Piramida.id
  • Tentang Kami
  • Redaksi
  • Pedoman
  • Terms
  • Policy
Minggu, Agustus 24, 2025
  • Kabar Desa
  • Dunia
  • Ekologi
  • Dialektika
  • Sopolitika
  • Sorot Publik
  • Lainnya
    • Ekosospolbud
    • Pojokan
    • Sains
    • Spiritualitas
No Result
View All Result
  • Kabar Desa
  • Dunia
  • Ekologi
  • Dialektika
  • Sopolitika
  • Sorot Publik
  • Lainnya
    • Ekosospolbud
    • Pojokan
    • Sains
    • Spiritualitas
No Result
View All Result
Piramida.id
  • Berita
  • Dialektika
  • Dunia
  • Edukasi
  • Ekologi
  • Ekosospolbud
  • Kabar Desa
  • Pojokan
  • Sains
  • Sopolitika
  • Sorot Publik
  • Spiritualitas
Home Ekologi

Edelweis, Bunga Abadi yang Dilarang Dipetik Sembarang

by Redaksi
25/06/2021
in Ekologi
106
SHARES
754
VIEWS
Bagikan ke FacebookBagikan ke WhatsappBagikan ke Telegram

PIRAMIDA.ID- Malam itu ketika dingin dan kebisuan

Menyelimuti Mandalawangi

Kau datang kembali

Dan berbicara padaku tentang kehampaan Semua

Mandalawangi-Pangrango, sebuah puisi fenomenal karya Soe Hok Gie. Tempat yang menjadi judul puisi itu adalah habitat bunga edelwies, yang terkenal sebagai bunga abadi.

Para pendaki memang selalu terhibur dengan bunga cantik tersebut. Bahkan edelweis dipercaya sebagai simbol cinta, kekuatan, keabadian, dan ketulusan.

Sebab itulah, bunga dari Famili Asteraceae banyak diburu oleh orang yang tidak bertanggung jawab. Bahkan, oleh mereka yang mengaku sebagai pencinta alam sekalipun.

Edelweis terlalu menggoda untuk dimiliki, tak mudah layu, rusak meski sudah dipetik dari tangkainya. Kecantikan dan karakteristik edelweis telah menginspirasi banyak penulis untuk menciptakan lagu dan puisi.

Berdasarkan penelitian Muhammad Fathoni Hamzah [2010], berjudul “Studi Morfologi dan Anatomi Daun Edelweis Jawa [Anaphalis javanica] pada Beberapa Ketinggian yang Berbeda di Taman Nasional Bromo Tengger Semeru” diketahui tumbuhan ini berbatang silinder, berdaun panjang, tipis, berbulu lebat, dan tersebar atau berhadapan.

“Bagian tengahnya terdapat bunga berwarna oranye dan kepala bunga yang menyerupai bunga aster,” tulis laporan tersebut.

Keunikan bunga ini, umurnya bisa mencapai lebih dari 100 tahun. Di dalam bunga terkandung hormon etilen yang berfungsi agar bunganya tidak gugur. Hal inilah yang membuat edelweis dijuluki bunga abadi.

Edelweis merupakan tumbuhan perintis yang kuat dan mendiami lereng tandus akibat kebakaran, juga daerah terbuka seperti puncak dan kawah.

“Tumbuhan pelopor bagi tanah vulkanik muda di hutan pegunungan dan mampu mempertahankan keberlangsungan hidupnya di atas tanah tandus,” lanjut Muhammad Fathoni Hamzah.

Bunga ini juga bersifat intoleran, mampu hidup di daerah miskin kandungan hara, karena mampu membentuk mikoriza dengan jamur tertentu yang efektif memperluas kawasan dan efesien mencari zat hara.

Edelweis hidup di ketinggian antara 1.600 hingga 3.600 mdpl. Bunga-bunganya akan muncul di bulan April dan Agustus yang sangat disukai serangga seperti kutu, kupu-kupu, lalat, hingga lebah.

Mengutip generasibiologi.com, persebaran edelweis terutama di Asia Tengah dan Selatan, total sebanyak 110 jenis. Sedangkan di Asia Tenggara termasuk New Guinea, hanya terdapat 6 jenis Anaphalis, yaitu A. javanica, A. longifolia, A. maxima, A. viscida, A. helwigii, dan A. arfakensis.

Menjaga edelweis dengan kearifan lokal

Dalam Jurnal Produksi Tanaman Vol. 6 No. 8, Agustus 2018, berjudul “Etnobotasi Edelweiss [Anaphalis spp.] di Desa Ngadas, Taman Nasional Bromo Tengger Semeru” karya Amanu Budi Sutiyo Utomo dan Suwasono Heddy diketahui masyarakat Ngadas sangat melestarikan adat istiadat leluhurnya. Bahkan, kearifan lokal itu sangat baik dalam upaya pelestarian habitat edelweis.

“Pemanfaatan edelweis dalam Upacara Adat Tangger Desa Ngadas di antaranya Kasado, Karo, Entas-Entas, dan Wologoro [pernikahan],” tulis laporan itu.

Pengambilan bunga edelweis dalam upacara adat hanya dilakukan oleh perwakilan, biasanya kepala keluarga. Lalu bunga yang dirangkai dalam sesajian akan dido’akan ketua adat.

Tak hanya itu, mereka juga ada peraturan adat. Apabila seseorang menebang lima batang pohon non-komersial di dalam kawasan Taman Nasional Bromo Tengger Semeru, maka ia harus membayar dengan 50 karung semen dan menanam 300 pohon pada bekas lokasi tebangan.

