Piramida.id
  • Tentang Kami
  • Redaksi
  • Pedoman
  • Terms
  • Policy
Jumat, September 29, 2023
  • Kabar Desa
  • Dunia
  • Ekologi
  • Dialektika
  • Sopolitika
  • Sorot Publik
  • Lainnya
    • Ekosospolbud
    • Pojokan
    • Sains
    • Spiritualitas
No Result
View All Result
  • Kabar Desa
  • Dunia
  • Ekologi
  • Dialektika
  • Sopolitika
  • Sorot Publik
  • Lainnya
    • Ekosospolbud
    • Pojokan
    • Sains
    • Spiritualitas
No Result
View All Result
Piramida.id
  • Berita
  • Dialektika
  • Dunia
  • Edukasi
  • Ekologi
  • Ekosospolbud
  • Kabar Desa
  • Pojokan
  • Sains
  • Sopolitika
  • Sorot Publik
  • Spiritualitas
Home Dialektika

Antara Spinoza, Film PK, dan Agama

by Redaksi
23/09/2020
in Dialektika
ilustrasi/poster film PK

ilustrasi/poster film PK

105
SHARES
751
VIEWS
Bagikan ke FacebookBagikan ke WhatsappBagikan ke Telegram

Agung Baster*

PIRAMIDA.ID- Beberapa waktu ini saya tertarik untuk nonton film India yang berjudul PK, padahal biasanya saya sendiri tidak suka dengan film India dan hanya sedikit sekali film Bollywood yang masuk selera saya.

Dan dari sedikit film India yang masuk selera ini, film PK adalah salah satunya.

FIlm yang dibintangi Amir Khan dan Anuskha Sharma ini sendiri sebenarnya film berbudget rendah dengan sedikit pemain jika dibandingkan dengan film-film kolosal India lainnya. Namun, film ini menawarkan sesuatu yang unik dan tidak biasa di mana alur cerita film ini penuh dengan komedi-satir yang mengkritik fenomena kaum agamais di India khususnya, mulai dari golongan Hindu, Islam, Kristen, dan lainnya.

Film ini diawali dengan menggambarkan tokoh utamanya, alien bernama PK (Peekay/pemabuk) dikirim untuk meneliti namun tersesat di bumi dan tak bisa pulang karena ‘remote control’ nya dicuri. Dalam usaha pencarian ‘remote control’ tersebut sebagai jalan ia untuk pulang, ia justru diperhadapkan kebingungan terhadap budaya manusia terutama tentang konsep agama yang sering kontradiktif.

Di film ini sendiri digambarkan banyak perilaku konyol kaum agamais, seperti:

1. Memberi minum patung-patung dan arca-arca Hindu dengan susu, padahal di jalanan India banyak anak-anak yang kelaparan. Di film ini juga digambarkan para tokoh agama terutama para baba (orang suci) mengeruk harta dan mempermainkan umatnya demi kepentingan pribadinya sehingga bisa hidup mewah;

2. Selain itu juga di film ini digambarkan bagaimana para pendeta Kristen sibuk menyales agamanya, atau mengusir orang dari gereja karena memberikan air kelapa bukanya anggur, seperti kebiasan umum peribadatan Kristen;

3. Dan terakhir, film ini juga menggambarkan bagaimana oknum teroris dari kalangan fundamentalis Islam mengebom sebuah kereta api yang sarat penumpang dengan alasan membela Tuhan.

Bagian yang lain paling menyentil dalam film ini ialah tatkala ia menunjukkan bagaimana menciptakan bisnis ‘ketakutan’ kepada orang dengan hanya bermodalkan sebuah batu biasa yang cukup dihiasi dengan sirih dan dibentuk seakan-akan lingga, nyatanya bisa mendatangkan lebih banyak uang dari seorang pedagang teh yang harus bekerja keras.

Hal ini karena batu tersebut menjadi objek benda yang dipuja banyak orang — dalam film ini, secara satir, ditunjukkan justru para intelektual mahasiswa yang memuja batu buatan itu karena dilanda kegamangan menghadapi ujian.

Fenomena seperti ini hampir terjadi pada agama di mana tempat-tempat atau simbol-simbol yang konon dianggap suci bagi kaum agamais bisa dimanipulasi menjadi lahan bisnis yang menguntungkan bagi orang yang lebih cerdas.

