Piramida.id
  • Tentang Kami
  • Redaksi
  • Pedoman
  • Terms
  • Policy
Senin, Juli 7, 2025
  • Kabar Desa
  • Dunia
  • Ekologi
  • Dialektika
  • Sopolitika
  • Sorot Publik
  • Lainnya
    • Ekosospolbud
    • Pojokan
    • Sains
    • Spiritualitas
No Result
View All Result
  • Kabar Desa
  • Dunia
  • Ekologi
  • Dialektika
  • Sopolitika
  • Sorot Publik
  • Lainnya
    • Ekosospolbud
    • Pojokan
    • Sains
    • Spiritualitas
No Result
View All Result
Piramida.id
  • Berita
  • Dialektika
  • Dunia
  • Edukasi
  • Ekologi
  • Ekosospolbud
  • Kabar Desa
  • Pojokan
  • Sains
  • Sopolitika
  • Sorot Publik
  • Spiritualitas
Home Dialektika

Pandemic Fatigue, Kelelahan Tak Berujung Membuat Orang Tidak Peduli

by Redaksi
28/06/2021
in Dialektika
100
SHARES
716
VIEWS
Bagikan ke FacebookBagikan ke WhatsappBagikan ke Telegram

PIRAMIDA.ID- Dalam sepekan belakangan, media massa dan media sosial di Indonesia dibuat heboh oleh pernyataan seorang epidemiologis yang mengatakan bahwa dalam masa pandemi ini masyarakat telah mencapai herd stupidity, alih-alih herd immunity.

Pandu Riono, epidemiolog itu, dengan geram mengatakan bahwa lonjakan kasus COVID-19 saat ini tidak hanya terjadi akibat karakter virus, tetapi juga perilaku manusia. Ia mencontohkan perilaku ini datang dari pejabat yang meremehkan pandemi, dan masyarakat yang mengabaikan protokol kesehatan (prokes).

Bahkan hingga saat ini, masih banyak masyarakat yang mempertanyakan apakah COVID-19 itu benar ada atau “cuma di tipi-tipi.” Pengalaman ini pernah dirasakan Hendra, 38, wartawan media di ibu kota saat ia berkunjung ke Cianjur, Jawa Barat, untuk menengok beberapa hewan peliharaannya.

“Waktu itu saya jaga jarak, pakai masker, orang-orang malah ngetawain, ngapain pakai masker? Memang Covid beneran ada ya?” ujar Hendra kepada DW Indonesia.

Belakangan, karena semakin sering mendengar raungan sirene ambulans di dekat rumahnya, Hendra kian rutin menasihati keluarga dan teman-temannya untuk tidak lengah, tetap ikuti prokes, dan menjaga jarak. Namun banyak yang semakin menyangkal. Adu argumen di media sosial dan saling sindir pun tidak terhindarkan.

Merasa buntu dan tidak lagi peduli

Pandemi yang telah berjalan selama kurang lebih 18 bulan memang membuat masyarakat kelelahan. Ini lantas memicu orang untuk bersikap pasrah dan masa bodoh dengan protokol kesehatan, demikian disampaikan sejumlah pakar.

Berdasarkan data penelitian Satgas COVID-19, dari September hingga Desember 2020 persentase kepatuhan masyarakat memakai masker turun hingga 28%. Tak hanya itu, kepatuhan menjaga jarak juga ikut turun sampai 20,6%. Padahal, apabila 70% masyarakat memakai masker, tingkat penularan COVID-19 bisa dihentikan.

Akibatnya, tingkat infeksi pun naik. Hingga Kamis (24/06), berdasarkan data Satgas COVID-19, angka infeksi harian di Indonesia kembali mencetak rekor tertinggi dengan penambahan 20.574 kasus dalam 24 jam terakhir, menjadikan angka konfirmasi positif sebanyak 2.053.995 kasus.

