Piramida.id
  • Tentang Kami
  • Redaksi
  • Pedoman
  • Terms
  • Policy
Senin, Juli 7, 2025
  • Kabar Desa
  • Dunia
  • Ekologi
  • Dialektika
  • Sopolitika
  • Sorot Publik
  • Lainnya
    • Ekosospolbud
    • Pojokan
    • Sains
    • Spiritualitas
No Result
View All Result
  • Kabar Desa
  • Dunia
  • Ekologi
  • Dialektika
  • Sopolitika
  • Sorot Publik
  • Lainnya
    • Ekosospolbud
    • Pojokan
    • Sains
    • Spiritualitas
No Result
View All Result
Piramida.id
  • Berita
  • Dialektika
  • Dunia
  • Edukasi
  • Ekologi
  • Ekosospolbud
  • Kabar Desa
  • Pojokan
  • Sains
  • Sopolitika
  • Sorot Publik
  • Spiritualitas
Home Dialektika

Bagaimana Masa Depan Ribuan Jenis Tumbuhan Rempah Obat Indonesia?

by Redaksi
30/06/2021
in Dialektika
100
SHARES
712
VIEWS
Bagikan ke FacebookBagikan ke WhatsappBagikan ke Telegram

PIRAMIDA.ID- Kita ditakdirkan memiliki harta karun berupa ribuan jenis tumbuhan rempah obat-obatan. Namun, baru sejumput yang telah dimanfaatkan. Apakah yang membuat kita gamang?

Sederet relief Candi Borobudur menampilkan pusparagam tanaman obat, seperti kecubung dan lontar. Relief lainnya juga memperlihatkan proses peracikan dan aktivitas minum jamu. Rempah dan jejamuan sudah menjadi warisan budaya sejak lebih dari seribu tahun silam, sampai hari ini.

Jacobus Rontius (1592-1631) dalam bukunya De Indiae Untriusquere Naturali et Medica, menyebutkan 60 jenis tanaman obat, kosmetika, dan aromatika. Buku ini menjadi dasar penelitian tumbuhan obat dan cikal bakal Chemis Pharmacologisch Laboratorium di Kebun Raya Bogor.

Sigit Ismaryanto, Managing Director PT Alam Sari Interbuana dan pengurus Dewan Rempah Indonesia, mengungkapkan bahwa ada 9.600 jenis tanaman obat yang dapat digunakan sebagai bahan dasar jamu. Namun, baru sekitar 5 persen yang dimanfaatkan.

“Artinya, dari sekian banyak tanaman, masih sekitar 2.000-an yang digunakan,” ujarnya dalam diskusi daring International Forum on Spice Route yang digagas Yayasan Negeri Rempah, bertajuk Jalur Rempah: Peluang Industri Jamu Indonesia?

Menurut Sigit, ini terjadi karena proses budi daya yang belum profesional. Diperkirakan 90 persen bahan baku masih berasal dari tumbuh­an liar, tanaman hutan atau hasil pekarangan. Para petani juga belum mampu menjaga kualitas dan mutu tanaman obat karena minim­nya bimbingan dan pelatihan yang diberikan.

Di sisi lain, industri tanaman obat belum memberikan perhatian serius terhadap hasil penelitian ilmiah terkait upaya pengem­bangan produk di pasar. Dalam praktiknya, masih ada beberapa kendala mutu dan keberlanjutan bahan baku. Misalnya, ketidakseimbangan keter­sediaan dan kebutuhan bahan baku.

“Pada akhirnya banyak negara-negara lain menganggap kualitas rempah dan jamu Indonesia masih rendah. Ini yang kerap terjadi,” papar Sigit. Padahal, jamu berbasis rempah Indonesia memiliki potensi yang sangat besar. Berada di wilayah tropis yang didukung tanah subur dan iklim yang sesuai, Indonesia menjadi salah satu pusat budi daya rempah dan herba dunia.

Dari total sekitar 40 ribu jenis tumbuhan obat yang telah dikenal di dunia, 30 ribunya disinyalir berada di Indonesia. Jumlah tersebut mewakili 90 persen tanaman obat yang terdapat di wilayah Asia. Sebesar 25 persen di antaranya, atau sekitar 7.500 jenis, sudah dipastikan memiliki khasiat.

Sri Astutik, peneliti dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), mengatakan: ”Intinya, kita masih kaya. Indonesia termasuk salah satu bangsa yang kaya akan tanaman obat,” tuturnya.

Menurut Sri, negara-negara di dunia sangat membutuhkan produk yang berbasis rempah dan tanaman obat. Salah satu yang paling terkenal adalah kunyit yang dimanfaatkan dalam banyak hal, mulai dari keperluan memasak, kosmetik, sesajen, upacara pernikahan, hingga obat-obatan.

