Veria Tika Sihombing*
PIRAMIDA.ID- Sejak awal munculnya virus corona yang merebak di kota Wuhan, China dan proses transmisinya yang begitu cepat, maka oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) kemudian menetapkan virus yang memiliki nama resmi Coronavirus Disease-2019 (COVID-19) ini sebagai pandemi.
Indonesia merupakan salah satu negara yang tidak luput dari terjangan virus COVID-19 ini. Hal ini berawal dari diumumkanya 2 warga Depok positif COVID-19 pada tanggal 17 Maret 2020. Sejak saat itu, tren penyebarannya terus meningkat tiap harinya. Per tanggal 02 Juni 2020, jumlah korban positif COVID-19 mencapai 27. 549 jiwa.
Dampak dari penyebaran ini menyentuh berbagai aspek. Mulai dari sektor perekonomian, industri, sosial-budaya, pendidikan, dan lain sebagainya.
Dalam hal perdagangan, banyak hal yang membuatnya harus dipertimbangkan secara matang, seperti kemungkinan melonjaknya harga kebutuhan pokok, kepanikan di masyarakat, dan juga kekhawatiran dari ketidakcukupan cadangan devisa negara untuk menghidupi kebutuhan masyarakat selama Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) dilakukan.
Beberapa lembaga pemerintahan sudah membuat edaran terkait imbauan tidak melakukan kegiatan untuk mengumpulkan orang dalam jumlah banyak. Beberapa pemerintah daerah, baik provinsi maupun kabupaten/kota pun sudah melakukannya.
Begitu juga dengan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Mendikbud juga meminta perguruan tinggi untuk menghentikan perkuliahan tatap muka menjadi jarak jauh. Perkuliahan jarak jauh bisa dilakukan melalui model perkuliahan online (e-learning). Kuliah daring tentunya memiliki tantangannya sendiri, mengingat metode ini sebelumnya sangat jarang bahkan belum pernah diterapkan di beberapa universitas.
Adapun kendala teknis, seperti jaringan internet, besarnya kuota yang digunakan, hingga lingkungan sekitar yang tak mendukung sering kali menjadi keluh-kesah para mahasiswa ketika menghadapi budaya baru ini.
Perkuliahan online mengharuskan mahasiswa untuk mengikuti pembelajaran dari rumah. Hal ini tentu saja menjadi suatu hal yang asing bagi mahasiswa, di mana sebelumnya melaksanakan pembelajaran secara tatap muka dan berinteraksi dalam ruangan.
Perkuliahan secara online tentu saja bukan menjadi alasan bagi seorang mahasiswa untuk tidak serius dalam mengikuti pembelajaran yang disampaikan oleh dosen. Sebagai seorang mahasiswa, menjadikan masa belajar dari rumah harusnya menjadi peluang yang sangat besar untuk membiasakan diri berinteraksi melalui linimasa.
Banyak keuntungan yang didapat ketika belajar dari rumah, di mana kesempatan untuk berpikir lebih tenang dan dapat mengatur pola waktu belajar yang lebih banyak serta memberikan waktu untuk mengeksplorasi referensi-referensi dan memboboti diri dengan ilmu-ilmu yang bermanfaat.
Bila dibandingkan dengan perkuliahan konvensinal (tatap muka) yang mengharuskan mahasiswa untuk datang tepat waktu ke kampus, menghabiskan biaya operasional perjalanan, kegiatan mahasiswa lain dan masih banyak lagi, perkuliahan daring bisa dikatakan jauh lebih efisien.
Maka, di sinilah kesempatan bagi mahasiswa untuk berkontemplasi dan melakukan evaluasi diri untuk mengejar cita-cita yang sudah dirajut sebelumnya.
Pada hakikatnya seorang mahasiswa ialah orang yang aktif, kreatif dan inovatif serta beranggapan diri seorang yang liberal. Liberal yang bersifat positif dengan bertujuan untuk menambah pengalaman dan mempersiapkan diri yang jauh lebih matang ketika sudah menyelesaikan perkuliahan nanti.
Di masa pandemi saat ini, mahasiswa dapat mengambil banyak peluang untuk menambah pengalaman serta mendapat income—tentunya. Sebagai contoh, seorang mahasiswa keguruan dapat melahirkan inovasi baru dengan membuat les atau belajar secara online kepada anak-anak yang membutuhkan bimbingan lanjutan.
Ya, hal ini ditengarai pada masa pandemi saat ini banyak anak-anak yang masih kebingungan mencari seorang pembimbing dalam belajar materi-materi yang ada di sekolahnya.
Seperti yang penulis sampaikan, sebagai seorang mahasiswa yang dilabelkan agent of change, kita hendaknya dapat melihat masa-masa pandemi saat ini menjadi peluang yang sangat berharga dan dapat memberi kontribusi bagi negara.
Salah satu hal yang penulis lakukan bersama dengan teman-teman satu kampus, yakni mendirikan rumah belajar online. Adapun hal-hal yang kami lakukan, yakni membuat beberapa video mengajar. Ada beberapa materi yang kami sampaikan. Berhubung saya dan teman-teman latar belakang pendidikannya PGSD, maka video yang kami sampaikan terkait dengan matematika dasar, bahasa Indonesia, dan sejumlah video menarik lainnya.
Selain menggunakan YouTube, saya dan teman-teman ke depannya akan menggunakan aplikasi yang bisa mengadakan pertemuan secara online, semisal aplikasi ZOOM. Dengan aplikasi ini, kami akan mengajak beberapa orangtua yang kebetulan memiliki anak yang sedang dalam masa Sekolah Dasar (SD) untuk bekerja sama dengan kami. Melalaui aplikasi ini tiap minggunya akan ada serial pembelajaran dengan materi yang berbeda-beda.
Melalui dengan adanya kegiatan ini dan inovasi kecil yang kami lakukan, kiranya dapat memberikan dampak positif bagi, setidaknya, lingkaran masyarakat sekitar. Selain itu, hal ini tentunya semakin menstimulus kami untuk semakin mengasah kemampuan di bidang kami, yakni Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD).
Akhir kata, penulis sampaikan semoga pandemi COVID-19 segera berlalu dan kita dapat kembali ke kehidupan normal. Dan mari sama-sama menjadi agen untuk memutus rantai penyebaran virus ini.
Penulis merupakan mahasiswa FKIP Universitas HKBP Nommensen Pematangsiantar.