Psikolog dan konsultan dari Wesmira Psychological & Consultancy Services, Wesmira Parastuti Mia, mengatakan lamanya pandemi yang tak kunjung usai bisa membuat orang kelelahan, menurutnya ini manusiawi dan alami terjadi pada setiap orang.

“Orang dalam level fatigue ini biasanya sangat lelah dan merasa dia tidak memiliki lagi solusi atau pemecahan yang bisa dia jalankan. Dia sudah buntu sehingga dia merasa bodo amat apa pun risikonya tidak peduli lagi karena dia sudah berada di level kelelahan, apa yang bisa dia lakukan sekarang ya dia lakukan sekarang, tidak memandang konsekuensinya nanti seperti apa,” ujar Wesmira kepada DW Indonesia, Kamis (24/06).

Badan Kesehatan Dunia atau WHO sendiri mengatakan pandemic fatigue atau kelelahan akibat pandemi adalah respon yang bisa diharapkan dan alami timbul dari krisis kesehatan masyarakat yang berkepanjangan ini. Tingkat keparahan dan skala pandemi COVID-19 telah membuat pemerintah di seluruh dunia menyerukan dilakukannya penerapan tindakan invasif dengan dampak yang belum pernah terjadi pada kehidupan sehari-hari semua orang, termasuk mereka yang belum terkena dampak langsung oleh virus itu sendiri.

Pandemic fatigue: faktor ekonomi dan lingkungan juga berperan

Wesmira mengatakan ada faktor lain yang membuat seseorang mengabaikan prokes, selain karena kelelahan mental yang sudah maksimal. Menurut dia, orang yang tidak punya kesempatan mencari nafkah selain harus pergi ke luar rumah memiliki kesempatan lebih besar untuk cepat lelah dan mengalami gejala pandemic fatigue ketimbang orang yang bisa bekerja dari rumah.

“Mereka tidak punya pilihan lagi selain mencari uang di luar sehingga terpaksa untuk ke luar rumah,” ujar Wesmira.

Faktor lainnya adalah lingkungan sekitar, seperti orang yang punya kendaraan pribadi dengan orang yang harus naik kendaraan umum. Buat mereka yang harus naik kendaraan umum untuk bekerja, kesempatan terpaparnya lebih besar juga, ujar Wesmira.

Tidak cuma publik, petugas kesehatan juga lelah

Namun rendahnya kepatuhan terhadap protokol kesehatan telah membuat laju infeksi kembali meningkat. Para tenaga kesehatan (nakes) pun kewalahan menghadapi lonjakan pasien.

Kelelahan ini juga dinyatakan oleh Dokter Rini Aryani, dari Rumah Sakit Islam Sunan Kudus, Kabupaten Kudus, Jawa Tengah. Kepada DW Indonesia, dr. Rini menyatakan di tempatnya bekerja, setiap hari ia bisa menghadapi hingga 8 orang yang meninggal.

DW Indonesia bertanya tentang kondisinya dan apakah dr. Rini baik-baik saja? “Alhamdulillah, tapi emosi terus. Orang pada minta belas kasihan sama kita tapi ga kasihan sama kita. Padahal tenaga terbatas tempat juga tidak ada,” jawab dia.

Namun yang dirasa membuatnya geram adalah bahwa masih tetap saja ada keluarga pasien yang mengira bahwa seorang pasien sengaja dinyatakan positif COVID-19, atau dicovidkan. “Kita sudah capek kerja keras selamatin nyawa tapi keluarga pasien masih mengira kita mencovidkan,” ujar dokter Rini.

“Sebel banget, marah rasanya, kita dibilang tidak memanusiakan jika mereka kehabisan tempat (untuk isolasi) padahal tempat juga ga ada. Terkadang jadi terbawa emosi, ya ikut marah, nangis di belakang ruangan semua pernah.”

Ia menggambarkan banyak warga yang sakit menolak dites karena takut bila hasil tes mereka positif. Padahal menurutnya “Early testing, early treatment itu lebih baik daripada telat. Pandemi ini tugas bersama bukan hanya tugas nakes, RS, atau puskesmas.”

