Piramida.id
  • Tentang Kami
  • Redaksi
  • Pedoman
  • Terms
  • Policy
Senin, Juni 16, 2025
  • Kabar Desa
  • Dunia
  • Ekologi
  • Dialektika
  • Sopolitika
  • Sorot Publik
  • Lainnya
    • Ekosospolbud
    • Pojokan
    • Sains
    • Spiritualitas
No Result
View All Result
  • Kabar Desa
  • Dunia
  • Ekologi
  • Dialektika
  • Sopolitika
  • Sorot Publik
  • Lainnya
    • Ekosospolbud
    • Pojokan
    • Sains
    • Spiritualitas
No Result
View All Result
Piramida.id
  • Berita
  • Dialektika
  • Dunia
  • Edukasi
  • Ekologi
  • Ekosospolbud
  • Kabar Desa
  • Pojokan
  • Sains
  • Sopolitika
  • Sorot Publik
  • Spiritualitas
Home Dialektika

Insan Masinal?

by Redaksi
30/03/2022
in Dialektika
100
SHARES
714
VIEWS
Bagikan ke FacebookBagikan ke WhatsappBagikan ke Telegram

Oleh: Yusmar Yusuf*

PIRAMIDA.ID- Berhala baru itu bernama manusia. Dia seolah menciptakan segala sesuatu. Seakan manusia pula yang menciptakan manusia. Bahkan lebih ironi, agamalah yang membentuk manusia ujar Marx, sebagai derivasi ucapan Feurbach tentang manusia dan Tuhan.

Sementara itu, ilmu pengetahuan diandalkan  untuk mengungkap siapa manusia sebenarnya? Sama sekali belum berhasil menjawab pertanyaan ini. Tak heran jika keluar pernyataan dari Alexis Carrel tentang alam mikro yang diemban makhluk manusia berbunyi: “Derajat keterpisahan manusia dari dirinya, berbanding terbalik dengan perhatiannya yang demikian tinggi terhadap dunia yang ada di luar dirinya…,” dan bukan tanpa alasan ketika Carrel menyambung pernyataan ini bahwa manusia adalah “makhluk yang misterius”.

Pandangan Barat, bahwa manusia diciptakan oleh masyarakat, sementara masyarakat dengan segala dimensinya adalah hasil ciptaan dari serangkaian “mesin-mesin produksi”; saat ini dikenal sebagai fenomena masinal. Manusia sebagai sosok misterius yang amat spiritual itu seakan tercabut dari pangkal sumbu kejadiannya. Sebuah puisi tua Cina, menggambarkan kenyataan ini, lewat perumpamaan seorang kekasih yang meninggalkan cintanya sekaligus deni menghindari derita yang ditimbulkan oleh tatapan mata sang kekasih yang memukau. Lalu, dia mengganti kekasihnya itu dengan cara memuja-memuja mawar, lalu mabuklah dengan mawar.

Terputuslah segala keinginan; Dikit demi sedikit; Ketika bunga mawar bermekaran; Tangkai-tangkai sarat mekar mawar; Penuh sendu ku tatap dia;dan menjelmalah ia; wajah kekasih 

Dialektika-materialisme memandang manusia sebagai benda mati yang ada di tangan determinisme mesin-mesin pabrik. Lalu, kapitalisme menciptakan manusia menjadi “binatang ekonomi”. Katholik menganggap manusia sebagai bola mainan di tangan kekuatan gaib yang berkuasa (kehendak Tuhan). Sebaliknya, eksistensialisme datang dengan kuntum pikiran yang lebih ekstrim lagi: “manusia bukanlah makhluk ciptaan Tuhan, bukan pula ciptaan alam, bukan produk alat-alat produksi, tetapi manusia adalah “Tuhan yang menciptakan dirinya sendiri”.

Maka, elok ditelisik tentang kisah “api Ketuhanan” yang dalam mitologi Yunani kuno, yang diambil oleh Bramateus, kemudian dihadiahkannya kepada manusia dengan cara mencuri, ketika dewa-dewa lain sedang tertidur pulas. “Api Ketuhanan” itu lalu diabawanya ke bumi. Dan Bramateus pun memperoleh hukuman dengan siksaan keras dari dewan dewa-dewa, karena dengan “api Ketuhanan” itu pulalah manusia akan melumpuhkan kekuatan adi para dewa dan akan selalu melawan dan menentang kekuasaan para dewa.

