Piramida.id
  • Tentang Kami
  • Redaksi
  • Pedoman
  • Terms
  • Policy
Minggu, April 2, 2023
  • Kabar Desa
  • Dunia
  • Ekologi
  • Dialektika
  • Sopolitika
  • Sorot Publik
  • Lainnya
    • Ekosospolbud
    • Pojokan
    • Sains
    • Spiritualitas
No Result
View All Result
  • Kabar Desa
  • Dunia
  • Ekologi
  • Dialektika
  • Sopolitika
  • Sorot Publik
  • Lainnya
    • Ekosospolbud
    • Pojokan
    • Sains
    • Spiritualitas
No Result
View All Result
Piramida.id
  • Berita
  • Dialektika
  • Dunia
  • Edukasi
  • Ekologi
  • Ekosospolbud
  • Kabar Desa
  • Pojokan
  • Sains
  • Sopolitika
  • Sorot Publik
  • Spiritualitas
Home Pojokan

Di Dekat Kaca Jendela

by Redaksi
05/06/2020
in Pojokan
98
SHARES
699
VIEWS
Bagikan ke FacebookBagikan ke WhatsappBagikan ke Telegram

Suhunan Situmorang*

PIRAMIDA.ID- Aku rindu dan seolah dipanggil menelusuri kota tua yang dialiri satu sungai yang jernih airnya saat musim dingin itu; mencatat di benak ratusan atau ribuan kisah kepedihan yang tak tersuarakan karena disumbat kekejaman, hingga seorang pemikir berkata: “Tak ada lagi yang lebih perih dari yang pernah terjadi di sini.”

Berapa juta doa dilafalkan mulut-mulut yang gemetar dan wajah-wajah ketakutan, tetapi tak ada tanggapan dari langit. Kosong. Hampa.

Setiap hari ribuan burung gagak tetap mengitari angkasa seperti menari-nari menyaksikan bangkai-bangkai orang-orang yang melantunkan doa dengan nada iba, pun putusasa.

Seorang remaja pria yang menyapaku di teras satu kedai kopi dengan mata sendu, tiba-tiba mengajakku ke flat huniannya di sudut jalan yang dipenuhi salju.

Katanya, ia akan bercerita tentang perpisahannya dengan ayah ibu dan dua saudaranya, di suatu pagi yang beku. Sekawanan serdadu mendobrak pintu hunian di lantai tiga bangunan panjang berlantai empat itu, menyeret orangtuanya dan juga kedua adiknya, lalu dilemparkan ke dalam truk yang telah dijejali manusia segala usia.

Ia menyaksikan dari kejauhan sambil gemetaran, mengintip dari balik pohon tua yang tak lagi berdaun karena ditindih salju. Pagi yang nyaris membuat tubuh beku itu, ia disuruh ayahnya membeli roti di toko langganan yang kian hari kian enggan melayani pembeli sebangsa dirinya.

Truk serdadu itu kemudian pergi, membawa puluhan orang hasil razia, termasuk ayah ibu dan adik-adiknya. Setelah merasa aman, ia melangkah cepat menuju rumahnya. Sebungkus roti yang ia beli diletakkannya begitu saja di atas meja dapur.

Ia menangis sekeras-kerasnya sambil menggigit ujung jaketnya agar tak didengar tetangga. Saat meraung sambil memandang jalan di bawahnya, tiba-tiba satu tembakan menghancurkan kaca jendela. Tembakan kedua menembus dadanya, berasal dari bangunan di seberang, entah siapa yang menembakkan.

Seketika tubuhnya rubuh, darahnya menggenangi lantai. Tiga hari kemudian, beberapa tentara membawa tandu sambil menutup hidung dengan kain putih tebal; tetangga-tetangga telah melaporkan bau mayat yang membuat mereka sampai muntah.

“Tetapi aku tetap duduk di dekat jendela itu,” ujarnya disertai senyum. “Memandang ke bawah, menunggu ayah ibu dan kedua adikku kembali. Sampai sekarang.”