“Kunyit bahkan disebut sebagai a golden spice for life karena dapat dikonsumsi untuk berba­gai hal. Dari dapur hingga ke klinik. Di tingkat global, 38 persen kunyit digunakan sebagai makanan, 56 persen untuk keperluan medis,” papar Sri.

Meski tidak diperuntukkan untuk me­nyem­buhkan penyakit, rempah dan jamu mampu meningkatkan kekebalan tubuh. H. R. Muhammad Hardadi Airlangga, spesialis penyakit dalam Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga, mengungkapkan, dalam dunia kedokteran, rempah dan jamu mampu mencegah orang menjadi sakit. Rempah membuat sel-sel dan hormon dalam tubuh berkembang dengan baik. Sifatnya menjaga keseimbangan tubuh.

“Saya menganalogikan jamu seperti kita mau masuk ke dalam rumah, lalu rumah itu harus bersih. Pembersihan itu dilakukan oleh tanaman obat. Namun, ketika mau masuk rumah kita perlu kunci, itu adalah zat aktif atau obat-obatan yang kita ketahui saat ini. Dengan kata lain, tanaman obat dan jamu hanya membuat kondisi lebih baik dan terkontrol, menuju sehat fisik dan kemudian berdampak juga pada psikis,” jelas Hardadi.

Selain bersifat preventif, tanaman obat juga bersifat rehabilitatif. Setelah masa krisis penyakit telah dilewati, jamu berperan memperbaiki kondisi tubuh. Para peneliti masih menyelidiki apakah jamu juga bisa menjadi terapi utama di masa depan.

Menurut Nuning S. Barwa, pengurus Dewan Rempah Indonesia, terdapat tiga jenis dalam perawatan kesehatan: modern, tradisional, dan alternatif. Jamu masuk ke dalam tradisional sehingga potensinya di mata dunia cukup besar.

Untuk memaksimalkan peran tersebut, Nuning mengatakan perlu adanya keunggulan teknologi. “Jika diproses dengan teknologi yang mumpuni dan ada nilai tambah dari produk jamu ini, maka harganya pun akan meningkat.”

Pemanfaatan teknologi inilah yang dilakukan oleh industri jamu di Indonesia. Rachmat Sarwono, pendiri dan Direktur Utama PT Industri Jamu Borobudur, mengatakan bahwa kunci utama kesuksesannya dalam mengembangkan produk jamu adalah selalu mengikuti perkembangan zaman dan berteknologi mutakhir.

Ia berinvestasi pada mesin yang membantu produksi, mulai dari alat ekstraksi hingga penge­ring. Selain mengolah lebih banyak, prosesnya pun menjadi lebih cepat. “Para pengusaha jamu tidak boleh pesimis, jangan tutup mata dengan teknologi,” ungkap Rachmat.

Selain teknologi, Sigit kembali menambahkan, ada tiga hal penting yang perlu diperhatikan untuk mengembangkan potensi jamu di masa depan. Pertama-tama, standarisasi mutu se­suai dengan standar negara tujuan ekspor. Perkara ini meliputi beberapa spesifikasi se­perti keber­sih­an, kadar suhu, jumlah cemaran mikro­organisme, sampai ukuran partikel. Kedua, daya telusur, yaitu kemampuan untuk penelusuran balik atau mendapatkan kembali informasi mengenai asal usul (lokasi dan proses) produk melalui identifikasi nomor registrasi yang sudah dibuat sebelumnya. Ketiga, kesinambungan pasokan—bisa dilakukan dengan sinergitas, akses pasar, dan kemitraan. Pemerintah juga memiliki peran di sini karena mampu membuat kebijakan yang mendukung hal tersebut.

“Dari sisi perekonomian, rempah dan jamu sebenarnya berpotensi besar bagi pen­dapat­an nasional, peningkatan kesejahteraan masyarakat dan penyesuaian lapangan kerja. Deng­an bahan baku yang tersedia dari dalam negeri, maka jamu dinilai mampu membawa multiplier effect yang cukup signifikan dari hulu hingga hilir,” jelas Sigit.

Meski begitu, Nuning mengingatkan, pe­ningkatan jaminan mutu itu tidak boleh meng­abaikan lingkungan. Ia menggalakkan green science agar pengembangan jamu berbasis rempah dapat berkelanjutan. Sebagai contoh, jika ingin menggunakan akar dari tanaman obat, sebaiknya pilih dari tumbuhan semusim. Untuk tanaman-tanaman yang hanya tumbuh satu tahun sekali, maka pilih daun atau buahnya sehingga tidak membuat mereka cepat mati.

