Piramida.id
  • Tentang Kami
  • Redaksi
  • Pedoman
  • Terms
  • Policy
Selasa, Juni 17, 2025
  • Kabar Desa
  • Dunia
  • Ekologi
  • Dialektika
  • Sopolitika
  • Sorot Publik
  • Lainnya
    • Ekosospolbud
    • Pojokan
    • Sains
    • Spiritualitas
No Result
View All Result
  • Kabar Desa
  • Dunia
  • Ekologi
  • Dialektika
  • Sopolitika
  • Sorot Publik
  • Lainnya
    • Ekosospolbud
    • Pojokan
    • Sains
    • Spiritualitas
No Result
View All Result
Piramida.id
  • Berita
  • Dialektika
  • Dunia
  • Edukasi
  • Ekologi
  • Ekosospolbud
  • Kabar Desa
  • Pojokan
  • Sains
  • Sopolitika
  • Sorot Publik
  • Spiritualitas
Home Dialektika

Bahasa Jenaka dalam Protes Mahasiswa dan Candaan sebagai Cara Berpolitik

by Redaksi
15/12/2020
in Dialektika
99
SHARES
705
VIEWS
Bagikan ke FacebookBagikan ke WhatsappBagikan ke Telegram

Surahmat*

PIRAMIDA.ID- “Indonesia Darurat Sampai K-Poper Ikut Demo”,

“Daripada Sahkan UU Ciptaker Mending Sahkan Hubunganku dengan Dia”

“Ava Korea Juga Mahasiswa, Indonesia Nomor Satu Oppa Nomor Dua”

Ungkapan-ungkapan di atas merupakan bahasa protes yang digunakan oleh mahasiswa dalam demonstrasi menentang pengesahan Undang-Undang Cipta Lapangan Kerja yang terjadi di puluhan kota di Indonesia pada 20 Oktober 2020 lalu.

Selain menggunakan ungkapan langsung yang tegas untuk menyampaikan aspirasi, demonstran juga menggunakan bahasa protes yang cenderung santai bahkan jenaka tersebut.

Penggunaan bahasa protes yang riang dan jenaka bahkan cenderung menjadi tren.

Ungkapan protes yang jenaka ini mirip dengan demonstrasi menolak revisi Undang-Undang Komisi Pemberantasan Korupsi pada 2019.

Jika dibandingkan dengan demonstrasi besar mahasiswa sebelumnya pada 1998, bahasa protes saat ini menunjukkan adanya pergeseran persepsi politik di kalangan anak muda.

Lebih dari 20 tahun yang lalu, politik dan demontrasi dipersepsi sebagai hal serius, keras, dan bahkan berbahaya. Namun anak-anak muda era sekarang tampaknya mempersepsi politik dan demontrasi juga bisa riang, seru, dan menyenangkan.

Bahasa protes yang berubah

Dari sudut pandang sosiolinguistik, penggunaan bahasa protes demikian menggambarkan hubungan bahasa dengan demografi penuturnya yaitu anak muda.

Adapun kemunculannya dapat diidentifikasi melalui dua faktor utama.

Pertama, perubahan etos milenial. Kedua, pengaruh media sosial.

Sosiolog Monash University di Australia Ariel Heryanto menunjukkan bagaimana anak muda saat ini suka sekali mengekspresikan diri mereka di ruang publik. Ariel melihat ini pada fenomena anak muda Muslim perkotaan Indonesia yang tidak hanya mengekspresikan kesalehan mereka dalam ruang sunyi dan sepi seperti para sufi, melainkan juga ditampilkan dalam pilihan busana, pilihan film, dan produk pop lainnya, termasuk menyuarakannya secara verbal dan visual di media sosial.

Sikap demikian sekaligus menggambarkan perubahan etos pada diri anak-anak muda masa sekarang.

Menurut penulis buku When Milenials Take Over Jimmy Notter dan Madie Grant, milenial saat ini memiliki empat etos khas yaitu digital, terbuka, fleksibel, dan cepat.

Dalam aksi demontrasi mahasiswa, empat etos itu tergambar dalam pola-pola gerakan, media kampanye yang dipilih, termasuk pilihan gaya bahasa.

Etos digital tergambarkan dalam pilihan media digital yang mereka gunakan untuk kampanye. Pamflet-pamflet politik tidak lagi berbentuk mural melainkan konten visual dan audiovisual di media sosial.

Etos terbuka tergambar dalam beragamnya isu yang mereka pilih. Meski ada isu-isu besar yang menjadi perhatian bersama, gerakan-gerakan sipil mahasiswa juga menyoroti aneka isu minoritas.

