Oleh: Gabriel Hasintongan Hutagalung*
PIRAMIDA.ID- Berbicara tentang media sosial popular di Indonesia, secara tidak langsung kita juga akan berbicara tentang dampak dari fenomena ini. Media sosial adalah sebuah media online, dengan para penggunanya bisa dengan mudah berpartisipasi, berbagi, dan menciptakan isi meliputi blog, jejaring sosial, wiki, forum dan dunia virtual.
Blog, jejaring sosial yang merupakan situs di mana jejaring sosial merupakan situs di mana setiap orang bisa membuat web page pribadi, kemudian terhubung dengan teman-teman untuk berbagi informasi dan berkomunikasi.
Jejaring sosial terbesar antara lain Facebook, Myspace, WhatsApp, YouTube, dan Twitter. Jika media tradisional menggunakan media cetak dan media broadcast, maka media sosial menggunakan internet. Media sosial mengajak siapa saja yang tertarik untuk berpertisipasi dengan memberi kontribusi dan feedback secara terbuka, memberi komentar, serta membagi informasi dalam waktu yang cepat dan tak terbatas.
Akan tetapi pengunaan media sosial kini sangat berpengaruh dalam pembentukan mental dan karakter seseorang terkhusus remaja karena dampak yang dilahirkan media sosial di mana masa remaja menunjukkan dengan jelas sifat transisi atau peralihan karena remaja belum memperoleh status dewasa dan tidak lagi memiliki status anak.
Hal ini ditunjukkan dengan perilaku remaja saat ini yang mengalami perubahan sosial. Perubahan sosial berkaitan dengan perubahan perilaku, hubungan sosial, lembaga dan struktur sosial pada waktu tertentu.
Di samping dampak positif media sosial banyak juga dampak negatif yang cenderung lebih mempengaruhi kehidupan remaja di mana dengan adanya media sosial, terjadi pergeseran budaya di kalangan remaja. Sebagai contoh mereka tidak segan-segan mengunggah segala kegiatan pribadinya melalui media sosial. Para remaja cukup terbuka di media sosial dalam menunjukkan identitas mereka.
Hal ini ditunjukkan dengan keterbukaan diri mereka melalui keinginan mereka untuk eksis dengan mengupload kegiatan yang sedang mereka lakukan (baik melalui foto ataupun status) dan mengungkapkan permasalahan pribadi di media sosial.
Media sosial saat ini kebanyakan dipenuhi dengan konten-konten yang toxic atau merujuk pada sifat atau perbuatan yang mengganggu atau merugikan orang lain yang disukai remaja terbukti dari banyak nya viewers dalam postingan konten creator.
Media sosial juga dampak negatif bisa dalam bentuk terganggunya kegiatan belajar, perubahan perilaku sosial, bahaya kejahatan seperti penipuan, penculikan, prostitusi, pembajakan akun media sosial, serta perubahan dalam pola komunikasi dalam keluarga.
Akan tetapi dampak negatif media dapat diperkecil melalui peran orang tua remaja tersebut dengan cara seperti:
1. Terapkan aturan usia menggunakan media sosial
Beberapa media sosial, seperti Twitter, Facebook dan Instagram, memberlakukan aturan usia minimal 13 tahun untuk membuat akun. Beri tahu anak Anda bahwa pembatasan usia ini dilakukan untuk mencegah hal buruk terjadi pada mereka.Selain itu, temani saat anak saat sedang mengakses media sosial. Dengan begitu, Anda bisa mengetahui apa yang dilakukan anak di media sosial.
2. Perhatikan aktivitas anak di media sosial
Minta anak memperlihatkan aktivitas yang dilakukannya di media sosial. Ketika tampak kalimat, gambar, atau video yang tidak baik, berikan saran untuk segera melaporkan hal tersebut pada pihak media sosial dan Anda selaku orang tua.
Sebab faktanya, masih banyak anak dan remaja yang segan melaporkan bully tersebut pada orang tua. Sebuah studi mengungkap, lebih dari setengah anak dan remaja mengalami pelecehan melalui media sosial atau aplikasi digital lainnya.
3. Batasi waktu mengakses ponsel dan atur penempatan komputer
Tidak hanya waktu menonton televisi atau main game yang harus dibatasi, waktu mengakses internet melalui ponsel juga perlu dibatasi. Berikan mereka aturan dalam menggunakan media sosial, misalnya 1 sampai 2 jam setelah selesai mengerjakan tugas sekolah. Jika media sosial diakses melalui perangkat komputer, maka tempatkan di lokasi yang mudah diamati oleh orang tua.
4. Pengaturan privasi dan program pengawasan khusus
Tiap media sosial memiliki fitur privasi yang dapat disesuaikan. Mintalah anak untuk mengatur fitur tersebut sesuai dengan keinginan Anda. Hal ini bertujuan untuk melindungi anak dari hal-hal negatif, serta melindungi akun media sosial mereka dari pencurian identitas.
Orang tua juga dapat menggunakan software atau perangkat lunak yang dapat menjadi pengawas anak dalam mengakses media sosial, termasuk memantau kata-kata yang diketik, konten gambar yang dibagikan, serta aktivitas-aktivitas lain.
5. Berikan contoh yang baik
Sering kali anak dan remaja, menguasai perangkat teknologi jauh lebih cepat dibandingkan orang tuanya. Meski demikian, orang tua sebaiknya tetap mencoba untuk mencari tahu dan mempelajari aktivitas yang dilakukan oleh anak. Jika orang tua tidak asing lagi menggunakan media sosial, berikan contoh yang baik pada anak. Hindari menuliskan atau berbagi sesuatu yang tidak pantas.
Media sosial merupakan bagian dari perkembangan teknologi yang sulit untuk dibendung. Maka dari itu, para orang tua tidak boleh bersikap acuh dan mulailah menetapkan aturan agar anak tetap aman dalam menggunakan media sosial.
Harapan penulis semoga bermanfaat bagi pembaca yang memiliki anak atau saudara yang masih berstatus remaja supaya tidak sampai terjerumus dalam dampak negatif media sosial.(*)
Penulis merupakan mahasiswa Universitas Jambi (UNJA).