Aku mengangguk dengan mulut seolah beku. Kureguk kopi tanpa gula yang telah dingin, menyalakan sebatang sigaret kretek yang kubawa dari Jakarta.

“Bangsa kami tidak suka merokok,” ucapnya tanpa aku tanya. “Tetapi aku tahu bau asapnya. Aku belum pernah lihat seperti rokokmu ini. Aromanya eksotik. Seperti asap rempah atau aroma dupa.”

“Ini hanya ada di Indonesia,” kataku walau tahu dia pasti tak tahu di mana negeri yang kumaksud. “Kusarankan, kau tak usah mencoba rokok karena bisa membuatmu jatuh suka, dan itu bisa merepotkanmu. Apalagi jenis yang kuhisap ini.”

Ia memandang bungkus kretek warna kuning itu beberapa saat. “Apakah ada artinya angka-angka ini?” Tanyanya kemudian sembari mendekatkan telunjuknya ke bungkus kretek.

Aku menggeleng. “Mungkin produsennya yang tahu.”

“Bila dijumlahkan jadi sembilan. Aku yakin ada artinya,” ucapnya seperti peramal.

“Mungkin. Tapi aku tak peduli dan tak mau tahu.”

“Kita perlu memaknai tiap simbol atau lambang.”

“Aku tak begitu tertarik,” balasku sambil mengangkat bahu.

“Tetapi kau sendiri memiliki simbol, lambang, meski tak kau perlihatkan.”

“Lambang apa? Simbol apa?” Usutku penasaran sebab aku tak mengenakan atau memakai apa pun di sekujur tubuhku, pula tak ada tato.

“Keyakinanmu, yang kau imani selama ini.”

“Oooh. Itu? Tapi..bagaimana kau tahu sedangkan aku belum…”

“Aku tahu tanpa kau katakan.”

Aku mengangguk-anggukkan kepala disertai penasaran: bagaimana dia tahu lambang yang kusucikan.

“Hotel tempatmu menginap, itu bekas rumahku. Hunian kami. Itu warisan kakekku.”

“Oya?”

Ia mengangguk, kepalanya kemudian menunduk. “Di kamar tempatmu tidurlah kejadian itu. Sampai sekarang aku masih duduk di dekat jendela kaca itu, menunggu ayah ibu dan kedua adikku.”

“What?”

Ia menyampingkan wajahnya, seakan mengajakku melihat ke suatu masa. “Aku mengikutimu selama di kota ini,” ujarnya tanpa memalingkan muka ke arahku. “Sejak kau datang ke rumahku, ingin kuajak bicara. Tapi, di kedai kopi inilah tempat yang paling sesuai kurasa. Tak ada yang mengenalku di sini. Aku merasa aman untuk bercerita.”

Aku tak paham.

“Tak ada mata-mata yang menyampaikan ke serdadu-serdadu itu. Tukang roti langganan orangtuaku itu pun jarang ke sini.”

Aku menarik napas. Mataku membelalak sambil menunggu yang akan dikatakannya.

“Aku akan terus menunggu ayah ibu dan kedua adikku di dekat jendela kaca itu. Lama sekali mereka kembali..,” ujarnya dengan suara parau.

Airmatanya lantas bercucuran. Aku jadi gelagapan.

Tak lama kemudian dia pamit. Agak tergesa aku habiskan sisa kopi di wadah plastik yang telah dingin.

Kutelusuri trotoar-trotoar sampai kemudian berhenti di tepi sungai yang sunyi, hingga temaram senja semakin mengelamkan kota.

Kota yang tiada jemu mengundangku untuk menuliskan ratusan atau malah ribuan kisah tentang kekejaman manusia.***


Penulis merupakan praktisi hukum yang berkiprah di Jakarta. Penulis novel “Sordam”. Ulasan ini merupakan saduran dari laman Facebook pribadinya dan telah mendapat persetujuan untuk dimuat di Piramida.id.

Tags: headline
Share39SendShare

Related Posts

Ini Medan, Bung!

05/03/2023

Supriadi Harja* PIRAMIDA.ID- Aku lupa, kapan aku pernah mengenal orang ini. Begitu melihatku, ia memperkenalkan diri. Namanya Pak Sukri. Namun...