Etos fleksibel tergambar dalam kemampuan mereka menyatukan berbagai hal. Nilai-nilai yang tampaknya saling berseberangan bisa ditampilkan bersama.

Adapun etos cepat tergambar dalam kemampuan mereka merespons isu, berkoordinasi, dan melakukan aksi. Namun etos cepat ini juga tergambar dalam inkonsistensi mereka dalam mengawal isu karena cepat bosan.

Latar demografis dan psikologis di atas menjelaskan mengapa anak muda demonstran menggunakan ekspresi berbahasa yang nyeleneh dan cenderung jenaka. Pilihan bahasa mereka dipengaruhi oleh dua kekuatan. Kekuatan internal berupa etos dan nilai-nilai. Kekuatan eksternal berupa tuntutan lingkungan untuk didengar dan eksis.

Peran media sosial juga penting dalam mempengaruhi munculnya tren bahasa protes yang jenaka ini.

Media sosial telah terbukti dapat mengendalikan dan mempengaruhi perilaku penggunanya.

Media sosial memiliki kekuatan mendorong penggunanya untuk memilih tindakan yang sesuai dengan hukum-hukum di media sosial. Tindakan yang secara atraktif dan diterima di media sosial cenderung dipilih untuk dilakukan penggunanya.

Lahirnya bahasa protes yang jenaka dan nyeleneh itu menunjukkan usaha para demonstran untuk menyesuaikan diri dengan hukum-hukum media sosial tersebut. Agar pesan-pesan politiknya menarik dan menjadi perhatian masyarakat maka mereka mengemasnya dengan gaya yang berpotensi viral.

Mereka menyadari pesan-pesan politik yang normatif dan datar akan diabaikan oleh masyarakat dan subjek politik yang mereka protes. Sebaliknya, pesan-pesan politik yang unik akan tersebar dan berpeluang mendapat perhatian.

Kecenderungan menggunakan bahasa secara unik menggambarkan dua hal sekaligus. Di satu sisi itu merupakan strategi untuk mengamplifikasi pesan politik agar tujuan politik dapat tercapai. Namun di sisi lain, penggunaan bahasa demikian juga menunjukkan narsisme dan keinginan para demonstran menjadi pusat perhatian.

Memadukan tujuan politik dan keinginan eksis di media sosial adalah sifat anak muda yang lazim pascareformasi, bukan hanya dalam dunia politik. Di tangan anak-anak muda, bidang apa pun bisa dikemas dalam bentuk budaya populer.

Candaan sebagai cara berpolitik

Namun demikian, ada kemungkinan pilihan berbahasa mereka juga menggambarkan munculnya ideologi baru. Bahasa jenaka sengaja dipilih oleh anak muda untuk menggambarkan kejengahan mereka terhadap jalur protes dan advokasi yang ada.

Bahasa candaan yang berungkus humor memang memiliki kekuatan politis tertentu.

Profesor komunikasi Daleware University di Amerika Serikat Dannagal G. Young menunjukkan bahwa sejak era Yunani dan Romawi para politikus dan elite dibuat kagum sekaligus takut dengan kekuatan humor sebagai alat politik.

Secara mikro, humor memiliki kekuatan khusus karena mampu meresap dalam ingatan para pendengarnya. Kekuatan ini berkaitan erat dengan diterimanya humor di hampir semua kalangan.

Orang lebih terbuka terhadap humor daripada jenis ungkapan lain, sekalipun humor tersebut secara politis tidak sejalan dengan ideologinya. Humor dapat menyampaikan kondisi paradoks dan ganjil dalam masyarakat tanpa menampilkan paradoks dan keganjilan itu sendiri.

Adapun secara makro, kekuatan politik humor terletak pada kemampuannya menyebar dan menggerakkan orang lain. Humor bisa tampak sangat remeh ketika diperdengarkan namun bisa memiliki kekuatan persuasif besar ketika pesan di baliknya dipahami pendengar.

Karena itulah, patut dibaca bahwa ungkapan jenaka memang alat baru berpolitik bagi anak-anak muda. Pilihan terhadap ungkapan jenaka menggambarkan persepsi politik mereka.(*)


Penulis merupakan Dosen Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia, Peneliti di Pusat Kajian Budaya Pesisir, Universitas Negeri Semarang. Artikel pertama kali terbit untuk The Conversation.

