Piramida.id
  • Tentang Kami
  • Redaksi
  • Pedoman
  • Terms
  • Policy
Minggu, Oktober 1, 2023
  • Kabar Desa
  • Dunia
  • Ekologi
  • Dialektika
  • Sopolitika
  • Sorot Publik
  • Lainnya
    • Ekosospolbud
    • Pojokan
    • Sains
    • Spiritualitas
No Result
View All Result
  • Kabar Desa
  • Dunia
  • Ekologi
  • Dialektika
  • Sopolitika
  • Sorot Publik
  • Lainnya
    • Ekosospolbud
    • Pojokan
    • Sains
    • Spiritualitas
No Result
View All Result
Piramida.id
  • Berita
  • Dialektika
  • Dunia
  • Edukasi
  • Ekologi
  • Ekosospolbud
  • Kabar Desa
  • Pojokan
  • Sains
  • Sopolitika
  • Sorot Publik
  • Spiritualitas
Home Sorot Publik

Kasus Corona Meningkat, Kita Butuh Gerakan Kolektif

by Redaksi
22/07/2020
in Sorot Publik
ilustrasi/shutterstock

ilustrasi/shutterstock

98
SHARES
700
VIEWS
Bagikan ke FacebookBagikan ke WhatsappBagikan ke Telegram

PIRAMIDA.ID- Pekan ini, jumlah kasus positif virus corona di Indonesia melampaui jumlah kasus di China, yang telah memasuki titik rendah dengan catatan sekitar 83 ribu kasus. Sementara Indonesia pekan ini memasuki angka 84 ribu kasus dan masih terus meningkat.

Padahal, Prof Hamam Hadi, guru besar kedokteran Universitas Gadjah Mada yang juga Rektor Universitas Alma Ata Yogyakarta mengatakan Indonesia belum mencapai puncak. Angka reproduksi masih di sekitar 1, yang maknanya untuk setiap 1 kasus positif akan menciptakan 1 kasus baru.

Pemerintah sendiri mengatakan jumlah kasus di Indonesia terus naik karena tes yang dilakukan juga makin bertambah. Namun Hamam mengingatkan, jumlah kenaikan tes itu ternyata tidak diikuti penurunan persentase angka positif. Saat ini, Indonesia mencatatkan positivity rate pada kisaran 12,2 persen.

“Artinya setiap 100 spesimen yang diperiksa, kurang lebih ada 12 yang positif. Dan itu angkanya relatif stabil, mulai dari akhir Mei sampai dengan hari ini, angkanya pada kisaran 12 persen. Maknanya, bahwa transmisi rate atau tingkat penularan belum berubah. Belum turun,” kata Hamam.

Hamam Hadi berbicara dalam diskusi daring “Indonesia Melampaui China dalam Kasus Covid-19: Mencari Solusi Bersama Masyarakat” yang digelar pada Senin (21/7) malam oleh Akademi Al Hikmah Yogyakarta, didukung berbagai lembaga seperti PMI Pusat, Baznas RI, ICMI DIY dan KAHMI DIY.

Pembicara lainnya adalah mantan wakil presiden Jusuf Kalla, Sudirman Said, Sekjen Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PB NU) Helmy Faishal Zaini, dan tokoh muda Muhammadiyah Afnan Hadikusumo. Diskusi membahas upaya meningkatkan peran masyarakat mendukung pemerintah menekan laju sebaran corona.

Belum Masuki Periode Puncak

Hamam menambahkan, Amerika Serikat saat ini mengalami pergeseran pusat pandemi. Tren itu sebenarnya bisa juga dijadikan referensi bagi Indonesia. Jika sebelumnya Jabodetabek mencatatkan kasus tertinggi, kini Surabaya dan sekitarnya yang mengambil alih. Bukan tidak mungkin, tren itu akan berlanjut dengan sebaran kasus makin naik di sejumlah wilayah.

Hamam mengingatkan, sejumlah daerah seperti Aceh, Sumatera Selatan, Jawa Barat, Jawa Tengah, Bali, Sulawesi Selatan, Papua dan Gorontalo sebagai wilayah yang butuh perhatian lebih.

Melihat grafik kasus, pada periode tertentu Indonesia sebenarnya sudah mampu mengendalikan penularan, ujar Hamam, yaitu ketika angka kasus cenderung stabil, misalnya pada akhir April hingga pertengahan Mei. Namun kemudian ternyata jumlah kasus kembali melonjak.