Sejak itu, manusia berjarak dengan Tuhan. Sebaliknya agama-agama Timur seperti Zoroaster; manusia adalah kawan Tuhan sekaligus pendukung Ahuramazda, bahkan disebut-sebut manusia membantu Tuhan dalam peperangan besar untuk memenangkan kebaikan melawan Manyu (dewa angkara murka dan pasukannya). Demikian pula agama pantheisme logos seperti Hindu mengajarkan Tuhan, Manusia dan Cinta sama-sama membangun alam semesta demi mewujudkan alam dalam bentuk yang baru.

Dalam agama samawi “api Ketuhanan”, dikemukakan dalam bentuk Nur (cahaya, hikmah atau dakwah) dari langit yang dibawa oleh para utusan Allah kepada manusia untuk memecah dan terbebas dari kegelapan dunia demi menuju cahaya benderang. Dan, mengalirlah pertanyaan bergelombang tentang siapa kita.

Ada yang beranggapan bahwa manusia adalah makhluk asli. Memiliki substansi mandiri di antara makhluk fisik dan gaib. Manusia juga adalah makhluk yang memiliki kehendak bebas (sebuah iradah). Manusia sebagai ‘sebab awal yang mandiri’, terlibat dan bekerja dalam keterpaksaan alam (sunnatullah) untuk membangun sejarah. Lalu, manusia adalah makhluk yang sadar (berfikir) yang menjadi ciri menonjol dari sekian makhluk yang ada di muka bumi.

Elaborasi dari Blaise Pascal, seorang ilmuan fisika besar menyebutkan bahwa “manusia sebenarnya tak pernah menjadi sesuatu yang lain kecuali seonggok daging yang tak berarti, dan dengan hanya sekedar virus halus sudah cukup untuk membunuhnya. Namun, jika seluruh makhluk di dunia ini berusaha untuk mematikannya, ternyata dia lebih perkasa dari mereka. Kalau benda-benda yang ada di alam ini diancam oleh manusia, mereka tak menyadari ancaman itu, tapi bila hal itu dilakukan terhadap manusia, dia menyadarinya”. Di sini, kesadaran adalah elan vital dan lebih tinggi dari eksistensi.

Dan, manusia adalah makhluk yang sadar akan dirinya sendiri dengan menisbatkan budaya dalam kehidupannya. Dengan ini memungkinkan manusia mempelajari dirinya sendiri sebagai obyek yang terpisah dengan dirinya.

Selanjutnya, manusia digolongkan sebagai makhluk kreatif, yang mampu mengangkat dirinya sebagai makhluk yang sempurna. Dengan kreativitas ini pula membuat manusia memiliki kekuatan luar biasa, yang memungkinkan dirinya menembus batas fisik dan memberinya capaian-capaian agung dan tanpa batas. Kreativitas ini pula yang melayani kehendak manusia menciptakan alat-alat di awal peradabannya dan mencapai puncaknya dengan teknologi canggih terkini.

Manusia, lalu digolongkan sebagai makhluk yang punya cita-cita serta merindukan sesuatu yang ideal. Dari sini manusia mengenal batas tak menerima atas “apa yang ada”, tetapi mengubahnya menjadi “apa yang seharusnya”. Makanya manusia senantiasa berteknologi. Selanjutnya manusia adalah makhluk moral, tentang pentingnya nilai-nilai; etos, cara kerja, tertib dan tatanan, bukan semata keuntungan. Analogi kesempurnaan capaian peradaban manusia, telah dicapai saat ini dan manusia mengakui itu, sebab, dia sendiri mengaku bahwa capaian puncak ini pula awal dari kehancuran peradabannya.(*)


Prof Yusmar Yusuf merupakan Budayawan Riau. Menulis artikel budaya dan seni di berbagai media. Tulisan ini merupakan republikasi dari Pojok Seni.

Tags: #manusia#refleksi#yusmaryusuf
Share40SendShare

Related Posts

Pidato Lengkap Jefri Gultom di Dies Natalis GMKI ke-74: Bangkit Ditengah Pergumulan

26/02/2024

Bangkit Ditengah Pergumulan Pidato 74 tahun GMKI Jefri Edi Irawan Gultom Para peletak sejarah selalu berpegang pada prinsip ini, ‘’perjalanan...

