Arya Widihatmaka*
PIRAMIDA.ID- Meski idealisme saya telah meninggalkan dogma akan tetapi pengalaman saya dengan mistisisme tetap saya anggap hal berguna. Saya punya banyak pengalaman yang tidak bisa dijabarkan oleh sains (karena tidak logis), meski seorang skeptis kuat sekalipun tidak akan menafikan hal itu dalam diri saya karena pengalaman saya dulu begitu nyata, dan saya sadar betul akan apa yang saya alami dan selalu cek kemungkinan akan adanya ketertipuan.
Mistisisme memang yang terdepan dalam pengukuhan suatu dogma meski tidak setiap orang beragama sedia menerima mistisisme, atau pura-pura saja menolak atau tidak tahu, padahal bawah sadar mereka menganut mistsisme versi dari suatu dogma.
Terlepas apakah ada kaitan antara dimensi supernatural dan formula mistisisme kenyataannya hal mistik dialami juga banyak orang termasuk saya. Dari situ orang akan mengambil kesimpulan yang kemudian membuat suatu respon terhadap kenyataan mistik. Ini mengandung variabel di mana model mistik yang dialami seseorang tidaklah sama, meski kadang juga ada kesamaannya. Yang jelas fenomena supernatural memang ada.
Kali ini saya tidak akan menceritakan kisah-kisah mistik yang pernah saya alami, akan tetapi inspirasi akan mistik yang menjadi timbul setelah saya meninggalkan dogma. Ya, saya akui, saya menjadi terobsesi dengan hal teknik bagaimana manusia mendapat jalan keluar dari problem dan tuntutan kehidupan alam materi.
Ini adalah mental sains. Mungkin akan terasa muluk atau omong kosong. Akan tetapi setidaknya ini adalah kemungkinan yang bisa terjadi meski data yang saya miliki dalam pengalaman kehidupan tidaklah selaras, yaitu dari mistik ke sains dan teknologi.
Memang, ini bukanlah soal filsafat kehidupan-saintifik, tetapi setidaknya kemungkinan inspirasi sebagaimana dulu manusia berimajinasi punya sayap seperti burung agar bisa terbang, tetapi kenyataannya manusia tidak bisa memiliki sayap dan berhasil membuat pesawat terbang sebagai sarana transportasi.
Ini hanya satu hal saja. yaitu teleportasi.
Saya memang terinspirasi dari film Star Trek kesayangan saya di mana dari situ kita ketahui adanya suatu alat pemindah barang dan makhluk hidup dari tempat ke tempat lain yang jauh. Alat itu tidak menggunakan pesawat tetapi malah seperti berkonsep seperti sihir di mana suatu obyek diurai dan dikirimkan ke koordinat tertentu dalam kondisi utuh lengkap.
Prinsip sihir dalam mistisisme sudah dikenal banyak orang. Dari suatu materi diubah menjadi energi dan dikirimkan pada tempat lain dalam kondisi utuh lengkap. Seperti, cerita legenda, kebiasaan orang-orang suku Dayak mengirim benda yang masuk dalam tubuh korban. Atau apa yang mereka sebut sebagai Kunyang, yaitu pencurian janin dari seorang perempuan dan ditransfer pada perempuan lain yang menghendakinya.
Secara teknologi kemungkinan ini sudah terbuka. Anda pengguna komputer pasti tidak asing dengan aplikasi WinRar atau WinZip. Itu adalah aplikasi kompresi dan dekompresi suatu file yang kemudian dikirim melalui media internet. Mulanya file dikompresi kemudian dikirim melalui internet kemudian si penerima melakukan dekompresi file itu tadi, lalu muncullah file dalam keadaan utuh lengkap.
Bila teori-teori quantum sudah sempurna maka teleportasi versi teknologi Star Trek sangat mungkin. Karena prinsipnya sudah umum diketahui.
Anak SD pun sudah diberi pemahaman bila energi bisa diubah, dari benda padat seperti kayu diubah menjadi energi berupa api, dari api ini bisa digunakan menggerakkan suatu perangkat atau memproses sesuatu yang lain dan hasil proses itu akan digunakan selanjutnya, maka energi memiliki perubahan yang bisa kita kenali.
