Piramida.id
  • Tentang Kami
  • Redaksi
  • Pedoman
  • Terms
  • Policy
Sabtu, Mei 24, 2025
  • Kabar Desa
  • Dunia
  • Ekologi
  • Dialektika
  • Sopolitika
  • Sorot Publik
  • Lainnya
    • Ekosospolbud
    • Pojokan
    • Sains
    • Spiritualitas
No Result
View All Result
  • Kabar Desa
  • Dunia
  • Ekologi
  • Dialektika
  • Sopolitika
  • Sorot Publik
  • Lainnya
    • Ekosospolbud
    • Pojokan
    • Sains
    • Spiritualitas
No Result
View All Result
Piramida.id
  • Berita
  • Dialektika
  • Dunia
  • Edukasi
  • Ekologi
  • Ekosospolbud
  • Kabar Desa
  • Pojokan
  • Sains
  • Sopolitika
  • Sorot Publik
  • Spiritualitas
Home Ekologi

Kala Lahan Hutan Menjadi Kebun Sawit dan Karet, Banjir adalah Konsekuensi

by Redaksi
21/01/2021
in Ekologi
98
SHARES
702
VIEWS
Bagikan ke FacebookBagikan ke WhatsappBagikan ke Telegram

PIRAMIDA.ID- Awal 2021, Indonesia dihadirkan dengan sejumlah bencana alam, seperti banjir dan tanah longsor. Para ahli ekologi beranggapan bahwa rentetan bencana alam disebabkan peralihan lahan yang merusak tatanan ekologis di tanah air.

Berdasarkan studi yang dipublikasikan Agustus 2020 di jurnal Ecology and Society, para peneliti menyampaikan peralihan lahan yang diabaikan otoritas Indonesia untuk perluasan perkebunan monokultur seperi sawit dan karet. Akibatnya meningkatkan potensi banjir yang berdampak buruk bagi kehidupan.

Peneliti gabungan dari Institut Pertanian Bogor, University of Göttingen, bersama BMKG mewawancarai sejumlah petani, masyarakat desa, dan pemangku kebijakan di Provinsi Jambi.

Para peneliti membandingkan dan menganalisa wawancara itu dengan pengukuruan ilmiah pada curah hujan, sungai,  permukaan air tanah, pendataan terhadap properti dan pengunaan lahan pada wilayah tersebut.

Antara 1990 hingga 2013, mereka menemukan bahwa hutan di Jambi berkurang 25 persen, dari 6.835 kilometer persegi menjadi 5.108 kilometer persegi. Saat ini sebagian besar kawasan hutan tersisa di pegunungan atau hulu sungai.

Selama 20 tahun terakhir, area yang ditanami sawit meluas hingga 54 persen dari 939 kilometer persegi menjadi 1.451 kilometer persegi. Perkebunan karet meningkat 25 persen dari 2.714 kilometer persegi menjadi 3.404 kilometer persegi. Sedangkan area persawahan campuran relatif sama dalam periode penelitian.

Dalam temuan metode diskusi kualitatif, mereka mengungkapkan bahwa masyarakat setempat mengalami perubahan drastis terkait intensitas frekuensi banjir selama 10 hingga 15 tahun terakhir.

Mereka menyebutkan maraknya banjir terjadi setelah kawasan hutan dan rawa yang selama ini menjadi penahan dan penyimpan air telah berubah menjadi perkebunan sawit dan karet. Di sisi lain juga curah hujan tidak lagi mengikuti pola musim dan  sulit untuk diprediksi masyarakat, khususnya petani.

“Pengamatan umum di antara penduduk desa adalah bahwa banjir saat ini akan terjadi lebih cepat, dan bahkan setelah curah hujan yang singkat,” ungkap para peneliti. “Dalam ingatan mereka, banjir di masa lalu hanya terjadi setelah curah hujan yang berkepanjangan.”

Melalui penelitian dengan metode kuantitatif, para peneliti mengamati permukaan air sungai setelah mendapatkan laporan masyarakat. Mereka menemukan setiap bulan sungai Tembesi di Jambi mengalami peningkatan ketinggian yang signifikan dari rata-rata permukaan air sungai tahunan, sebesar 0,10 meter dalam periode 1997-2016. Peningkatan ini lebih tampak pada musim hujan dengan rata-rata 0,12 meter per tahun, dibandingkan peningkatan di musim kemarau dengan 0,06 meter per tahun.

“Analisis ketinggian air sungai menunjukkan bahwa banjir merupakan komponen penting dalam hidrologi Sungai Tembesi. Oleh karena itu, kami menggunakan model elevasi digital dan jaringan sungai untuk menghasilkan peta risiko banjir,” terang mereka.

Dari pendapat masyarakat, pembangunan bendungan banjir dan saluran drainase juga berkontribusi pada perubahan pola banjir lokal. Karena perkebunan kelapa sawit secara khusus semakin banyak dibudidayakan di lahan basah—seperti lahan gambut—pemilik perkebunan yang berusaha mengontrol banjir di tanah mereka melalui fasilitas tersebut.

“Namun, bendungan seperti itu sering kali menyebabkan peningkatan banjir di persawahan petani kecil di sekitarnya,” Terang Jennifer Merten, peneliti University of Göttingen, melalui rilisnya.