Pewaris Opera Batak

11/07/2023

Oleh: Thompson Hs* PIRAMIDA.ID- Tahun 2016 saya menerima Anugerah Kebudayaan dari Kemdikbud (sekarang Kemendikbudristek) Republik Indonesia di kategori Pelestari. Sederhananya,...

Mengapa Membahas Masa Depan Guru “Dianggap” Tidak Menarik?

01/05/2023

Oleh: Agi Julianto Martuah Purba PIRAMIDA.ID- “Mengapa sejauh ini kampus kita tidak mengadakan seminar tentang tantangan dan strategi profesi guru di...

Membangun Demokrasi: Merawat Partisipasi Perempuan di Bidang Politik

14/04/2023

Oleh: Anggith Sabarofek* PIRAMIDA.ID- Demokrasi, perempuan dan politik merupakan tiga unsur yang saling berkesinambungan satu dengan yang lain. Berbicara mengenai...

Dari Peristiwa Kanjuruhan Hingga Batalnya Indonesia Tuan Rumah Piala Dunia U-20

03/04/2023

Oleh: Edis Galingging* PIRAMIDA.ID- Dunia sepak bola tanah air sedang merasakan duka yang dalam. Kali ini, duka itu hadir bukan...

Prinsip-Prinsip Disiplin Kelas

02/04/2023

Oleh: Muhammad Muharram Azhari* PIRAMIDA.ID- Pengertian disiplin menurut Elizabeth Hurtock mengemukakan bahwa; Disiplin itu berasal dari kata "discipline", yaitu seseorang...

Load More

Tinggalkan KomentarBatalkan balasan

Terkini

Berita

Refleksi Hari Lahir Pancasila, Fawer Sihite: Kita Harus Dengarkan Hati Nurani Rakyat

01/06/2025
Berita

Kalah Sebagai Calon Ketua Umum, Fawer Sihite Pastikan Dukung Kepemimpinan Prima Surbakti dan Jessica Worouw di GMKI

28/05/2025
Berita

Aliansi Mahasiswa Siantar Se-Jabodetabek Akan Kepung Mabes Polri: Tuntut Penangkapan Wali Kota Wesli Silalahi

11/05/2025
Berita

Satgas Penertiban Kawasan Hutan (PKH): Penegakan Hukum atau Alibi Militerisasi Atas Nama Konservasi?

09/05/2025
Berita

Ketua Front Justice: Kepemimpinan Wesly Silalahi Dinilai Gagal, Siantar Mengarah ke Kemunduran dan Kota Gelap

07/05/2025
Berita

GMKI Cabang Bandar Lampung Ungkap Krisis Kepolisian di Daerah Lampung: “Kekuasaan Tanpa Kendali, Rakyat Tanpa Perlindungan”

01/05/2025

Populer

Dunia

Sumber Air Bersih dan Air Minum di Arab Saudi

07/06/2020
Dialektika

Prinsip-Prinsip Disiplin Kelas

02/04/2023
Berita

Aliansi Mahasiswa Siantar Se-Jabodetabek Akan Kepung Mabes Polri: Tuntut Penangkapan Wali Kota Wesli Silalahi

11/05/2025
Berita

Ketua Front Justice: Kepemimpinan Wesly Silalahi Dinilai Gagal, Siantar Mengarah ke Kemunduran dan Kota Gelap

07/05/2025
Ekologi

Mengenal Prof. Mr. St. Munadjat Danusaputro, Guru Besar Hukum Lingkungan Hidup

22/06/2020
ilustrasi/Cleopatra dalam budaya pop.
Pojokan

Cleopatra: Simbol Kecantikan yang Tidak Cantik-Cantik Amat

24/09/2020
  • Tentang Kami
  • Redaksi
  • Pedoman
  • Terms
  • Policy

© 2020-2024 Piramida ID

rotasi barak berita hari ini danau toba

No Result
View All Result
  • Kabar Desa
  • Dunia
  • Ekologi
  • Dialektika
  • Sopolitika
  • Sorot Publik
  • Lainnya
    • Ekosospolbud
    • Pojokan
    • Sains
    • Spiritualitas

© 2020-2024 Piramida ID

rotasi barak berita hari ini danau toba