Seperti Apa Sistem Absensi yang Banyak Digunakan di Indonesia?

20/12/2022

PIRAMIDA.ID- Aset terbesar perusahaan adalah karyawan. Tanpa karyawan, perusahaan tidak akan dapat mencapai tujuan perusahaan. Untuk mencapai tujuannya, human resources...

Mimpi

07/12/2022

Billie Gregorine* PIRAMIDA.ID- Semua orang sekiranya pastilah pernah bermimpi. Sambil rebahan, sayup-sayup kudengar lagu dari Nadin Hamizah yang judulnya 'Rumpang'....

Mengantongi Ragam Cerita dari Tanah Papua

04/09/2022

Oleh: Roberto Duma Buladja* PIRAMIDA.ID- Konsultasi Nasional (Konas) GMKI berlangsung pada 23–27 Agustus 2022 di Jayapura, tanah Papua. Kurang lebih...

Diskriminasi Terhadap Perokok, dari Waktu ke Waktu

26/08/2022

Indi Hakimi* PIRAMIDA.ID- Bukan kali ini saja perokok mendapatkan perlakuan buruk dari masyarakat. Perlakuan itu bukan hanya melalui tindakan-tindakan, begitu...

Apa yang Membuat Rokok Elektrik Menarik?

18/08/2022

PIRAMIDA.ID- Rokok elektrik atau yang dikenal vape salah satu produk berbasis nikotin yang disukai sebagian perokok. Vape digadang-gadang sebagai pengentas...

Load More

Tinggalkan Komentar Batalkan balasan

Terkini

Edukasi

Cerpen: Tambang Liar

02/04/2023
Dunia

Bagaimana Asal Usul Jabat Tangan?

02/04/2023
Dialektika

Prinsip-Prinsip Disiplin Kelas

02/04/2023
Ekosospolbud

Sanggar Seni Sebagai Organisasi Budaya

02/04/2023
Berita

Korwil GMKI Sumut-NAD Minta KPK Turun Tangan Terkait Dugaan Penggelapan Pajak Dibalik Kematian Bripka Arfan

31/03/2023
Berita

Kelompok Cipayung Siantar Sampaikan Sikap Atas Gerakan Mengatasnamakan Kelompok Cipayung Plus Siantar

30/03/2023

Populer

Berita

Ketua DPRD Siantar Tidak Berani Debat, ILAJ Minta MA dan Mendagri Tolak Hasil Pansus Angket

27/03/2023
Berita

Kelompok Cipayung Siantar Sampaikan Sikap Atas Gerakan Mengatasnamakan Kelompok Cipayung Plus Siantar

30/03/2023
Dialektika

Prinsip-Prinsip Disiplin Kelas

02/04/2023
Dialektika

RUU Omnibus Law Kesehatan: Keberadaan, Tantangan dan Peluang

27/03/2023
Berita

Aliansi Mahasiswa Jakarta Raya Mendesak Kepala BPJS Jakarta Selatan Dicopot dari Jabatannya

27/03/2023
Dialektika

Quo Vadis Carbon Trading sebagai Industri Keuangan Terbarukan

19/03/2023

FULL CAFE SIANTAR DI JALAN NARUMONDA ATAS NO 30

  • Tentang Kami
  • Redaksi
  • Pedoman
  • Terms
  • Policy

© 2020-2021 Piramida ID

wisata indonesia - destinasi wisata terpopuler Rotasi Asia - Berita Terkini Spot Wisata Danau Toba Terbaik destinasi wisata dunia

No Result
View All Result
  • Kabar Desa
  • Dunia
  • Ekologi
  • Dialektika
  • Sopolitika
  • Sorot Publik
  • Lainnya
    • Ekosospolbud
    • Pojokan
    • Sains
    • Spiritualitas

© 2020-2021 Piramida ID

wisata indonesia - destinasi wisata terpopuler Rotasi Asia - Berita Terkini Spot Wisata Danau Toba Terbaik destinasi wisata dunia