Jumlah korban meninggal dari para tenaga kesehatan juga diketahui terus bertambah. Data dari Pusara Digital situslaporcovid19.org  menyatakan bahwa hingga 24 Juni 2021, setidaknya 978 tenaga kesehatan telah meninggal dunia terkait COVID-19.

Cenderung hindari kenyataan

Rosdiana Setyaningrum, psikolog dan Direktur di MS School & Wellbeing Center dan Discovery Zone Therapy Centre, menilai kondisi masyarakat Indonesia masih belum dewasa baik dari sisi disiplin maupun penyelesaian masalah sehingga berpengaruh dalam tingkat pemikiran hipotesis.

Ia menjelaskan secara psikologis orang akan belajar dari pengalaman. Tingkat paling tinggi dari kemampuan berpikir itu, kata dia, adalah kemampuan hipotesis, dan mampu berpikir konkret sehingga harus jelas sebab dan akibatnya. Sayangnya, ia mengatakan, tidak semua orang bisa memiliki pemikiran hipotesis ini.

Selain itu, orang lebih banyak menghindar dari masalah, alih-alih menghadapinya. “Jadi daripada menghadapi masalah bingung mendingan tidak usah tahu sama sekali. Seperti tidak mau PCR karena takut ketahuan positif. Kalau ketahuan positif ‘kan harus lapor, isoman.”

“Ada lagi karakter yang bodo amat, sehingga lebih di kategorikan sebagai sociopath. Dia tidak peduli lingkungan sekitar, yang penting dirinya, perasaan orang lain itu buat mereka tidak real, bahkan sama keluarganya sendiri mereka tidak peduli,” kata Rosdiana.

Hal senada disampaikan Sosiolog dari Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah (UIN), Dzuriyatun Toyibah. Menurutnya, saat ini masyarakat lebih memilih hal yang menurut mereka enak untuk dijalani ketimbang memilih yang benar. Hal ini diperparah dengan sikap pemerintah yang membuat masyarakat bingung atas apa yang harus dilakukan di masa pandemi ini.

Tanpa lelah terus mengingatkan

Lalu harus bagaimana menghadapi mereka yang tetap ngeyel tidak mau mengikuti protokol kesehatan? Mengingat sifat kompleks dari kelelahan akibat pandemi ini, WHO menyarankan rencana aksi multifaktorial agar tidak ada bagian dari masyarakat yang merasa ditinggalkan.

Hal ini antara lain termasuk memahami orang lain, mengakui dan mengatasi kesulitan yang dialami orang dan dampak besar pandemi terhadap kehidupan mereka, serta bersikap sekonsisten mungkin dalam bertindak dan menyampaikan pesan.

Bagi Hendra, wartawan yang tinggal di Jakarta, dia bertekad untuk terus mengingatkan orang-orang di sekitarnya. “Biar aja dia ngeyel, yang penting kita terus ingetin.”

Namun bagi kebanyakan orang yang sudah merasa lelah untuk menegur tapi geram, psikolog Wesmira Parastuti Mia dari Wesmira Psychological & Consultancy Services mengatakan agar tiap orang bisa menahan diri.

“Tarik nafas, menerima bahwa tidak semua orang memang bisa dikasih tahu untuk taat aturan. Kalau mau menegur/kasih tahu pihak yang lebih berwenang untuk menegur, silakan dilakukan.”(*)


DW Indonesia

Tags: #herdimmunity#kepatuhan#pandemifatique
Share40SendShare

Related Posts

Pidato Lengkap Jefri Gultom di Dies Natalis GMKI ke-74: Bangkit Ditengah Pergumulan

26/02/2024

Bangkit Ditengah Pergumulan Pidato 74 tahun GMKI Jefri Edi Irawan Gultom Para peletak sejarah selalu berpegang pada prinsip ini, ‘’perjalanan...

