Piramida.id
  • Tentang Kami
  • Redaksi
  • Pedoman
  • Terms
  • Policy
Kamis, Juli 3, 2025
  • Kabar Desa
  • Dunia
  • Ekologi
  • Dialektika
  • Sopolitika
  • Sorot Publik
  • Lainnya
    • Ekosospolbud
    • Pojokan
    • Sains
    • Spiritualitas
No Result
View All Result
  • Kabar Desa
  • Dunia
  • Ekologi
  • Dialektika
  • Sopolitika
  • Sorot Publik
  • Lainnya
    • Ekosospolbud
    • Pojokan
    • Sains
    • Spiritualitas
No Result
View All Result
Piramida.id
  • Berita
  • Dialektika
  • Dunia
  • Edukasi
  • Ekologi
  • Ekosospolbud
  • Kabar Desa
  • Pojokan
  • Sains
  • Sopolitika
  • Sorot Publik
  • Spiritualitas
Home Dunia

Inteligensia Artifisial Jamin Pemilihan secara Obyektif?

by Redaksi
06/11/2021
in Dunia
99
SHARES
709
VIEWS
Bagikan ke FacebookBagikan ke WhatsappBagikan ke Telegram

PIRAMIDA.ID- Kompetisi kecantikan “beauty.ai” menjanjikan obyektifitas dalam memilih orang berparas paling menawan di bumi. Yaitu dengan bantuan inteligensia buatan atau artificial inteligence, yang biasa disingkat AI.

Lebih dari 6.000 selfi sudah diserahkan, dari berbagai bagian dunia. Tapi, hampir semua pemenang berkulit putih.

Masalahnya: inteligensia buatan dilatih memberikan penilaian dengan data-data wajah orang dari Eropa Tengah. Sedangkan wajah orang dari kawasan dunia lain tidak dikenali dengan baik.

Keputusan AI berdampak pada hidup manusia

Salah seorang peneliti inteligensia buatan, Joy Buolamwini, juga mengeluhkan kerugian besar lain akibat inteligensia buatan. “Kita harus semakin menyadari adanya algoritme destruktif misterius yang menyebar luas, dan semakin digunakan untuk mengambil keputusan yang berdampak pada hidup kita.“

Hirarki Superioritas Pada Kecerdasan Buatan

Buolamwini menjelaskan lebih lanjut, misalnya dalam hal siapa yang dapat pekerjaan, siapa yang dipecat. Apa orang ini dapat pinjaman atau tidak, dapat asuransi, atau dapat tempat kuliah yang diinginkan.

Banyak piranti lunak yang digunakan perusahaan untuk memilih pekerja baru menggunakan kecerdasan buatan. Piranti lunak ini menganalisa bahasa tubuh atau kata-kata yang digunakan.

Pembuat piranti lunak seperti HireVue menjanjikan obyektifitas lebih tinggi, sehingga katanya keanekaragaman dan keadilan genderbisa tercapai

Pakar seperti Lorena Jaume-Palasí meragukan itu. Ia menganalisa 38 piranti lunak untuk proses penerimaan pegawai yang digunakan pemerintah Jerman.

AI mematuhi ide usang Big Five

“Banyak dari piranti lunak ini berlandaskan teori yang dalam berbagai ilmu sosial, sosiologi juga psikologi dianggap kontroversial, atau sudah lama usang,“ kata Jaume-Palasí. Di dalamnya tercakup ide-ide yang disebut Big Five.

Big Five dalam piranti lunak adalah: sikap terbuka, bertanggungjawab, menerima ide baru, punya empati dan keyakinan diri. Inteligensia artifisial menempatkan orang pada ibaratnya laci-laci ini, dan menarik kesimpulan tentang kelayakan seseorang.

Misalnya, empati tidak termasuk dalam kategori yang dicari untuk posisi pemimpin. Sementara empati diasosiasikan dengan perempuan. Akhirnya piranti lunak berinterpretasi: perempuan tidak cocok jadi pemimpin!

Masalah lainnya: Big Five adalah nilai-nilai yang berlaku dalam masyarakat Eropa. Jika kita memandang Asia misalnya, bisa dilihat, sikap rajin punya bobot sangat tinggi. Dan itu sama sekali tidak diperhitungkan “tool” yang biasanya digunakan perusahaan besar.

Teknologi yang digunakan untuk evaluasi orang

Uni Eropa juga menggunakan piranti lunak seperti itu untuk proses pencarian pegawai baru. Namanya Cammio. Tapi sekarang fungsi inteligensia buatan yang ada di piranti lunak itu belum mulai digunakan.

Lorena Jaume-Palasí yang juga jadi penasehat pemerintah dalam hal intelegensia artifisial mengatakan, “Saya rasa, kita harus memikirkan dulu, apakah teknologi seperti ini bisa digunakan dalam berbagai hal, yang tujuannya memberikan nilai dan mengevaluasi orang.“

Penyebabnya, karena teknologi ini sebenarnya tidak etis dan tidak sesuai dengan ilmu pengetahuan, dan tidak layak dilempar ke pasaran. Begitu ditekankan Jaume-Palasí yang juga pendiri organisasi non profit Ethical Tech Society

Namun demikian, di seluruh dunia, semakin banyak sistem kecerdasan buatan yang digunakan.