 

Tags: #kreatif#milenial#satire#unjukrasa
Share40SendShare

Related Posts

Pidato Lengkap Jefri Gultom di Dies Natalis GMKI ke-74: Bangkit Ditengah Pergumulan

26/02/2024

Bangkit Ditengah Pergumulan Pidato 74 tahun GMKI Jefri Edi Irawan Gultom Para peletak sejarah selalu berpegang pada prinsip ini, ‘’perjalanan...

Pewaris Opera Batak

11/07/2023

Oleh: Thompson Hs* PIRAMIDA.ID- Tahun 2016 saya menerima Anugerah Kebudayaan dari Kemdikbud (sekarang Kemendikbudristek) Republik Indonesia di kategori Pelestari. Sederhananya,...

Mengapa Membahas Masa Depan Guru “Dianggap” Tidak Menarik?

01/05/2023

Oleh: Agi Julianto Martuah Purba PIRAMIDA.ID- “Mengapa sejauh ini kampus kita tidak mengadakan seminar tentang tantangan dan strategi profesi guru di...

Membangun Demokrasi: Merawat Partisipasi Perempuan di Bidang Politik

14/04/2023

Oleh: Anggith Sabarofek* PIRAMIDA.ID- Demokrasi, perempuan dan politik merupakan tiga unsur yang saling berkesinambungan satu dengan yang lain. Berbicara mengenai...

Dari Peristiwa Kanjuruhan Hingga Batalnya Indonesia Tuan Rumah Piala Dunia U-20

03/04/2023

Oleh: Edis Galingging* PIRAMIDA.ID- Dunia sepak bola tanah air sedang merasakan duka yang dalam. Kali ini, duka itu hadir bukan...

Prinsip-Prinsip Disiplin Kelas

02/04/2023

Oleh: Muhammad Muharram Azhari* PIRAMIDA.ID- Pengertian disiplin menurut Elizabeth Hurtock mengemukakan bahwa; Disiplin itu berasal dari kata "discipline", yaitu seseorang...

Load More

Tinggalkan KomentarBatalkan balasan

Terkini

Berita

Refleksi Hari Lahir Pancasila, Fawer Sihite: Kita Harus Dengarkan Hati Nurani Rakyat

01/06/2025
Berita

Kalah Sebagai Calon Ketua Umum, Fawer Sihite Pastikan Dukung Kepemimpinan Prima Surbakti dan Jessica Worouw di GMKI

28/05/2025
Berita

Aliansi Mahasiswa Siantar Se-Jabodetabek Akan Kepung Mabes Polri: Tuntut Penangkapan Wali Kota Wesli Silalahi

11/05/2025
Berita

Satgas Penertiban Kawasan Hutan (PKH): Penegakan Hukum atau Alibi Militerisasi Atas Nama Konservasi?

09/05/2025
Berita

Ketua Front Justice: Kepemimpinan Wesly Silalahi Dinilai Gagal, Siantar Mengarah ke Kemunduran dan Kota Gelap

07/05/2025
Berita

GMKI Cabang Bandar Lampung Ungkap Krisis Kepolisian di Daerah Lampung: “Kekuasaan Tanpa Kendali, Rakyat Tanpa Perlindungan”

01/05/2025

Populer

Dunia

Sumber Air Bersih dan Air Minum di Arab Saudi

07/06/2020
Dialektika

Prinsip-Prinsip Disiplin Kelas

02/04/2023
Berita

Aliansi Mahasiswa Siantar Se-Jabodetabek Akan Kepung Mabes Polri: Tuntut Penangkapan Wali Kota Wesli Silalahi

11/05/2025
Berita

Ketua Front Justice: Kepemimpinan Wesly Silalahi Dinilai Gagal, Siantar Mengarah ke Kemunduran dan Kota Gelap

07/05/2025
Ekologi

Mengenal Prof. Mr. St. Munadjat Danusaputro, Guru Besar Hukum Lingkungan Hidup

22/06/2020
Pojokan

Pesan Tersembunyi Ki Narto Sabdo Dalam Lagu Kelinci Ucul

23/09/2020
  • Tentang Kami
  • Redaksi
  • Pedoman
  • Terms
  • Policy

© 2020-2024 Piramida ID

rotasi barak berita hari ini danau toba

No Result
View All Result
  • Kabar Desa
  • Dunia
  • Ekologi
  • Dialektika
  • Sopolitika
  • Sorot Publik
  • Lainnya
    • Ekosospolbud
    • Pojokan
    • Sains
    • Spiritualitas

© 2020-2024 Piramida ID

rotasi barak berita hari ini danau toba