Teknologi komputer kita sudah cukup maju, ini terbukti dengan superkomputer manusia bisa menganalisa perilaku quantum elemen-elemen alam semesta, demikian juga dengan superkomputer manusia bisa melihat obyek-obyek semesta dengan jelas padahal obyek itu memiliki ribuan tahun cahaya jaraknya dari bumi. Teknologi komputer memiliki perkembangan paling cepat dibanding yang lain. Ini suatu kekuatan yang bisa mendukung eksplorasi alam berjalan lebih cepat, bahkan bisa dikatakan seperti bilangan berpangkat tentang kecepatannya bila dihitung sejarah perkebangan sains dan teknologi.
Kenapa sangat mungkin?
Belumkah Anda perhatikan bahwa segala hal mistisisme bermula dari sastra. Anda tahu apa itu sastra, jadi tidak perlu dibahas di sini. Kita perhatikan bahwa mistisisme memiliki akar pada sastra, baik literatur sebagai dalil (argumen) hingga pada tekniknya semua berakar pada sastra. Ya, mistik juga melibatkan inisiasi dari para pemimpin suatu ajaran, tetapi para pemimpin itu sendiri tetap mengambil dari naskah dogma itu sendiri yang berbasik sastra.
Apakah sastra termasuk suatu misteri. Saya jawab mungkin. Saya yang sudah tidak menyukai dogma mengatakan bahwa sastra adalah hal yang menjengkelkan. Kenapa menjengkelkan ? Sebab sastra mudah terhubung dengan suasana psikologi orang yang terlibat di dalamnya. Kebanyakan sastra menggunakan bentuk komunikasi searah yang menakut-nakuti orang pembaca atau pendengarnya. Padahal bisa saja seumpama saya sebagai sastrawan malah tertawa dengan ketakutan para audiensi.
Seolah ada kadar keterkaitan antara gejala psikologi antara suatu sastra dan audiensi meski tidak semua orang mudah tersugesti oleh suatu sastra. Kadang saya menganggap bila sastra memang memiliki kekuatan aneh. Misal, Anda pernah punya kekasih seorang gadis.
Kemudian dia menulis suatu puisi Anda akan merasa merana dengan membaca puisinya padahal dia tidak bermaksud kepada Anda, bahkan puisinya itu juga bukan tentang cinta. Atau mungkin Anda membaca suatu karya sastra dari seseorang yang tidak Anda kenal atau sukai, tetapi tulisan sastranya itu membawa Anda pada suatu gejolak emosi tertentu.
Konon sastra bentuk bahasa jiwa. Entah benar atau tidak saya tidak peduli. Saya di sini hanya ingin mengatakan bila sastra memang memiliki daya yang aneh meski itu sebenarnya hal yang lemah, karena bisa saja ditolak dengan mudah dalam pikiran kalau perlu kita memukuli para pembaca puisi itu secara langung agar turun dari panggung.
Kembali pada bahasan yang saya maksudkan. Coba Anda pikirkan, bagaimana sastra yang lemah itu bisa menghasilkan power seperti sihir. Saya sengaja menggunakan kata sihir untuk meringkas definisi, meski tidak semua hal supernatural orang mau mengakui itu sebagai sihir, kadang disebut juga karamah, keajaiban, atau mukjizat. Sihir di sini mewakili definisi secara umum sebagaimana kebiasaan kaum liberal dan seniman.
Dalam praktik mengakses supernatural selalu melibatkan sastra, seperti mantra, wirid, hizib, atau suatu bacaan yang panjang.
Saya pernah mengalami fenomena yang benar-benar sihir di mana terlihat oleh mata kepala saya gumpalan-gumpalan cahaya sangat terang, cahaya-cahaya sebesar telur angsa hendak menghantam tubuh kakak saya. Dia hanya bisa merasakan keanehan dan meloncat-loncat sehingga selamat dari sihir itu. Peristiwa itu berbuntut panjang hingga perselisihan di kantor ayah saya.