Manusia butuh program yang inklusif

“Kita harus mulai memikirkan bagaimana caranya menciptakan program yang bersifat lebih inklusif dan mengikutsertakan praktik lebih inklusif pula. Ini harus dimulai manusia,“ kata Joy Buolamwini.

Peneliti intelegensia artifisial itu mengemukakan sejumlah hal yang harus dipertimbangkan. Apakah kita menciptakan tim dengan individu beraneka ragam, dan bisa saling melengkapi? Dari segi teknis, apakah kita memperhitungkan keadilan jika mengembangkan sistem?

Kita sekarang punya kesempatan untuk mencapai persamaan dan keadilan, jika kita menjadikan perubahan sosial sebagai prioritas, dan bukan hal sampingan. Demikian ditambahkan Joy Buolamwini.

Menilai orang secara adil, berkaitan dengan tantangan lebih besar. Dan itu menuntut biaya tambahan dari pembuat program inteligensia artifisial.(*)


DW Indonesia

Tags: #AI#kecerdasan#rasisme
Share40SendShare

Related Posts

Perang Israel-Iran Menunjukkan Pentingnya STEM, Fawer Sihite: Dukung Sikap Presiden Prabowo

22/06/2025

PIRAMIDA.ID - Dalam sebuah wawancara eksklusif yang berlangsung di Mall Atrium Senen, Jakarta Pusat, Fawer Sihite menegaskan bahwa perang antara...

Kebahagiaan Berasal dari Keyakinan dalam Diri

10/07/2023

PIRAMIDA.ID- Pernahkah Anda berkata pada diri sendiri saat marah, ‘Saya tidak boleh marah?' Atau mungkin ketika Anda merasa sedikit sedih,...

Mengapa Orang Terlihat Serius dan Tidak Tersenyum di Foto-foto Kuno?

30/04/2023

PIRAMIDA.ID- Foto-foto pertama diambil pada akhir tahun 1820-an. Tetapi sampai tahun 1920-an, tampaknya orang-orang mulai “belajar” tersenyum saat di foto....

Bagaimana Asal Usul Jabat Tangan?

02/04/2023

PIRAMIDA.ID- Kita sudah begitu terbiasa berjabat tangan dengan orang lain, kita hampir tidak memikirkan bagaimana, di mana, dan mengapa kebiasaan...

Marcus Aurelius: Kaisar Romawi Baik Hati yang Juga Seorang Filsuf

05/03/2023

PIRAMIDA.ID- Marcus Aurelius lahir pada 26 April 121 Masehi di Roma dengan nama lahir Marcus Annius Verus. Perjalanan hidupnya membuat...

Melihat Penghasilan Lenin dan Stalin

22/08/2022

PIRAMIDA.ID- Ketika para pemimpin Soviet pertama berkuasa, mereka menyiarkan slogan-slogan seperti “Tanah untuk Petani! Pabrik untuk Para Pekerja!” dan berjanji bahwa...

Load More

Tinggalkan KomentarBatalkan balasan

Terkini

Berita

Robot Polri Tuai Kritik Netizen, Fawer Sihite: Inovasi Harus Disambut Baik, Tapi Polri Perlu Bangun Instrumen Komunikasi yang Efektif

30/06/2025
Berita

Tokoh Cipayung Plus Gabung Golkar Lewat AMPI, Jefri Gultom: Politik Adalah Etika untuk Melayani

28/06/2025
Berita

Tokoh Cipayung Plus Login Golkar Pada HUT AMPI, Bahlil Lahadalia : Adik-Adik Saya Sudah di Jalan Yang Benar

28/06/2025
Berita

IRKI Nilai Tafsir UU Tipikor atas Pedagang Pecel Lele Menyesatkan

22/06/2025
Dunia

Perang Israel-Iran Menunjukkan Pentingnya STEM, Fawer Sihite: Dukung Sikap Presiden Prabowo

22/06/2025
Berita

Buntut Viralnya Dugaan Kekerasan Terhadap Tunanetra di Siantar, ILAJ Minta KND Periksa Wali Kota dan Jajaran Terkait

19/06/2025

Populer

Berita

Tokoh Cipayung Plus Login Golkar Pada HUT AMPI, Bahlil Lahadalia : Adik-Adik Saya Sudah di Jalan Yang Benar

28/06/2025
Berita

Robot Polri Tuai Kritik Netizen, Fawer Sihite: Inovasi Harus Disambut Baik, Tapi Polri Perlu Bangun Instrumen Komunikasi yang Efektif

30/06/2025
Edukasi

Keterbatasan Jumlah Guru Terampil

09/12/2021
Berita

Tokoh Cipayung Plus Gabung Golkar Lewat AMPI, Jefri Gultom: Politik Adalah Etika untuk Melayani

28/06/2025
Pojokan

Aku dan Sejuta Masalah Hidupku

17/06/2021
Dunia

Sumber Air Bersih dan Air Minum di Arab Saudi

07/06/2020
  • Tentang Kami
  • Redaksi
  • Pedoman
  • Terms
  • Policy

© 2020-2024 Piramida ID

rotasi barak berita hari ini danau toba

No Result
View All Result
  • Kabar Desa
  • Dunia
  • Ekologi
  • Dialektika
  • Sopolitika
  • Sorot Publik
  • Lainnya
    • Ekosospolbud
    • Pojokan
    • Sains
    • Spiritualitas

© 2020-2024 Piramida ID

rotasi barak berita hari ini danau toba