Jika dikaitkan dengan penerapan kebijakan, Hamam menilai ketika relaksasi diberlakukan, jumlah kasus cenderung naik tajam. Kasus Jakarta bisa menjadi contoh. Kawasan ini sempat mengalami penurunan, tetapi kemudian kembali melonjak begitu kebijakan yang ketat mulai dikendorkan. Karena itulah, Indonesia perlu menerapkan kebijakan yang lebih serius.

“Seringkali kebijakan dimulai dan diakhiri kurang tepat waktunya. Dimulainya agak terlambat, ketika belum ada perubahan sudah ganti lagi. Ini mungkin perlu dicatat bersama, yang seperti ini perlu dihindari. Jadi, jangan suka memulainya terlambat tetapi mengakhirinya lebih cepat,” ujarnya.

Seruan dari Masjid

Mantan Wakil Presiden Jusuf Kalla mengatakan ketegasan dan kecepatan adalah kunci keberhasilan penanganan pandemi. Kalla menyebut upaya menekan penularan tergantung dari respon pemerintah dan partisipasi masyarakat. Dia memberi contoh, Korea Selatan, Taiwan, China, Vietnam dan Selandia Baru sebagai negara-negara yang berhasil, sedangkan Amerika Serikat dan India contoh gagal menangani corona.

Mengutip data, Kalla menyebut dunia membutuhkan 90 hari untuk mencapai jumlah satu juta pertama. Namun saat ini, penambahan kasus satu juga hanya membutuhkan waktu 14 hari. Begitupun Indonesia. Sepuluh ribu kasus pertama dicapai setelah pandemi berjalan dua bulan. Saat ini, untuk mencatatkan angka itu, Indonesia hanya butuh 6 hari.

Mengibaratkan dengan kebakaran hutan, Kalla mengatakan selalu lebih mudah mengatasi pandemi ketika belum menyebar. Namun kini, ketika skalanya sudah besar, diperlukan kebersamaan dan kedisiplinan seluruh pihak saat ini.

Berbicara dalam kapasitas sebagai Ketua Umum Dewan Masjid Indonesia, Kalla mengaku telah menggerakkan potensi keagamaan terkait upaya ini, yaitu dengan inisiatif “Seruan Dari Masjid”. Inisiatif itu adalah ajakan kepada masyarakat untuk menjaga jarak, mengenakan masker, dan mencuci tangang.

“Setiap waktu salat, loudspeaker masjid harus memberikan peringatan kepada jamaah, kepada masyarakat sekitarnya, agar melaksanakan tiga hal itu,” kata Jusuf Kalla.

Gerakkan Jaringan Sosial

Sekretaris Jenderal Palang Merah Indonesia (PMI) Sudirman Said menilai, pemerintah dan seluruh pihak telah bekerja sangat keras untuk mengatasi pandemi. Namun di sisi lain dibutuhkan gerakan bersama seluruh masyarakat untuk memaksimalkan upaya tersebut.

Sudirman Said mengatakan, PMI beserta organisasi sejenis dari 155 negara telah memahami adanya tiga skenario terkait pandemi.

Skenario pertama adalah major resurgent atau kondisi di mana diandaikan virus telah bermutasi menjadi lebih ganas, lebih susah dikendalikan dan timbul wabah dimana-mana. Skenario kedua dikenal sebagai normal baru, yaitu virus ada dimana-mana, tetapi masyarakat berhasil hidup disiplin berdampingan dengan virus dengan menerapkan protokol kesehatan. Skenario terakhir disebut disparity and convergent, di mana virus bisa dikontrol dengan penemuan obat dan vaksin.

Belum diketahui, dari tiga skenario itu, maka yang akan terjadi di masa depan. Namun, apapun itu, Sudirman Said menilai penting peran masyarakat ke depan.

“Bagaimana kita menggunakan jejaring sosial untuk mengatasi persoalan ini. Kita harus melengkapi atau memperkuat apa yang sudah dikerjakan otoritas. Memanfaatkan jejaring sosial untuk menggerakkan warga,” kata Sudirman Said.

PMI mendorong penerapan serupa dari program “Seruan Dari Masjid” yang digerakkan Dewan Masjid Indonesia. Sudirman Said meyebut, ada lebih 820 ribu organisasi masyarakat, 10 ribu Puskesmas, 229.457 Posyandu, lebih 800 ribu masjid, lebih 12 ribu gereja Katolik, 43 ribu gereja Protestan, sekitar 7 ribu Pura, 24 ribu Wihara, dan 4.500 kampus yang bisa bergerak bersama.