“Kearifan lainnya adalah ketika keberadaan edelweis semakin sedikit setelah kebakaran, maka pada upacara adat mereka mengurasi presentasi bunga tersebut dalam sesaji. Tindakan konservasi dari pihak taman nasional dan masyarakat lokal tentunya dapat menjaga kelestarian edelweis.”

Penegakan hukum

Penelitian Saddam Husein Maarif, berjudul “Penegakan Hukum Terhadap Pelaku yang Mengambil Bunga Edelweis di Kawasan Taman Nasional Gede Pangrango Dihubungkan Dengan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang KSDAH dan Ekosistemnya” menunjukkan tumbuhan ini sering dipetik oleh para pendaki yang tidak bertanggung jawab. Ini dikarenakan masih lemahnya pengawasan dan penegakan hukum.

Padahal, undang-undang telah mengatur tegas perlindungan bunga ini. Bagi siapapun yang melanggarnya, baik disengaja ataupun dikarenakan kelalaian, akan dijerat sanksi pidana yang berlaku.

“Namun dalam fakta yang terjadi, para pelanggar tidak diberikan sanksi yang sesuai ketentuan undang-undang. Bahkan hingga saat ini, para pelaku hanya diberikan sanksi moral dan belum ada pelanggar yang dikenai sanksi pidana oleh aparat,” tulis laporan tahun 2017 itu.

Sesungguhnya, dalam Pasal 40 ayat [2] Undang-undang Nomor 5 Tahun 1990 Tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya, tertulis barangsiapa dengan sengaja melakukan pelanggaran terhadap ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 ayat [1] dan ayat [2] serta Pasal 33 ayat [3] dipidana penjara paling lama lima tahun dan denda paling banyak 100 juta.

Berdasarkan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan No. P.106/MENLHK/SETJEN/KUM.1/12/2018 tentang Jenis Tumbuhan dan Satwa Dilindungi, edelweis [Anaphalis javanica] merupakan jenis bunga dilindungi dari kepunahan, tercantum pada nomor 797.

Cara terbaik mencintai edelweis adalah dengan membiarkan bunga abadi itu tumbuh indah di habitatnya. Tidak memetiknya.(*)


Mongabay Indonesia

Tags: ##bungaabadi#edelweis#soe-hokgie
Share42SendShare

Related Posts

Suara dari Bonapasogit: Gereja dan Masyarakat Sipil Serukan Penutupan PT TPL

15/07/2025

PIRAMIDA.ID - Suasana haru dan semangat memenuhi ruang pertemuan Hotel Serenauli, Laguboti, ketika lebih dari 150-an orang dari berbagai latar...

Menelusuri Asal Usul Makna Warna Hijau & Gerakan Lingkungan

05/03/2023

PIRAMIDA.ID- Pada Februari 1970, sekelompok hippie dan aktivis berkumpul di Vancouver, Kanada untuk membahas rencana uji coba nuklir di Pulau...

Perspektif Sosiologi terhadap Permasalahan Eksistensi Nelayan Skala Kecil

27/10/2022

Oleh: Adhitya Qurdiansyah (2205030012) PIRAMIDA.ID- Nelayan merupakan sebuah istilah bagi setiap individu atau kelompok yang mana kesehariannya bekerja menangkap ikan...

Di Jambi Penyelesaian Konflik Agraria Dinilai Setengah Hati, WALHI Ungkap Sejumlah Persoalan

26/07/2022

PIRAMIDA.ID- Proses penyelesaian konflik agraria di wilayah Provinsi Jambi, diakui masih menapaki jakan terjal oleh Manager Advokasi Wahana Lingkungan Hidup...

Apa yang Terjadi jika Kita Berhenti Menggunakan Plastik?

06/07/2022

PIRAMIDA.ID- Dari 8.300 juta ton plastik murni yang diproduksi hingga akhir tahun 2015, terdapat 6.300 juta tonnya telah dibuang. Sebagian...

Dampak Plastik terhadap Lingkungan

07/06/2022

Oleh: Lidya Putri* PIRAMIDA.ID- Kantung plastik kresek dan kemasan dari plastik lainnya merupakan alat pengemas yang paling banyak dipergunakan karena...

Load More

Tinggalkan KomentarBatalkan balasan

Terkini

Berita

KNPI Simalungun Dukung Penuh Kejari untuk Segera Tuntaskan Dugaan Penyalagunaan Dana Hibah oleh Kaban Kesbangpol dan Dispora

22/08/2025
Berita

KNPI Dukung Investasi KEK Sei Mangkei Wujudkan Simalungun Maju

22/08/2025
Berita

ILAJ Akan Laporkan Kaban Kesbangpol Simalungun ke KPK RI, Desak Bupati Segera Copot Jabatan

17/08/2025
Berita

Rektor USI Berangkatkan 664 Mahasiswa/i USI dan 100 DPL Ikuti Program Kampus Berdampak Tahun 2025

16/08/2025
Berita

Dari Skandal Akademik ke Dugaan Politik Curang: Gelombang Penolakan Pradana di Pemilihan ILUNI UI 2025

15/08/2025
Berita

Rapin Mudiardjo: Dari Solidaritas Angkatan ke Dugaan Politisasi Ruang Akademik

15/08/2025

Populer

No Content Available
  • Tentang Kami
  • Redaksi
  • Pedoman
  • Terms
  • Policy

© 2020-2024 Piramida ID

rotasi barak berita hari ini danau toba

No Result
View All Result
  • Kabar Desa
  • Dunia
  • Ekologi
  • Dialektika
  • Sopolitika
  • Sorot Publik
  • Lainnya
    • Ekosospolbud
    • Pojokan
    • Sains
    • Spiritualitas

© 2020-2024 Piramida ID

rotasi barak berita hari ini danau toba

xnxx
xnxx
xnxx
xnxx