Di film ini sendiri pada akhirnya alien PK ini bilang bahwa mungkin saja di luar sana ada sosok Tuhan Yang Maha tapi tentunya sosok ini berbeda dengan yang disaleskan para oknum tokoh agama di bumi, karena Tuhan Yang Maha Segalanya tentunya adalah Tuhan yang universal dan gak bisa dimasukan dalam doktrin suatu agama, atau Tuhan dipaksa berdasarkan ego manusia karena alam semesta sangat luas.

Dalam satu scene pamungkas ia mengatakan, “Tuhan itu ada dua; Tuhan yang menciptakan manusia dan tuhan yang diciptakan manusia.”

“Kamu bilang Tuhan itu tunggal/esa/satu, ya? Tidak!! Tuhan itu ada Dua! Satu yang menciptakan kita semua, satu lagi yang diciptakan oleh orang-orang sepertimu.“-Peekay

Dan pandangan filosofis ini mengingatkan kita akan pandangan Baruch Spinoza yang dianggap sebagai pionir yang mempopulerkan Panteisme.

Satu waktu, Spinoza sendiri pernah mengatakan bahwa Tuhan yang asli adalah sosok yang tidak terbatas seperti tidak terbatasnya alam semesta ini; Tuhan sendiri tidak akan tunduk kepada doktrin suatu agama atau kehendak seseorang.

Karena Dia-lah yang mengatur dan menjadi bagian alam semesta ini termasuk manusia di dalamnya. Dus, secara simplenya, dalam pandangannya, alam semesta ini sendiri adalah Tuhan dan manusia adalah bagian di dalamnya, di mana jelas manusia gak mungkin bisa mengatur-atur alam semesta yang serba luas ini, tapi sebaliknya alam semesta bisa mengatur takdir manusia.

Bahkan dalam filsafat Spinoza yang lebih dalam sendiri, konsep moral baik-buruk, benar-salah, hitam-putih, ala pemikiran manusia tidak akan masuk dalam konsep Tuhan.

Karena Tuhan tidak bergerak secara benar atau salah sesuai persepsi manusia, Tuhan harusnya bergerak independen dan terbebas dari semua konsep bikinan manusia.

Hal ini berbeda dengan konsep Tuhan dalam agama kebanyakan, yang menggambarkan Tuhan adalah bagian terang, kebaikan, kebenaran, sedangkan anti-tesisnya adalah iblis atau setan yang mewakili kegelapan, kejahatan, dan hal buruk lainnya.

Konsep tuhan seperti ini adalah konsep tuhan yang tidak maha menurut Spinoza, karena hanya menjadi bagian dari pelengkap konsep iblis — dalam artian lain, konsep tuhan dan iblis tersebut seperti 2 sisi dari sebuah koin; tanpa salah satunya maka yang lain tidak ada.

Sebagaimana menurut Spinoza, harusnya karena Ia maha segalanya, Tuhan tidak akan masuk dalam suatu konsep agama apapun karena hal itu akan melanggar sifat omninya (Maha segalanya), termasuk maha adil, maha mengetahui, maha berkehendak, maha independen, terhadap manusia di sebuah planet kecil yang bernama bumi ini.

Pada akhirnya film PK atau pandangan Spinoza ini mau mengatakan bila sebenarnya kehidupan kita di bumi ini sebenarnya gak penting-penting amat di bawah luasnya alam semesta ini. Kita beranggapan diri kita penting, karena saat kitab-kitab agama dulu ditulis, manusia tidak mengetahui seluas apa alam semesta ini dan belum memiliki konsep alien dari planet lainnya.

Saya kira, refleksi demikian yang kita butuhkan untuk merajut toleransi dan kebersamaan menjaga bumi.


Penulis merupakan penggiat media sosial dan memiliki minat terhadap sejarah dan sains.

Editor: Hendra Sinurat

Tags: #film bagus#filosofi#konsep#panteisme#peekay#pemabuk
Share42SendShare

Related Posts

Pewaris Opera Batak

11/07/2023

Oleh: Thompson Hs* PIRAMIDA.ID- Tahun 2016 saya menerima Anugerah Kebudayaan dari Kemdikbud (sekarang Kemendikbudristek) Republik Indonesia di kategori Pelestari. Sederhananya,...