Pewaris Opera Batak

11/07/2023

Oleh: Thompson Hs* PIRAMIDA.ID- Tahun 2016 saya menerima Anugerah Kebudayaan dari Kemdikbud (sekarang Kemendikbudristek) Republik Indonesia di kategori Pelestari. Sederhananya,...

Mengapa Membahas Masa Depan Guru “Dianggap” Tidak Menarik?

01/05/2023

Oleh: Agi Julianto Martuah Purba PIRAMIDA.ID- “Mengapa sejauh ini kampus kita tidak mengadakan seminar tentang tantangan dan strategi profesi guru di...

Membangun Demokrasi: Merawat Partisipasi Perempuan di Bidang Politik

14/04/2023

Oleh: Anggith Sabarofek* PIRAMIDA.ID- Demokrasi, perempuan dan politik merupakan tiga unsur yang saling berkesinambungan satu dengan yang lain. Berbicara mengenai...

Dari Peristiwa Kanjuruhan Hingga Batalnya Indonesia Tuan Rumah Piala Dunia U-20

03/04/2023

Oleh: Edis Galingging* PIRAMIDA.ID- Dunia sepak bola tanah air sedang merasakan duka yang dalam. Kali ini, duka itu hadir bukan...

Prinsip-Prinsip Disiplin Kelas

02/04/2023

Oleh: Muhammad Muharram Azhari* PIRAMIDA.ID- Pengertian disiplin menurut Elizabeth Hurtock mengemukakan bahwa; Disiplin itu berasal dari kata "discipline", yaitu seseorang...

Load More

Tinggalkan KomentarBatalkan balasan

Terkini

Berita

Dugaan Fee Proyek, Ketua ILAJ Minta KPK Pantau Bagi-Bagi Proyek di Kota Siantar

04/07/2025
Berita

Robot Polri Tuai Kritik Netizen, Fawer Sihite: Inovasi Harus Disambut Baik, Tapi Polri Perlu Bangun Instrumen Komunikasi yang Efektif

30/06/2025
Berita

Tokoh Cipayung Plus Gabung Golkar Lewat AMPI, Jefri Gultom: Politik Adalah Etika untuk Melayani

28/06/2025
Berita

Tokoh Cipayung Plus Login Golkar Pada HUT AMPI, Bahlil Lahadalia : Adik-Adik Saya Sudah di Jalan Yang Benar

28/06/2025
Berita

IRKI Nilai Tafsir UU Tipikor atas Pedagang Pecel Lele Menyesatkan

22/06/2025
Dunia

Perang Israel-Iran Menunjukkan Pentingnya STEM, Fawer Sihite: Dukung Sikap Presiden Prabowo

22/06/2025

Populer

Berita

Dugaan Fee Proyek, Ketua ILAJ Minta KPK Pantau Bagi-Bagi Proyek di Kota Siantar

04/07/2025
Berita

Resmi Sertijab, Ini Struktur PP GMKI 2022-2024

01/02/2023
Berita

Robot Polri Tuai Kritik Netizen, Fawer Sihite: Inovasi Harus Disambut Baik, Tapi Polri Perlu Bangun Instrumen Komunikasi yang Efektif

30/06/2025
Edukasi

Keterbatasan Jumlah Guru Terampil

09/12/2021
Berita

Tokoh Cipayung Plus Login Golkar Pada HUT AMPI, Bahlil Lahadalia : Adik-Adik Saya Sudah di Jalan Yang Benar

28/06/2025
Berita

IRKI Nilai Tafsir UU Tipikor atas Pedagang Pecel Lele Menyesatkan

22/06/2025
  • Tentang Kami
  • Redaksi
  • Pedoman
  • Terms
  • Policy

© 2020-2024 Piramida ID

rotasi barak berita hari ini danau toba

No Result
View All Result
  • Kabar Desa
  • Dunia
  • Ekologi
  • Dialektika
  • Sopolitika
  • Sorot Publik
  • Lainnya
    • Ekosospolbud
    • Pojokan
    • Sains
    • Spiritualitas

© 2020-2024 Piramida ID

rotasi barak berita hari ini danau toba