“Tentu, sangat penting untuk meregulasi dan mengontrol intervensi bentang alam untuk melindungi dari banjir dan (sebagai) drainase. Jika tidak ditindak, akan menyebabkan dampak peningkatan banjir kepada masyrakat yang lebih miskin, sebab perusahaan besar hanya membuat airnya lewat begitu saja.”

Marten bersama timnya juga memprediksikan sekitar 408 kilometer persegi tanah yang berdekatan dengan sungai akan tergenang. Bencana ini dapat berdampak negatif pada infrastruktur lokal, pertanian, dan penduduk desa.

Tentunya, peristiwa bencana dan sulitnya memprediksi banjir musiman berdampak pada sosial ekonomi secara signifikan, seperti gagal panen yang terjadi pada petani kecil di kawasan tepi lokal. Akibatnya, berdasarkan laporan pemerintah setempat, kerugian itu menjadi alasan utama bagi para petani mengubah lahannya menjadi perkebunan kelapa sawit.(*)


National Geographic

Tags: #banjir#bencana#kerusakanlingkungan
Share39SendShare

Related Posts

Menelusuri Asal Usul Makna Warna Hijau & Gerakan Lingkungan

05/03/2023

PIRAMIDA.ID- Pada Februari 1970, sekelompok hippie dan aktivis berkumpul di Vancouver, Kanada untuk membahas rencana uji coba nuklir di Pulau...

Perspektif Sosiologi terhadap Permasalahan Eksistensi Nelayan Skala Kecil

27/10/2022

Oleh: Adhitya Qurdiansyah (2205030012) PIRAMIDA.ID- Nelayan merupakan sebuah istilah bagi setiap individu atau kelompok yang mana kesehariannya bekerja menangkap ikan...

Di Jambi Penyelesaian Konflik Agraria Dinilai Setengah Hati, WALHI Ungkap Sejumlah Persoalan

26/07/2022

PIRAMIDA.ID- Proses penyelesaian konflik agraria di wilayah Provinsi Jambi, diakui masih menapaki jakan terjal oleh Manager Advokasi Wahana Lingkungan Hidup...

Apa yang Terjadi jika Kita Berhenti Menggunakan Plastik?

06/07/2022

PIRAMIDA.ID- Dari 8.300 juta ton plastik murni yang diproduksi hingga akhir tahun 2015, terdapat 6.300 juta tonnya telah dibuang. Sebagian...

Dampak Plastik terhadap Lingkungan

07/06/2022

Oleh: Lidya Putri* PIRAMIDA.ID- Kantung plastik kresek dan kemasan dari plastik lainnya merupakan alat pengemas yang paling banyak dipergunakan karena...

Apakah Efektif Pola Baru Pengawasan dan Penegakan Hukum di Laut Indonesia?

09/04/2022

PIRAMIDA.ID- Pengamanan wilayah laut menjadi kegiatan sangat penting untuk bisa terus berlangsung sepanjang tahun. Kegiatan tersebut tak hanya untuk mengamankan...

Load More

Tinggalkan KomentarBatalkan balasan

Terkini

Berita

Aliansi Mahasiswa Siantar Se-Jabodetabek Akan Kepung Mabes Polri: Tuntut Penangkapan Wali Kota Wesli Silalahi

11/05/2025
Berita

Satgas Penertiban Kawasan Hutan (PKH): Penegakan Hukum atau Alibi Militerisasi Atas Nama Konservasi?

09/05/2025
Berita

Ketua Front Justice: Kepemimpinan Wesly Silalahi Dinilai Gagal, Siantar Mengarah ke Kemunduran dan Kota Gelap

07/05/2025
Berita

GMKI Cabang Bandar Lampung Ungkap Krisis Kepolisian di Daerah Lampung: “Kekuasaan Tanpa Kendali, Rakyat Tanpa Perlindungan”

01/05/2025
Berita

Fawer Sihite Luncurkan Buku “Menghidupi Kembali Ut Omnes Unum Sint”: Refleksi dan Kebangkitan GMKI

22/04/2025
Edukasi

Refleksi Paskah dan Titik Balik Kebangkitan Ekonomi Indonesia

20/04/2025

Populer

Dunia

Sumber Air Bersih dan Air Minum di Arab Saudi

07/06/2020
Edukasi

Peran Pemuda dan Mahasiswa untuk Pengembangan SDM

03/02/2023
Berita

Resmi Sertijab, Ini Struktur PP GMKI 2022-2024

01/02/2023
Spiritualitas

Kasih Sebagai Perintah Baru

26/07/2020
Dialektika

Prinsip-Prinsip Disiplin Kelas

02/04/2023
Pojokan

Aku dan Sejuta Masalah Hidupku

17/06/2021
  • Tentang Kami
  • Redaksi
  • Pedoman
  • Terms
  • Policy

© 2020-2024 Piramida ID

rotasi barak berita hari ini danau toba

No Result
View All Result
  • Kabar Desa
  • Dunia
  • Ekologi
  • Dialektika
  • Sopolitika
  • Sorot Publik
  • Lainnya
    • Ekosospolbud
    • Pojokan
    • Sains
    • Spiritualitas

© 2020-2024 Piramida ID

rotasi barak berita hari ini danau toba