Dan orang yang berniat menyihir ayah saya serta dukun sihir itu sendiri mengakui perbuatannya dengan sesumbar memang ingin menghancurkan kehidupan di keluarga kami.
Nah, sampai tingkat ini sihir sebagai produk dari aktivitas yang menggunakan sastra. Saya setelah remaja sempat mencari banyak informasi praktik sihir yang seperti itu, dan ada orang yang memberitahukan tekniknya. Kesimpulannya masih menggunakan sastra.
Memang tidak diketahui secara pasti bagaimana kaitan antara sastra dan mekanisme atau terjadinya energi dari proses seperti itu. Yang jelas keterlibatan sastra tetap ada.
Baiklah, iya, itu pengalaman saya masih kecil dulu dan poin yang bisa kita ambil dari sini adalah adanya aktivitas energi berbasik sastra, baik yang lemah seperti puisi hingga yang kuat seperti sihir yang intinya memberi pengaruh pada orang lain.
Teknologi Quantum
Kalau sastra bisa sedemikian rupa padahal nilai spekulasinya sangat tinggi, kenapa yang akurat setelah melalui tahap ilmiah yang berat tidak bisa seperti sihir? Mestinya ini pertanyaan yang salah, atau setidaknya belum bisa terjawab saat ini. Saya katakan secara logis tentu saja sangat mungkin. Dengan asumsi:
Dengan komputer pemetaan struktur materi sangat detail sehingga proses kompresi – dekompresi teleportasi berbasik energi sangat mungkin dilakukan.
- Pengetahuan yang lengkap dan benar tentang quantum dan kosmologi menjadikan aktivitas teleportasi berbasik energi akan akurat;
- Elektromagnetik teknologi lebih kuat dan bisa disesuaikan dengan kebutuhan untuk melakukan teleportasi, karena lebih riil alam materi bukan alam psikologi seperti sihir;
- Sepenuhnya aktivitas antar alam materi.
Bisa muncul pertanyaan. Kapan teknologi teleportasi Star Trek bisa terealisasikan. Saya menduga beberapa dekade yang akan datang bisa terwujudkan meski itu akan bertahap dimulai dari teleprotasi benda non organisme, benda organisme, dan meningkat ke makhluk berkesadaran seperti hewan dan manusia. Itu juga akan memiliki tahapan kemampuan jarak yang bisa dilakukan dalam teleportasi.
Makna Filosofis
Ada beberapa kalangan memiliki anggapan bahwa teknologi canggih adalah pengejawantahan fenomena supernatural yang diilustrasikan oleh agama-agama. Secara umum boleh saja dikatakan seperti itu. Namun saya masih memiliki pikiran lain, bahwasanya alam yang ada di luar panca indra kita bukanlah alam yang ada di dalam batin kita. Jadi apa yang dikatakan dalam agama-agama lebih saya klasifikasikan sebagai alam kesadaran dalam diri manusia bukan alam di luar sana.
Jadi kemana manusia akan pergi?
Pertanyaan ini juga harus dipisahkan terlebih dahulu. Kalau kita bicara soal esoteris saya serahkan pada Anda, sebab, saya tidak ingin mencampuri keyakinan Anda. Boleh jadi Anda akan ke surga atau ber-reinkarnasi lagi, atau Anda kembali tiada memiliki kesadaran apapun karena dulunya (juga) tiada. Akan tetapi kalau kita bicara soal peradaban dan eksistensi manusia, maka mencari jalan agar manusia tetap eksis adalah suatu hal yang naluriah ketika dia masih hidup.
Dan itu hal yang positif. Maka apa yang diilustrasikan dalam film Star Trek termasuk bisa diterima sebagai gagasan yang baik dalam melanjutkan eksistensi manusia yang berevolusi dari primitif, modern, supramodern, dst, yang tentu saja akan menempati dimensi yang berbeda karena jangkauan kemampuan adaptasi dengan alam yang telah berekspansi ke dimensi yang lebih luas. Sedangkan teknologi-teknologi yang mengiringi hanyalah suatu sensasinya saja.(*)
Penulis merupakan seorang science enthusiast & trekker. Ulasan tulisannya dapat dibaca di suarasains.wixsite.com