“Intinya bagaimana bahan baku yang digunakan aman dan berkelanjutan,” kata Nuning. “Riset dan pengembangan produknya juga dipastikan tidak mencemari lingkungan.”


National Geographic Indonesia

Tags: #herbal#Indonesia#rempah
Share40SendShare

Related Posts

Pidato Lengkap Jefri Gultom di Dies Natalis GMKI ke-74: Bangkit Ditengah Pergumulan

26/02/2024

Bangkit Ditengah Pergumulan Pidato 74 tahun GMKI Jefri Edi Irawan Gultom Para peletak sejarah selalu berpegang pada prinsip ini, ‘’perjalanan...

Pewaris Opera Batak

11/07/2023

Oleh: Thompson Hs* PIRAMIDA.ID- Tahun 2016 saya menerima Anugerah Kebudayaan dari Kemdikbud (sekarang Kemendikbudristek) Republik Indonesia di kategori Pelestari. Sederhananya,...

Mengapa Membahas Masa Depan Guru “Dianggap” Tidak Menarik?

01/05/2023

Oleh: Agi Julianto Martuah Purba PIRAMIDA.ID- “Mengapa sejauh ini kampus kita tidak mengadakan seminar tentang tantangan dan strategi profesi guru di...

Membangun Demokrasi: Merawat Partisipasi Perempuan di Bidang Politik

14/04/2023

Oleh: Anggith Sabarofek* PIRAMIDA.ID- Demokrasi, perempuan dan politik merupakan tiga unsur yang saling berkesinambungan satu dengan yang lain. Berbicara mengenai...

Dari Peristiwa Kanjuruhan Hingga Batalnya Indonesia Tuan Rumah Piala Dunia U-20

03/04/2023

Oleh: Edis Galingging* PIRAMIDA.ID- Dunia sepak bola tanah air sedang merasakan duka yang dalam. Kali ini, duka itu hadir bukan...

Prinsip-Prinsip Disiplin Kelas

02/04/2023

Oleh: Muhammad Muharram Azhari* PIRAMIDA.ID- Pengertian disiplin menurut Elizabeth Hurtock mengemukakan bahwa; Disiplin itu berasal dari kata "discipline", yaitu seseorang...

Load More

Tinggalkan KomentarBatalkan balasan

Terkini

Berita

Dugaan Fee Proyek, Ketua ILAJ Minta KPK Pantau Bagi-Bagi Proyek di Kota Siantar

04/07/2025
Berita

Robot Polri Tuai Kritik Netizen, Fawer Sihite: Inovasi Harus Disambut Baik, Tapi Polri Perlu Bangun Instrumen Komunikasi yang Efektif

30/06/2025
Berita

Tokoh Cipayung Plus Gabung Golkar Lewat AMPI, Jefri Gultom: Politik Adalah Etika untuk Melayani

28/06/2025
Berita

Tokoh Cipayung Plus Login Golkar Pada HUT AMPI, Bahlil Lahadalia : Adik-Adik Saya Sudah di Jalan Yang Benar

28/06/2025
Berita

IRKI Nilai Tafsir UU Tipikor atas Pedagang Pecel Lele Menyesatkan

22/06/2025
Dunia

Perang Israel-Iran Menunjukkan Pentingnya STEM, Fawer Sihite: Dukung Sikap Presiden Prabowo

22/06/2025

Populer

Berita

Dugaan Fee Proyek, Ketua ILAJ Minta KPK Pantau Bagi-Bagi Proyek di Kota Siantar

04/07/2025
Berita

Resmi Sertijab, Ini Struktur PP GMKI 2022-2024

01/02/2023
Berita

Robot Polri Tuai Kritik Netizen, Fawer Sihite: Inovasi Harus Disambut Baik, Tapi Polri Perlu Bangun Instrumen Komunikasi yang Efektif

30/06/2025
Edukasi

Keterbatasan Jumlah Guru Terampil

09/12/2021
Berita

Tokoh Cipayung Plus Login Golkar Pada HUT AMPI, Bahlil Lahadalia : Adik-Adik Saya Sudah di Jalan Yang Benar

28/06/2025
Berita

IRKI Nilai Tafsir UU Tipikor atas Pedagang Pecel Lele Menyesatkan

22/06/2025
  • Tentang Kami
  • Redaksi
  • Pedoman
  • Terms
  • Policy

© 2020-2024 Piramida ID

rotasi barak berita hari ini danau toba

No Result
View All Result
  • Kabar Desa
  • Dunia
  • Ekologi
  • Dialektika
  • Sopolitika
  • Sorot Publik
  • Lainnya
    • Ekosospolbud
    • Pojokan
    • Sains
    • Spiritualitas

© 2020-2024 Piramida ID

rotasi barak berita hari ini danau toba