edis Galingging* PIRAMIDA.ID- Dunia sepak bola tanah air sedang merasakan duka yang dalam. Kali ini, duka itu hadir bukan...

Prinsip-Prinsip Disiplin Kelas

02/04/2023

Oleh: Muhammad Muharram Azhari* PIRAMIDA.ID- Pengertian disiplin menurut Elizabeth Hurtock mengemukakan bahwa; Disiplin itu berasal dari kata "discipline", yaitu seseorang...

Load More

Tinggalkan KomentarBatalkan balasan

Terkini

Berita

Refleksi Hari Lahir Pancasila, Fawer Sihite: Kita Harus Dengarkan Hati Nurani Rakyat

01/06/2025
Berita

Kalah Sebagai Calon Ketua Umum, Fawer Sihite Pastikan Dukung Kepemimpinan Prima Surbakti dan Jessica Worouw di GMKI

28/05/2025
Berita

Aliansi Mahasiswa Siantar Se-Jabodetabek Akan Kepung Mabes Polri: Tuntut Penangkapan Wali Kota Wesli Silalahi

11/05/2025
Berita

Satgas Penertiban Kawasan Hutan (PKH): Penegakan Hukum atau Alibi Militerisasi Atas Nama Konservasi?

09/05/2025
Berita

Ketua Front Justice: Kepemimpinan Wesly Silalahi Dinilai Gagal, Siantar Mengarah ke Kemunduran dan Kota Gelap

07/05/2025
Berita

GMKI Cabang Bandar Lampung Ungkap Krisis Kepolisian di Daerah Lampung: “Kekuasaan Tanpa Kendali, Rakyat Tanpa Perlindungan”

01/05/2025

Populer

Berita

Refleksi Hari Lahir Pancasila, Fawer Sihite: Kita Harus Dengarkan Hati Nurani Rakyat

01/06/2025
Dunia

Sumber Air Bersih dan Air Minum di Arab Saudi

07/06/2020
Pojokan

Pesan Tersembunyi Ki Narto Sabdo Dalam Lagu Kelinci Ucul

23/09/2020
ilustrasi/getty images
Pojokan

Sejarah Tai

03/08/2020
Pojokan

Aku dan Sejuta Masalah Hidupku

17/06/2021
Berita

Kritik Sastra: Pengertian, Fungsi, Manfaat dan Pendekatan

14/11/2022
  • Tentang Kami
  • Redaksi
  • Pedoman
  • Terms
  • Policy

© 2020-2024 Piramida ID

rotasi barak berita hari ini danau toba

No Result
View All Result
  • Kabar Desa
  • Dunia
  • Ekologi
  • Dialektika
  • Sopolitika
  • Sorot Publik
  • Lainnya
    • Ekosospolbud
    • Pojokan
    • Sains
    • Spiritualitas

© 2020-2024 Piramida ID

rotasi barak berita hari ini danau toba