Sumber: VOA Indonesia/Nurhadi Sucahyo

Tags: #Indonesia#kolektifCoronaVaksin
Share39SendShare

Related Posts

Pariwisata Danau Toba

28/04/2023

Thompson Hs PIRAMIDA.ID- Bicara tentang pariwisata Danau Toba sangatlah menarik. Daya tarik Danau Toba itu sendiri yang bikin menarik, selain...

Mahasiswa Universitas Asahan Gelar KKN dan Bagikan Paket Sedekah

18/03/2023

PIRAMIDA.ID- Mahasiswa Universitas Asahan yang melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN) Kelompok VI di Desa Perkebunan Sei Bejangkar Bersama Masyarakat membagikan...

Bagaimana Manusia Pertama Berevolusi?

05/03/2023

PIRAMIDA.ID- Kita tahu bahwa manusia belum ada dari awal zaman. Bagaimana pun juga, manusia tidak akan bisa bertahan hidup berdampingan...

Gelar RUAC, Maruli Tua Sihombing Terpilih sebagai Ketua PMKRI Pematang Siantar

13/12/2022

PIRAMIDA.ID- Rapat Umum Anggota Cabang (RUAC) PMKRI Pematangsiantar yang dilaksanakan di Manggala Agni DAOPS Sumatera II, Aek Nauli Kabupaten Simalungun...

Dorong Pertumbuhan Ekonomi, Ketua ILAJ: Semua Pihak Harus Dukung Kehadiran PT. BAI

25/10/2022

JAKARTA - Ketua Institution of Law And Justice - ILAJ atau Yayasan Lembaga Hukum dan Keadilan menyebut kehadiran PT Bintan...

HUT TNI Ke-77, Fawer Sihite Apresiasi Kinerja Panglima TNI

05/10/2022

PIRAMIDA.ID - Hari Ulang Tahun Tentara Nasional Indonesia (HUT TNI) diperingati setiap 5 Oktober. Hari ini, peringatan HUT ke-77 TNI...

Load More

Tinggalkan KomentarBatalkan balasan

Terkini

Berita

Dilantik Sebagai Sestama Lemhannas, Ketua ILAJ: Kita Yakin Irjen Panca Akan Torehkan Prestasi

09/09/2023
Berita

Dispora Simalungun Tak Penuhi Janji Penghargaan Kepada Para Pelatih

07/09/2023
Berita

Di Nilai Berhasil Selama Wagubsu, Fawer Sihite: Ribuan Pemuda Siap Menangkan Ijeck Menjadi Gubernur

04/09/2023
Berita

Filda C. Yusgiantoro Raih Nilai Akademik Terbaik Pada PPRA LXV Tahun 2023 Lemhannas RI

30/08/2023
Berita

Tidak Mampu Tangkap Bandar Narkoba UH, Ketua ILAJ Minta Mabes Polri Evaluasi Kapolres Siantar

28/08/2023
Berita

Rekam Jejak Unggul: Ketua ILAJ Fawer Sihite Mengusulkan Irjen Pol Panca Simanjuntak sebagai Kepala BNN RI

25/08/2023




Populer

Berita

Kritik Sastra: Pengertian, Fungsi, Manfaat dan Pendekatan

14/11/2022
Dialektika

Kesehatan Mental & Jiwa dalam Perspektif Sosiologi & Hukum

05/07/2022
Dialektika

Prinsip-Prinsip Disiplin Kelas

02/04/2023
Berita

SaLing Adukan Oknum Dugaan Pungli Penyelenggaraan Sertifikasi Ratusan Guru Simalungun

25/11/2021
Dialektika

Masyarakat Adat di Sekitar Danau Toba

24/01/2021
Edukasi

Kesenjangan Hukum di Indonesia menurut Perspektif Sosiologi

17/10/2021
  • Tentang Kami
  • Redaksi
  • Pedoman
  • Terms
  • Policy

© 2020-2023 Piramida ID

Rotasi Barak Berita Siantar Berita Simalungun Danau Toba Wisata

No Result
View All Result
  • Kabar Desa
  • Dunia
  • Ekologi
  • Dialektika
  • Sopolitika
  • Sorot Publik
  • Lainnya
    • Ekosospolbud
    • Pojokan
    • Sains
    • Spiritualitas

© 2020-2023 Piramida ID

Rotasi Barak Berita Siantar Berita Simalungun Danau Toba Wisata