Mengapa Membahas Masa Depan Guru “Dianggap” Tidak Menarik?

01/05/2023

Oleh: Agi Julianto Martuah Purba PIRAMIDA.ID- “Mengapa sejauh ini kampus kita tidak mengadakan seminar tentang tantangan dan strategi profesi guru di...

Membangun Demokrasi: Merawat Partisipasi Perempuan di Bidang Politik

14/04/2023

Oleh: Anggith Sabarofek* PIRAMIDA.ID- Demokrasi, perempuan dan politik merupakan tiga unsur yang saling berkesinambungan satu dengan yang lain. Berbicara mengenai...

Dari Peristiwa Kanjuruhan Hingga Batalnya Indonesia Tuan Rumah Piala Dunia U-20

03/04/2023

Oleh: Edis Galingging* PIRAMIDA.ID- Dunia sepak bola tanah air sedang merasakan duka yang dalam. Kali ini, duka itu hadir bukan...

Prinsip-Prinsip Disiplin Kelas

02/04/2023

Oleh: Muhammad Muharram Azhari* PIRAMIDA.ID- Pengertian disiplin menurut Elizabeth Hurtock mengemukakan bahwa; Disiplin itu berasal dari kata "discipline", yaitu seseorang...

RUU Omnibus Law Kesehatan: Keberadaan, Tantangan dan Peluang

27/03/2023

Oleh: Cornelius Corniado Ginting, S.H. PIRAMIDA.ID- Badan Legislasi (Baleg) DPR telah menyetujui Rancangan Undang-Undang (RUU) tentang Kesehatan Omnibus Law dibawa...

Load More

Tinggalkan KomentarBatalkan balasan

Terkini

Berita

Dilantik Sebagai Sestama Lemhannas, Ketua ILAJ: Kita Yakin Irjen Panca Akan Torehkan Prestasi

09/09/2023
Berita

Dispora Simalungun Tak Penuhi Janji Penghargaan Kepada Para Pelatih

07/09/2023
Berita

Di Nilai Berhasil Selama Wagubsu, Fawer Sihite: Ribuan Pemuda Siap Menangkan Ijeck Menjadi Gubernur

04/09/2023
Berita

Filda C. Yusgiantoro Raih Nilai Akademik Terbaik Pada PPRA LXV Tahun 2023 Lemhannas RI

30/08/2023
Berita

Tidak Mampu Tangkap Bandar Narkoba UH, Ketua ILAJ Minta Mabes Polri Evaluasi Kapolres Siantar

28/08/2023
Berita

Rekam Jejak Unggul: Ketua ILAJ Fawer Sihite Mengusulkan Irjen Pol Panca Simanjuntak sebagai Kepala BNN RI

25/08/2023




Populer

Berita

SaLing Adukan Oknum Dugaan Pungli Penyelenggaraan Sertifikasi Ratusan Guru Simalungun

25/11/2021
Dialektika

Prinsip-Prinsip Disiplin Kelas

02/04/2023
Berita

Kritik Sastra: Pengertian, Fungsi, Manfaat dan Pendekatan

14/11/2022
Dialektika

Kesehatan Mental & Jiwa dalam Perspektif Sosiologi & Hukum

05/07/2022
Dialektika

Masyarakat Adat di Sekitar Danau Toba

24/01/2021
Edukasi

Kesenjangan Hukum di Indonesia menurut Perspektif Sosiologi

17/10/2021
  • Tentang Kami
  • Redaksi
  • Pedoman
  • Terms
  • Policy

© 2020-2023 Piramida ID

Rotasi Barak Berita Siantar Berita Simalungun Danau Toba Wisata

No Result
View All Result
  • Kabar Desa
  • Dunia
  • Ekologi
  • Dialektika
  • Sopolitika
  • Sorot Publik
  • Lainnya
    • Ekosospolbud
    • Pojokan
    • Sains
    • Spiritualitas

© 2020-2023 Piramida ID

Rotasi Barak Berita Siantar Berita Simalungun Danau Toba Wisata